Varian Flu?

Mungkin yang baca tulisan perjalanan Ucok kemarin punya dua pertanyaan. Yang pertama: kenapa saat datang tidak dijemput? Atau yang kedua: kenapa perginya diantar?

Untuk yang cukup mengikuti blog saya mungkin menduga bahwa alasannya tak jauh dari masalah lutut dan/atau retak di tulang kelingkig kaki kiri. Dan itu tak sepenuhnya salah.

Kista lutut masih sulit terduga pemicunya. Tetiba datang, tapi alhamduliLlaah sudah dua bulan ini tak pernah. Memang saya lebih hati-hati. Gejala sedikit, langsung stop aktivitas. Istirahat. Sehingga tak sampai terjadi pembengkakan yang menyakitkan...

Retak kaki sudah jauh membaik. Meski masih terasa nyut-nyutan kalau terlalu banyak effort juga. Masih saya perban sampai kemarin. Sampai Ucok berangkat kembali merantau...

Memang ada kesengajaan juga Ucok kami biarkan pulang naik bus sendiri. Toh siang-siang ini. Tidak terlalu repot, karena jadwal penerbangannya pas dengan jadwal bus yang hanya satu jam sekali. Dan sudah kami fasilitasi, kalau terlambat, santai saja menunggu di airport dengan tenang. Toh tak mengejar waktu ini...

Kangen pengin segera ketemu? Jelas! Sayangnya suami tak bisa cuti untuk menemani saya menyetir ke airport. Saya masih cemas, kalau-kalau lutut kambuh sepanjang perjalanan. Atau kalau kelingking nyeri berat. Saya tak mau sendirian...

Lalu saya hafal juga bahwa kuncinya tak boleh kecapean. Saya pikir, lebih baik Ucok pulang sendiri dan saya santai saja di rumah. Menghemat tenaga, jaga-jaga untuk nanti saat mengantarnya yang lebih terbatas waktunya...

Eh kok ya ndilalah, saya malah jatuh sakit saat Ucok liburan. Sepertinya kena virus saat ke toko buku mengambil pesanan untuk pelajaran Bahasa Prancisnya Butet. Toko terasa gerah. Penuh dengan orang yang berbelanja kado Natal. Dan saya pun sukses sakit di pagi Natal...

Saya terbangun dengan tenggorokan sangat kering. Sakit yang tak tersembuhkan dengan minum. Kepala pening, badan pegal-linu. Beberapa hari kemudian pening dan pegal berkurang, berganti dengan pilek dan batuk berdahak...

Sampai hari ini saya masih terbatuk-batuk. Pegal-pegal di badan belum hilang. Dan yang jelas, lelahnya masih terasa. Belum fit, lah!...

Ucok sudah berencana berangkat sendiri naik bus melihat kondisi saya yang belum fit itu. Dia sudah mengecek jadwal bus, dan bersiap kemungkinan ada masalah dengan kartu banknya untuk membayar seperti saat datang. Saya pun mengusulkan untuk menemaninya sampai halte bus...

Kami keluar rumah jam 7.50 untuk mengambil bus yang dijadwalkan datang ke halte pukul 8.10. Kami sudah mau menyeberang jalan besar saat Ucok teringat mau membawa joystick yang menganggur di rumah karena XBox tak bisa digunakan. Masih ada waktu, saya minta Ucok balik mengambil sendiri. Saya menunggu bersama koper besarnya...

Saat menunggu itulah saya melihat bus airport lewat! Lho??? Lekas saya konek ke internet dan mengecek jadwal busnya. Dan memang itu saatnya bus lewat! 7.55 di halte kami! Lebih cepat 15 menit dari jadwal yang dilihat Ucok sebelumnya!...

Saya pun berjalan kembali ke rumah sambil menelepon si Ucok. Belum tersambung, saya sudah bertemu dengannya. Saya jelaskan dengan singkat kondisinya. Saya putuskan untuk mengantarnya dengan mobil, karena bus berikutnya baru datang 45 menit kemudian. Masih cukup waktu, sebenarnya. Tapi mepet. Apalagi lalu lintas bakal lebih padat menjelang jam 9 begitu...

Saya minta dia naik ke rumah untuk mengambil kunci mobil, dan saya langsung turun ke parkiran di lantai -2 membawa kopernya...

Kami bertanya-tanya sepanjang jalan. Bagaimana mungkin ada kesalahan seperti itu? Apalagi baru Oktober kemarin saya mengambil bus yang sama. Saat itu jadwalnya masih per jam, bukan per 45 menit seperti sekarang. Atau saya salah ingat?...

Suami kebetulan harus ke Paris Rabu. Sengaja Kamis pulang pagi agar bisa bertemu dan menemani Ucok yang tadinya bakal ke bandara sendirian. Kalau tak ada dia menemani pulang, saya juga mungkin tak berani mengantar Ucok ke bandara. Kami pun akhirnya berdua melepas Ucok berangkat. Sayang sekali Butet sekolah...

Kami masih sempat minum-minum menghabiskan sisa waktu sebelum boarding yang masih panjang. Saya belikan mini tropezienne dari toko oficialnya yang ada di bandara. Pelipur kangen akan chouquette dan tarte tropezienne buatan boulangerie depan rumah yang kebetulan tak sempat disantapnya...

Saya dan suami pulang setelah melepas Ucok melewati pintu keberangkatan. Membayar parkir dan lalu salah mengambil jalan! Bukannya ke jalan tol, saya keluar ke jalan kota. Suami tak mau memasang gps di ponselnya. Terlalu percaya diri akan menemukan dengan mudah jalan ke rumah!...

Perjalanan yang seharusnya hanya 30 menit, molor 15 menit. Sampai rumah saya kirim pesan ke Ucok yang ternyata baru saja boarding. Dan saya langsung lemas. Semua lepas...

Segala ketegangan hilang. Seluruh tenaga terkuras. Dan saya tanpa daya berbaring saja di sofa...

Hari ini, seorang teman menanyakan kabar yang lain di grup pengajian. Dia mendeskripsikan gejala yang persis sama dengan saya. Sepertinya saya terkena virus flu varian baru. Sakitnya hanya sebentar, tapi pemulihannya yang lama...

Ya sudah. Berarti memang saya harus bersabar. Toh sudah tak perlu menyetir jauh ke bandara lagi ini juga. Semoga sakit ini menggugurkan dosa-dosa saya. Seperti yang diingatkan teman pengajian saya tadi...


Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi