Mendefinisikan Keromantisan
Fi, jadi lebih romantis nggak, tinggal di Prancis?
Begitu pertanyaan Mamah Shanty di grup Whatsapp Mamah Gajah Ngeblog.
Memang Prancis lekat dengan predikat romantis. Coba cari-cari saja sendiri di Google, atau apalah, search engine kesukaan Anda: "Prancis negara romantis" (ya, dalam bahasa Indonesia!). Sudah ada banyak yang membahasnya.
Prancis, Negeri Romantis?
Dari hasil pencarian "Prancis romantis", akan banyak yang memunculkan hasil bertema "Paris romantis". Karena memang sebenarnya, untuk lebih tepatnya, Paris lah yang disebut sebagai kota romantis.
Paris ville de l'amour....
Paris Kota Cinta. Amour (dengan A kapital) atau amour? Itu sudah bisa jadi bahan diskusi yang panjang. Yang jelas, Prancis sebagai negaranya, ikut numpang romantis lah ya!
Pemerintah Prancis sendiri pun memanfaatkan predikat romantis ini untuk promosi pariwisatanya. Di website dinas pariwisata kita bisa melihat 20 spot romantis di Prancis, alternatif aktivitas romantis di musim dingin, sampai argumentasi mengapa Prancis adalah setting romantis: bermacam bangunan cantik, kastil-kastil, lorong-lorong menarik, pemandangan alam yang indah, dan tentu saja: Paris!
![]() |
The Museum of the Romantic Life di Paris, tutup sejak 2024 untuk renovasi dan dijadwalkan baru akan dibuka lagi awal tahun 2026 |
Karena website dinas pariwisata, tentu saja yang dibahas adalah objek-objek wisata. Padahal ternyata keromantisan Prancis berasal dari perkembangan aliran romantisisme di abad 18. Jadi melingkup karya sastra dan seni. Roman sendiri adalah kata dalam bahasa Prancis yang menurut kamus Le Robert daring berarti oeuvre d'imagination en prose qui présente des personnages donnés comme réels, "sebuah karya imajinasi dalam bentuk prosa yang menampilkan karakter tertentu sebagai sesuatu yang nyata".
Namun saya tak bisa cerita soal karya sastra maupun seni romantisisme seperti yang disarankan oleh duo host Mamah Dewi dan Mamah May di wag MGN. Apalagi kalau sudah menyangkut bidang arsitektur romantisisme. Serahkan ke Mamah Hani yang ahlinya saja lah ya! Nyeraaah! Hehehe.
Romantisnya Paksu ... Seiring Waktu
Jadi, apakah tinggal di Prancis membuat saya lebih romantis?
Tentu saja!
Saya jadi makin banyak membaca roman alias novel, jadi lebih suka menonton film, jalan-jalan mengunjungi kota-kota, ... Eh? Lha memang begitu kan, definisi dasar romantis? Hahaha.
Kalau keromantisan secara pandangan umum, yang dalam hal ini keromantisan dengan pasangan, saya rasa relatif. Saya merasa bahwa keromantisan ditangkap dengan cara berbeda seiring usia pernikahan.
![]() |
Tak perlu pesta atau kado, cukup usaha nyata dalam mengumpulkan kami berempat untuk menandai seperempat abad pernikahan |
Tentu saya tak akan lupa bagaimana saat mulai pendekatan dulu, Paksu mengirim email mengatakan bahwa saya lah yang menginspirasi puisi tentang seorang gadis berpayung yang ikut demonstrasi mahasiswa tahun 98 yang ditulisnya di mailing list himpunan—hari berhujan itu saya memang berpayung, tapi tak merasa melihatnya. Saya juga masih ingat alasannya membelikan hiasan kaktus-kaktus kecil yang terbuat dari kaca (yang mulanya membuat saya terheran menerimanya) adalah karena bentuknya yang mirip "l" dan ❤️. Namun ekspresi keromantisannya sekarang berbeda.
Sekarang, untuk saya, keromantisannya tertuang dalam tetap dijaganya kebiasaan berbelanja mingguannya yang berasal dari masa pandemi yang menghalangi lingkup interaksi saya yang masuk dalam kategori rentan, pengertiannya untuk memesan antar makanan saat saya sedang beraktivitas, pemaklumannya akan kondisi rumah yang tak selalu rapi, ...
Tentu, masih ada hadiah ulang tahun atau tetiba mengajak makan di luar tanpa alasan. Ada juga perencanaan liburan yang dalam diam disesuaikannya dengan keinginan saya.
Seiring jalannya pernikahan, keromantisan kami rasanya lebih pragmatis. Atau mungkin pengharapan dan persepsi saya yang sudah berbeda?
Romantisnya Anak-anak
Dan memang berbeda kalau berhadapan dengan anak-anak!
