Nikmati Saja Prosesnya!

Tak terasa sudah tiga minggu si Butet tinggal sendiri di rantaunya. Saya pun bergerak: membereskan tas bawaan yang belum dikosongkan juga sampai pagi tadi!

Bukan karena melow sih. Tapi merasa tidak perlu saja. Tas pakaian itu dengan antengnya duduk di kursi makan yang sekarang kosong, tak ada yang menggunakan. Ya, lebih karena kemalasan. Yang tentu saja itu tidak lebih baik! Hehehe.

Tapi tenang, pakaian yang belum saya keluarkan itu bersih semua kok! Kan saya sempat mencuci baju juga selama menemani Butet di asramanya tuh. Baju-baju kotor sudah saya keluarkan sejak sampai rumah. Dan sudah saya cuci semua. Yang tertinggal di dalam tas hanyalah beberapa helai baju Butet dan kaus kaki saya.

Ya, saya pulang membawa baju Butet. Laci pakaiannya tak cukup menampung semua baju yang dibawanya. Gantungan pakaiannya pun tak besar. Karenanya, Butet meminta saya membawa tiga t-shirt dan satu sweater kembali ke Cannes.

Memag sepertinya kami harus membeli gantungan baju lagi. Atau bahkan laci tambahan. Tak usah yang mahal lah. Tempatnya sih ada. Tapi kalau memikirkan bahwa belum tentu Butet tinggal lama di sana, rasanya kok malas membayangkan bagaimana nanti setelahnya. 

Dibawa ke Cannes kah? Dijual atau diberikan ke orang lain? Dibuang pun perlu pemikiran panjang karena tidak bisa sembarangan. 

Ya, meski kelas persiapan ini terintegrasi dengan bachelor nanti, Butet masih belum yakin akan melanjutkan di Rubika atau tidak. Dia masih penasaran dengan Gobelins yang menolaknya sejak tahap berkas padahal Butet mengikuti bimbingan setahun di sana. Dia juga menimbang The Animation Workshop di Viborg, Denmark. 

Selain dua itu, sekolah animasi yang rankingnya di atas Rubika terletak di luar Uni Eropa. Secara pendanaan kami tak mampu. Ya, realistis saja lah ya. Dan Rubika sendiri sudah merupakan sekolah yang bagus.

Screenshot: Animations Career Review (per 16 September 2025)

Tiga minggu tinggal di Valenciennes, dua minggu bergaul dengan lingkungan kampus, dan seminggu kuliah, Butet merasa betah di Rubika. Tentu, bukan tanpa masalah. 

Sudah ada dosen yang membuatnya kesal karena instruksinya tidak jelas dan membuatnya mendapatkan nilai yang jelek. Sudah ada teman yang membuatnya kesal karena mengganggu konsentrasinya di kelas. Sudah ada tetangga yang berisik malam-malam. Belum lagi cerita kakak kelasnya yang membuatnya jadi lebih waspada.

Namun Butet sadar bahwa di sekolah lain pun pasti ada plus minusnya. Butet tak bisa membayangkan harus naik metro setiap hari yang tentunya peenuh di jam sibuk di Paris—bagaimana cara membawa tas gambar ukuran cerise? Butet masih belum jelas dengan jurusan yang ada di sekolah di Denmark—dan saya sendiri masih mencari informasi bagaimana cara menuju ke kota Viborg yang sepertinya tidak mudah!

Menjaga segala kemungkinan, Butet tetap bersiap untuk mengikuti seleksi kedua sekolah tersebut. Saya dan papanya pun mendukungnya. Yang penting ikuti saja prosesnya, sambil mencari informasi lebih lanjut. Keputusan mau diambil atau tidak bisa diitentukan nanti setelah diterima kan!?

Baju-baju Butet sudah masuk ke lacinya. Tas sudah bisa disimpan, menanti perjalanan berikutnya. Ya, dijalani dan dinikmati saja prosesnya! Bismillah....


Comments

Popular posts from this blog

Foto Kelas

Menengok Ketentuan Pemberian Nama Anak di Prancis

Perjalanan Bela Bangsa