Rennes H—1: Touch Down!

ENSA Bretagne adalah perguruan tinggi negeri pertama yang memanggil Butet untuk wawancara. Pemanggilan dijadwalkan mulai pertengahan April, kami tak menyangka sudah mendapatkan email tanggal 11. Jam 7.30 pagi, pula!

Butet tak mengambil banyak waktu sebelum mengambil slot wawancara. Ternyata dia bukan yang pertama. Jadwal pagi sudah diambil. Butet mendapatkan slot 5 Mei 2025 jam 10.40.

Sebenarnya ada dua hari yang bisa dipilih untuk wawancara itu: 5 dan 6 Mei 2025. Butet menginginkan tanggal 5, agar tak perlu absen Selasanya. Kami sudah memperhitungkan bahwa Butet akan banyak absen mulai akhir April hingga pertengahan Mei untuk wawancara seleksi perguruan tinggi ini.

Paksu langsung sibuk mencari transport dan akomodasi. Tidak semudah itu. Tak banyak pesawat langsung dari Nice ke Rennes. Harga kereta api luar biasa mahalnya. Mungkin karena ada hari kejepit 2 Mei sesudah libur Hari Buruh.

Singkatnya, kami memutuskan mengambil pesawat untuk ke Rennes. Dengan transit. Perginya tanggal 2 dengan transit di Paris, pulangnya tanggal 5 seusai wawancara dengan transit di Lyon. Butet sudah saya mintakan izin absen untuk Jumat dan Senin, tanpa ketinggalan melampirkan bukti panggilan wawancaranya, tentunya!

Kami berangkat dari rumah jam 4 pagi dengan menggunakan Uber yang sudah kami pesan dari Kamis pagi. Konsekuensi mencari tiket murah: pesawat ke Paris dijadwalkan terbang dari Nice jam 6 pagi.

Pesawat yang berangkat tepat waktu, sampai Paris 20 menit lebih cepat dari yang dijadwalkan! Perjalanan yang memang standarnya hanya 1,5 jam jadi terasa lebih singkat. Apalagi banyak tertidur di sepanjang perjalanan. Sampai terlewat saat disajikan minuman dan camilan. Tapi tak melewatkan pemandangan sunrise dong ah!

Tambahan waktu transit juga tak terasa. 20 menit diantaranya digunakan untuk perjalanan bus pindah terminal dari F ke G. Kami manfaatkan 2 jam sisanya untuk sarapan dan melihat-lihat dua stand duty free shop yang ada di terminal kecil mungil itu.

Pesawat kami pun kecil. Tempat duduk 2-2 saja. Untuk naik pesawat, kami turun langsung ke landasan. Tak ada garbarata, tak perlu naik bus. Jalan kaki dekat saja.

Demikian pula saat sampai di Rennes, satu jam kemudian. Bandara kecil itu mengingatkan saya kepada Visby, kota rantau si Ucok. Apalagi saat kami turun udara terasa agak dingin. Pilot mengumumkan 15°C pagi tadi.

Kami menuju kota menggunakan bus C6. Pembayaran bisa dilakukan dengan kartu kredit. Praktis. Perjalanan lancar, 20 menit tak terasa. Atau karena kami menikmati pemandangan yang hijau adem sepanjang perjalanan sebelum memasuki pusat kota?

Dari halte bus, kami cukup jalan kaki 500 meter saja. Kami sampai belum tengah hari. Niatnya hanya akan menitipkan tas lalu mencari makan siang. Ternyata kamar kami sudah siap. Lumayan bisa sedikit menyelonjorkan kaki. Cuma ya memang jadi bikin malas bangkit lagi! Hehehe.

Untungnya ada rasa lapar yang mendesak. Kami makan di dekat hotel saja. Setelah makan, kami sempatkan jalan ke pusat kota. Belum pernah ke Rennes sebelumnya, tanpa perencanaan, kami asal menuju gedung Parlemen Bretonia saja. Jalan luruuusss, menyeberangi Sungai Vilaine.

Dari gedung Parlemen, kami mengambil jalan kecil yang sepertinya menarik. Lalu begitu saja terus sampai kembali lagi ke hotel menjelang jam 4 sore. Boleh dibilang beruntung saja kalau kami melewati gedung walikota dan opera. Peta kota yang kami ambil dari hotel pun tak dibawa!

Selain lelah karena kurang tidur, siang ini di Rennes panas juga. Sudah nyaman berkostum musim panas. Blazerpun saya tenteng saja. Karenanya kami memutuskan untuk istirahat dulu di hotel, berniat keluar lagi saat makan malam.

Niat tinggal niat. Kami memesan antar untuk makan di malam pertama di Rennes. Mager! Hahaha.

Apa agenda untuk besok?

Belum jelas! Improvisasi saja lah. Kita lihat besok. Semoga masih semangat untuk langsung menulis malamnya juga, ya!


Comments

Popular posts from this blog

Menengok Ketentuan Pemberian Nama Anak di Prancis

Perjalanan Bela Bangsa

Foto Kelas