Rennes H—2: Mont Saint Michel
Seperti yang sudah sempat saya singgung kemarin, ini adalah pertama kalinya kami ke Rennes. Pertama kalinya kami ke Region Bretonia. Pertama kalinya kami jalan-jalan di dalam negeri Prancis di luar Region Sud—region kami—, Paris, dan Toulouse.
Ya, kami memang belum banyak jalan-jalan di dalam negeri. Bukan apa-apa. Tiket dalam negeri cenderung mahal. Belum lagi akomodasinya. Perjalanan ke luar negeri yang masih dalam wilayah Schengen jadi sangat menarik. Karena itulah kami menggunakan alasan dipanggilnya Butet wawancara di Rennes ini untuk melihat-lihat wilayah Prancis yang lain juga. Hehehe.
Saat memesan tiket pesawat dan akomodasi, kami tak terlalu memperhatikan di mana tepatnya lokasi Rennes. Demikian pula saat Butet memilih ENSA. Dia hanya ingin berganti suasana. Keluar dari Region Sud di mana dia lahir dan dibesarkan.
Kami pikir, Rennes tak jauh dari pantai. Ternyata ya ... sebenarnya tak jauh-jauh amat sih. Namun kalau dibandingkan pantai Croisette yang hanya 2km dari rumah kami dan bisa ditempuh dengan jalan kaki ya jelas sangat jauh sekali banget! Hahaha.
Paksu yang paling semangat untuk ke pantai. Dia mengusulkan ke pantai terdekat hari Sabtu. Saya sih ngikut saja. Saya pikir dia sudah mencari tahu. Ternyata belum!
Singkatnya, Jumat hampir tengah malam saya menemukan bahwa pantai yang termudah untuk dikunjungi adalah Le Mont Saint Michel! Ada bus langsung dari terminal Rennes yang tak jauh dari hotel. Rezeki banget, kan!?
Kami tak langsung memesan tiket. Sudah sangat malam dan lelah. Masih ada beberapa hal yang harus kami pastikan lagi. Akhirnya kami baru memesan Sabtu pagi, dan mendapatkan tiket berangkat pukul 10.45, pulang pukul 18.00.
Saat kami tiba di terminal pukul 10.30-an, sudah terlihat banyak penumpang di balik kaca jendela bus. Setelah kami naik, masih ada yang berdatangan. Perlahan saya menyadari bahwa kebanyakan adalah turis Asia!
Memang kami sempat mendengar bagaimana Mont Saint Michel cukup populer di kalangan orang Asia. Bahkan saya sempat menonton drakor yang mengambil salah satu lokasi ceritanya di sana. Namun saya tak menyangka akan semayoritas itu penumpang yang naik dari Rennes. Kami belum sempat mencari info, apa yang membuat Rennes menarik. Karena ibukota Bretonia kah?
Bus berangkat 10.45 tepat. Kami mendapatkan tempat duduk di sebelah kanan yang terkena matahari. Matahari pagi. Hangat dan nyaman.
Saya pikir bus akan langsung masuk jalan tol sampai menjelang tujuan. Ternyata rute melewati jalan biasa. Hanya ada bagian kecil di mana bus memasuki jalur spesial mobil di mana kecepatan bisa mencapai 110 km per jam seperti di jalan tol. Selain itu paling maksimal 80 km per jam.
Bus sampai tujuan wisata Mont Saint Michel pukul 12.00 sesuai jadwal. Halte bus berada di wilayah tempat parkir. Demikian juga mobil-mobil pribadi dan bus rombongan pariwisata. Masih berjarak sekitar 2,5 km untuk mencapai lokasi wisata. Ada shuttle gratis, tetapi kami memilih jalan kaki saja. Sebelumnya kami sempatkan ke pusat informasi untuk menanyakan beberapa hal dan meminta peta.
Sesampai di Mont Saint Michel, kami mengikuti jalur sesuai saran petugas pusat informasi. Jalur landai tak banyak tangga. Tanpa terlalu memperhatikan waktu, kami langsung masuk ke Abbaye Saint Michel.
Kami membeli tiket langsung loket di tempat. Harga tiket, 13 euro untuk dewasa, ternyata malah lebih murah ketimbang yang ditawarkan online yang 15 euros. Tiket masuk gratis untuk di bawah 26 tahun. Kami beruntung, antrian tak panjang. Bahkan lebih pendek ketimbang mereka yang sudah membeli tiket sebelumnya!
Saya pikir, yang namanya Abbaye Saint Michel itu hanya kecil saja. Ternyata masih luas dan tinggi lagi, saudara-saudara! Pantas kok saat jalan-jalan di kotanya terasa ringan saja! Hahaha.
Kami menghabiskan hampir 2 jam di sana. Keluar sudah hampir jam 3! Kami belum makan siang! Sempat terisi sarapan yang dibeli oleh Paksu juga sih. Plus teh manis yang disediakan di kamar hotel.
Kami makan di rumah makan pertama yang kami temui. Dituliskan bahwa servis selesai jam 4 sore. Masih ada waktu untuk kami mencicipi mouton pré salé yang sayangnya kok dimasak kari dengan teman nasi. Jadi nggak spesial kan!? Tapi memang enak. Atau kami sudah lapar?
Masih ada waktu sebelum kami harus ke halte bus untuk kembali ke Rennes. Kami manfaatkan waktu jalan-jalan di pantai yang pasirnya lebih mirip tanah liat karena basah dan padat diinjak para pengunjung.
Saat kami datang, laut sedang pasang, tapi tak sampai mengelilingi Mont Saint Michel. Saat kami jalan-jalan itu, laut sudah surut. Ada banyak orang yang jalan-jalan sampai jauh ke tengah. Di tepi pantai dipasang peringatan untuk tidak jalan-jalan terlalu jauh tanpa pemandu.
Kami sendiri tak jalan jauh. Butet yang tadinya menolak menggambar, tau-tau meminta duduk sejenak untuk melukis. Sayangnya, angin pantai tak mendukungnya. Cat airnya meleber ke mana-mana. Akhirnya ya sudah, kami menuju shuttel untuk ke tempat parkir saja.
Ternyata kami tidak sendirian. Ada banyak pengunjung yang memilih jam pulang yang sama. Hasilnya, shuttle kami penuh. Kami berdiri. Cuma 15-an menit sih.
Kami sempatkan untuk ke toilet sebelum menuju halte bus ke Rennes. Sayang sekali butik kantor informasi turis sudah tutup. Tapi Butet sudah sempat membeli buku tentang arsitektur Mont Saint Michel dan pin untuk abangnya saat di Abbaye. Dia juga menemukan lonceng di sebuah toko suvenir untuk menambah koleksinya, yang entah mau ditaruh di mana lagi nantinya. Heu ....
Kami kembali ke Rennes dengan lancar dan tepat waktu, sesuai jadwal. Hujan badai yang diprakirakan datang malam hari di Rennes tidak tampak. Atau sudah berlalu saat kami sedang bepergian? Entahlah.
Besok ke mana?
Tunggu saja ceritanya ya!
Comments
Post a Comment