Pertama Bergabung dengan Club Lecture

Sabtu 28 Januari kemarin, saya mengikuti pertemuan Club Lecture. Pertemuan pertama di tahun 2023. Herannya, tak banyak pesertanya!

Saya pikir bakal banyak yang datang. Karena buku yang dibahas adalah buku klasik: Le Horla karya Guy de Maupassant. Buku? Lebih tepat cerpen sih, sebenarnya. Hanya 35 halaman saja. Saat menelepon mediatheque untuk mendaftar, saya sampai memastikan; apakah benar hanya cerpen itu saja? Dan petugas mediatheque mengatakan memang cerpen saja. 

Namun sekarang saya tak mau membahas soal buku eh, cerpen itu. Saya ingin sekalian menyelesaikan kumpulan cerpen yang merangkumnya. Masih ada 3 cerpen lagi. Nanti sekalian nulis ulasan di A Thousand Readings saja.

Saya mau sedikit mengingat. Mengingat dan mencatat. Karena ternyata memang tak semudah itu untuk diingat: bahwa ternyata sudah delapan tahun saya mengikuti Club Lecture!

Ceritanya saat ini saya sedang proses menulis spesial. Menulis untuk Majelis Pengajian Prancis. Dalam rangka menandai 5 tahunnya, kami sepakat ingin membuat antologi pengalaman sebagai muslimah Indonesia di Prancis.

Saya sendiri yang sudah sempat berpartisipasi dalam antologi Meniti Cahaya (bisa dipinjam gratis di iPusnas dan dua dari empat tulisan saya bisa dibaca gratis di Google Books) yang bertema sama, jadi bingung juga mau nulis apa.

Apalagi saat diutamakan untuk mengusung prestasi. Entah itu dalam bersekolah, bekerja, atau berwiraswasta. Untuk menunjukkan bahwa menjadi muslimah di Prancis itu baik-baik saja. Bahwa kami bisa beraktivitas normal seperti biasa. Dengan batasan-batasan tertentu, pastinya ya.

Namun kami ingin menunjukkan bahwa batasan itu tak menghalangi kami. Baik dalam beribadah maupun berkarya. Bahwa selalu ada jalan jika kita mengusahakan. Cerita positif lah.

Dan saya yang bersekolah hanya sebentar dan itupun jarak jauh, bekerja hanya sebentar dan itu juga online, wiraswasta? jelas belum pernah!

Tapi saya nggak mau juga nulis tentang pengalaman awal di Prancis. Atau pendidikan Islam anak-anak. Rasanya semua sudah ada di Meniti Cahaya.

Saat mencari ide, saya terpikir pada Club Lecture ini. Cerita bagaimana saya mulai bersosialiasi. Bergaul dengan orang lain, selain orang Indonesia dan ibu-ibu teman-teman anak-anak saya.

Saat itulah saya terpikir, sebenarnya sejak kapan saya ikit Club Lecture? Kapan Club Lecture didirikan?

Sayangnya, saya baru mulai aktif mengarsipkan Club Lecture di Facebook mulai Oktober 2016. Dan Facebook mairie sendiri ternyata juga tidak memublikasikan informasi mengenai Club Lecture secara berkala.

Tahun 2016 saja sudah terasa jauh untuk. Saya sendiri tak menyangka. Dan saat ngecek buku yang dibahas di pertemuan yang pertama kali ikuti, saya tambah kaget lagi: Februari 2015! Sudah 8 tahun yang lalu, ternyata!

Baru sadar, ternyata sudah selama itu saya bergabung di pertemuan sebulan sekali. Pantas sudah pada hafal, saling menanyakan kalau tak kelihatan. Petugas mediatheque pun sampai mengenali suara saya saat di telepon. Mungkin karena logat Asia saya dalam berbahasa Prancis yang khas untuk telinga mereka.

Dari penanggalan yang biasa saya tandakan di buku Je Reviendrai Apres la Pluie itu, saya mencoba mencari informasi mengenai Club Lecture yang pertama diadakan. Saya ingat buku yang jadi bahan pembahasannya adalah karya Pierre Le Maitre, Au Revoir Là-Haut, yang mendapatkan Prix Goncourt 2013. Tapi saya tak ingat bulannya.

Ternyata ada informasinya di Facebook mairie Le Cannet bahwa diadakan di bulan November 2014. Sayangnya, setelah itu tak ada informasi lagi tentang Club Lecture untuk bulan Desember 2014 ataupun Januari 2015. Demikian juga selanjutnya.

Seingat saya, saya melewatkan dua atau tiga pertemuan. Ingat saat menunggu Butet balet, saya berusaha mencari teman. Sayangnya tak ada ibu-ibu di sana yang suka membaca. Akhirnya saya memberanikan pergi sendiri. Benar-benar di lingkungan baru, sendiri tanpa katalisasi.

Seingat saya, memang awalnya saya tak mengikuti pertemuan secara teratur. Tahun 2015 itu bapak dan ibu mertua datang ke Prancis, dan saya sibuk mengurus izin tinggal mereka. Lalu sibuk saat mereka di rumah, tentunya. Tapi rasanya saya ikut lagi beberapa kali sebelum Oktober 2016 tadi. Sayangnya, saya tak ingat sama sekali buku apa saja. Jadi tak bisa mencari, mengubek-ubek Facebook lagi, untuk mengukuhkan informasi.

Itulah mengapa saya mencatat hari ini. Sebelum terlewat dan lupa lagi...


Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi