Paris H—1: Wisata Tipis-tipis

Kalau Kamis malam kursus diliburkan—dan ujian diundur, saya sih senang-senang saja. Selain bisa pulang dengan santai, saya relatif bisa lebih istirahat malamnya. Pasalnya, Jumat—Minggu ini kami ke Paris.

Tujuan utama kami adalah menemani Butet wawancara ke tiga ENSA Sabtunya. Ya, tiga! Karenanya, saya minta pada Paksu untuk mencari jadwal kereta yang nyaman, meski agak mahal, agar kami sempat istorahat sebelum keliling Paris dari pagi hingga sore. Karenanya, Butet izin absen lagi, yang langsung divalidasi oleh sekolah tanpa diminta justifikasi.

Kami berangkat pukul 8.31. Karena Paksu berniat langsung ke kantornya di Paris, kami sempatkan membeli sandwich untuk makan siang dulu. Memang ada restorasi di dalam TGV Inoui. Tapi kan nggak ada nasi goreng ataupun ayam geprek tuh! Eh? Hehehe.

Kereta sampai tepat waktu, pukul 13.52. Kami pun berpisah di stasiun. Saya dan Butet langsung menuju hotel. Jalan kaki saja. Jaraknya hanya 1 km dari stasiun kereta Gare de Lyon.

Paris cerah bermatahari. Cenderung panas. Berbeda dengan Cannes yang kami tinggalkan dalam keadaan mendung dan diprakirakan hujan mulai lepas tengah hari. Dan memang saat kereta baru keluar dari stasiun Cannes, rintik mulai terlihat membasahi jendela.

Setelah check-in, salat, dan mengisi batre hp yang terkuras untuk menonton drakor di kereta (heu), saya dan Butet keluar lagi. Kami ingin memanfaatkan waktu untuk jalan-jalan di Paris. Satu-satunya kesempatan, karena Sabtu akan sibuk sekali.

Sebelumnya, kami sempatkan membeli kartu Navigo Easy dan mengisinya dengan 6 tiket metro saja. Hanya secukupnya untuk pp jalan-jalan dan urusan wawancara, plus ke stasiun untuk kembali ke Cannes hari Minggu nanti.

Tujuan awalnya sebenarnya adalah Magasin Sennelier. Ada beberapa toko dari produsen alat seni lukis (kertas, cat air, pensil warna, ...) ini. Yang ingin dikunjungi Butet adalah toko yang pertama. Toko bersejarah.

Melihat-lihat jalur transportasi, sepertinya yang terpraktis adalah turun di daerah Museum Louvre. Kebetulan Butet juga ingin ke Carrousel de Louvre, sebuah pusat perbelanjaan. Bukan untuk shopping, tapi untuk mencoba photo booth cabang dari Korea yang baru dibuka Sabtu lalu.

Jadilah jalur kami ke photo booth dulu—Butet membuat foto dengan idol favoritnya, lalu ke Magasin Sennelier—Butet membeli buku gambar spesial untuk pastel, lanjut jalan ke Notre Dame de Paris yang belum selesai renovasinya, kemudian balik ke hotel setelah menyempatkan mencicipi crepe pisang-nutella dan milkshake di warung seberang Notre Dame.

Beruntung metro tidak terlalu penuh meski termasuk jam sibuk pulang kantor. Setengah 7 kami sudah sampai hotel lagi. Paksu yang menanyakan apakah jam 7 sudah sampai hotel malah baru terlihat setengah jam kemudian. Padahal dia ada meeting online jam 8 malam.

Kami baru makan menjelang setengah 9 malam. Kebetulan Butet masih kenyang dengan crepe yang tak mampu dihabiskannya. Kami makan di restoran Korea yang tak jauh dari hotel. Saya pernah makan berdua Paksu di sana saat Butet pelatihan dasar animasi 2 tahun yang lalu di Gobelins. Sayang sekali Butet salah pilih menu dan tidak menyukai mi dinginnya.

Setengah 10 kami masuk hotel kembali. Baru masuk Magrib di Paris. Setelah mandi, salat, dan menemani Butet sedikit menyiapkan untuk wawancara, kami lekas istirahat. Mengumpulkan kekuatan untuk Sabtu yang sibuk.


Comments

Popular posts from this blog

Menengok Ketentuan Pemberian Nama Anak di Prancis

Perjalanan Bela Bangsa

Foto Kelas