Ucok dan Butet adalah personifikasi romantis definisi umum di mata saya. Mereka adalah manusia-manusia yang mengungkapkan kasih sayang dengan hal-hal ... konkret? simbolik? Ah, saya tak bisa mendefinisikannya dengan tepat. Yang jelas, mereka biasa mengungkapkan rasa cinta dengan kata, benda, juga tindakan spesial secara eksplisit.
Apakah karena sekolah yang mendidik mereka romantis ke orang tua? Membentuk pribadi mereka dengan selalu mengingat hari ayah dan hari ibu, menyiapkan hadiah selama berminggu-minggu disertai ucapan manis di atas kartu?
![]() |
Aurora borealis yang terlihat di Visby, Mei 2024 |
Yang jelas Ucok adalah anak yang tanpa diminta mengirim foto aurora borealis yang dilihatnya di kota rantaunya. Butet menyiapkan dan menyembunyikan kartu ulang tahun untuk saya saat dia untuk pertama kalinya tak bisa merayakannya bersama tahun lalu.
Ucok adalah anak yang dengan manisnya mengatakan bahwa pekerjaan saya adalah pekerjaan yang paling mulia di dunia saat saya mengosongkan isian pekerjaan di formulir daftar ulang sekolahnya. Butet adalah anak yang membisikkan "Enakan bikinan mama!" saat keluarga besar memaksanya mencicipi masakan sambil mendesak "Enak, kan!? Enak kan!?"
Bikin Romantis!
Romantis banget, "ngobrol sore" bareng anak!
Demikian komentar Mamah Sistha saat saya bercerita mengenai kebiasaan berbincang bersama Butet sepulang sekolah.
Apakah memang harus lahir dan besar di Prancis untuk jadi (lebih) romantis? Bisa jadi sih ya!? Eh? Hahaha. Tapi masih harus diuji lagi: apakah mereka akan tetap menjaga keromantisan seiring berjalannya usia? Semoga saja ya!
![]() |
Kado ulang tahun dari Butet |
Mungkin untuk beberapa (banyak?) orang, bunga, puisi, makan malam dengan cahaya lilin, perhiasan, dan hadiah-hadiah kejutan adalah ekspresi keromantisan mereka. Namun saya yakin, setiap orang memiliki cara masing-masing dalam mengungkapkan kasih-sayangnya. Dan setiap individu memiliki persepsi masing-masing akan keromantisan itu sendiri. "Tinggal" bagaimana kita saling menerima dan menghargai satu sama lain.
Karenanya saya yakin, contoh-contoh keromantisan yang saya sebutkan sebelumnya akan menimbulkan berbagai reaksi antara "ah, gitu doang" sampai "so sweet" (yes, ini emang pede banget!). Dan itu wajar saja.
Masih merasa tak romantis? Bagaimana kalau kita sendiri yang bikin romantis?
Apa? Yang paling romantis?
Nyanyi duluuu....
Referensi:
- Explore France
- Pourquoi dit-on de Paris qu'elle est la ville de l’amour ? - Geo.fr
- Kita Bikin Romantis, Maliq & d'Essentials, 2024
---
Tulisan ini diikutkan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan September 2025 dengan tema Romantisme
Terharu ... Ucok dan Butet bisa ekspresif menyatakan cinta dan perhatiannya. Kalau di Indonesia sepertinya sekolah tidak mengajarkan hehehe ...
ReplyDeleteWaah, toss Teh. Anak tiga juga walaupun besarnya di Jerman yang kata orang ngga ada romantisnya sama sekali, tapi paling bisa deh bikin hati ummi abinya hangat karena ekspresi-ekspresi cinta mereka.
ReplyDeleteJadi bertanya-tanya apakah memang karena masih berdarah Indonesia jadi pembawaan mereka ramah, hangat, dan penuh cinta?
Manis banget anak-anak teteh. Aku jadi inget sweet-nya anakku..kadang nyeplos tanpa disangka-sangka :')
ReplyDeleteAku sedang menunggu momen Boo giniin saya Teh. Masya allhamdulillah putra putri Mba Alfi romantis sekali. Bahkan ingat dengan hari ulang tahun Mamahnya. 🥹😍
ReplyDeleteKalau sweet anak-anakku yg bikin terharu, pas mereka patungan beliin dompet Charles & Keith. Gara-garanya aku beli dompet abal-abal di Pasar Baru 50K, dihina temanku, krn pakai merk palsu. Hehe...Padahal aku tuh engga peduli merk, fungsi aja...
ReplyDeleteKaget tiba2 dimention hehe.
ReplyDeleteDapet kejutan romantis dari anak rasa klepek2nya memang beda ya teh..
Budaya mengekspresikan cinta di sana sepertinya lebih terasa ya. Kita di Indonesia bentuk cinta itu bisa sekedar hormat. Ucok & Butet manis banget...
ReplyDelete