Rennes H—4: Agenda Utama

Tibalah saatnya hari—H wawancara. Wawancara pertama Butet untuk sekolah arsitektur. Tujuan utama kami berada di kota Rennes sejak Jumat lalu.

Kami check out dari hotel jam 10 kurang sedikit. Langsung menuju stasiun metro yang praktis hanya di seberang jalan saja. Suhu udara terasa dingin pagi tadi. Titik-titik air turun, alhamdulillah tak jadi hujan. 10°C! Pantas saja. Beberapa hari kemarin suhu pagi di Rennes sudah mencapai 15°C.

Metro lebih ramai dari kemarin. Namanya juga hari kerja, ya!? Kami berdiri di sepanjang 12 menit perjalanan. Sampai di stasiun metro, kami langsung naik lift. Sudah belajar dari pengalaman kemarin, lah!

Dari kejauhan sudah tampak kerumunan di depan kampus ENSAB. Sampai di sana, kami lihat anak-anak muda yang menunggu di halaman, di dalam gerbang. Yang di luar adalah para orang tua pendamping yang memang dilarang masuk ke lokal kampus. Tak ada tempat juga. Halaman depannya kecil saja.

Foto diambil dari balik jeruji pagar, saat survey lokasi hari Minggu

Saya dan Paksu melepas Butet di depan gerbang. Kami tunggu sampai ada panggilan untuk peserta yang mendapatkan jadwal pukul 10.40. Butet masuk, kami meninggalkannya, menuju sebuah kafe yang tak jauh dari kampus—yang kemudian kami dapati cappuccino dan coklat panasnya tidak enak. Euh....

Wawancara dijadwalkan berlangsung selama 15-20 menit. Kami meninggalkan kafe menjelang jam 11. Saat sampai di dekat kampus, pas sekali kami lihat Butet keluar dari gerbang.

Karena selesai tepat waktu, kami jadi ada banyak waktu sebelum penerbangan ke Nice. Kami pun memilih berjalan kaki menuju pusat kota untuk mencari makan siang terlebih dahulu. Crepe lagi! Bukan apa-apa. Memang yang menarik, yang kami temui di jalur perjalanan, adalah itu. Kami pikir crepe adalah pilihan yang praktis karena cukup netral, tak terlalu berbumbu, dan cepat persiapannya. Kami tak mau, dan memang tak bisa berlama-lama menghabiskan waktu untuk makan juga. 

Sesudah makan, kami ke arah Place de la Republique untuk naik bus C6, seperti yang kami gunakan saat berangkat. Sepanjang perjalanan, saya melirik kanan-kiri, apakah masih mungkin mendapatkan kouign amann dambaan hati? Sayang sekali tidak dapat, saudara-saudara. Tak banyak boulangerie yang kami temui. Salah satu yang kami lihat ada antrian panjang!

Kami sampai di bandara terlalu cepat. Herannya, petugas bandara membiarkan saja kami masuk embarkasi yang masih kosong selain petugas duty free. Walhasil, kami bengong menunggu lama! 

Bandara Rennes adalah bandara terkecil kedua yang pernah saya datangi sesudah Visby. Hanya ada satu terminal, dengan satu toko saja! Tempat makan yang tergabung dengan toko itu pun hanya menyediakan sandwich dan camilan. Saat kami tiba menjelang jam 1 siang tadi, kami lihat hanya ada 5 penerbangan. 

Perjalanan pulang ini, kami transit di Lyon. Di atas kertas, kami hanya memiliki waktu 25 menit dari kedatangan hingga batas boarding pesawat ke Nice! Namun karena menggunakan maskapai yang sama, kami tak khawatir.

Seperti halnya saat di Paris, maskapai Hop, low cost-nya Air France ini dikumpulkan di satu terminal tersendiri. Kami sempat berpikir apakah hanya akan turun pesawat untuk naik lagi di pesawat yang sama. Ternyata hampir benar. Karena pesawat dari Rennes melanjutkan perjalanan ke Toulouse di jam yang sama dengan pesawat ke Nice.

Meski tak perlu sampai buru-buru, kami hanya sempat ke toilet saja. Tak memperhatikan juga apakah ada lapak duty free di sana. Hujan turun selama kami di Lyon. Kami turun pesawat dan naik lagi di bawah percikan air. Ya, spray! Karena titik-titik hujannya lembut sekali.

Perjalanan dari take off hingga landing mulus dan lancar. Tak terganggu awan tebal yang menyelimuti langit Rennes dan Lyon. Saat sampai di Nice, kami lihat dari jendela sepertinya cerah. Eh ternyata gerimis juga! Sepertinya pesawat sudah cukup turun dan lebih rendah dari awan. 

Oh ya, meski low cost, Hop tetap menyediakan minuman dan camilan (sepotong biskuit manis atau sekantung kecil snack asin). Kecuali di penerbangan Lyon-Nice yang hanya menyediakan minuman dingin. Katanya sih karena penerbangan terlalu pendek: 50 menit saja!  

Kami sudah memesan Uber untuk ke rumah, bersamaan saat memesan untuk berangkat. Mobil sudah menunggu saat kami tiba, padahal pesawat mendarat lebih cepat. Perjalanan ke rumah juga lancar meski jalanan padat karena bersamaan dengan jam pulang kantor.

Dan berakhirlah perjalanan kami ke Rennes, sebuah kota yang menurut saya cantik juga. Kota besar yang tidak ribet. Masih terlihat lapang. Banyak daerah hijaunya.

Apakah Butet kuliah di sana?

Kita lihat saja nanti!


Comments

Popular posts from this blog

Menengok Ketentuan Pemberian Nama Anak di Prancis

Perjalanan Bela Bangsa

Foto Kelas