Pasca Lockdown, Hari Ke Tigabelas

Hari Sabtu. Saya dan Butet ke optik jam 11 pagi sesuai janji. Tak perlu mengantri. Pelanggan sebelumnya sudah tak terlihat lagi…

Di sini kami melihat betapa ribetnya opticien dalam menjaga terjaminnya tindakan-tindakan pencegahan dalam rangka menghadang covid 19. Sebelum mencobakan kacamata, dia mengelap satu per satu untuk mendesinfeksikannya. Dan setelah pelanggan selesai memilih dan pergi, dia akan mencuci semua kacamata yang sempat dicoba dan tidak terpilih dengan air bersabun! Tidak lupa mengelap semua alat dan mebel yang ada setiap kali pelanggan meninggalkan optik!...

Wajar saja kalau kemarin optician mengalokasikan waktu 1,5 jam untuk kami. Dari persiapan, proses pembelian, lalu kemudian pemberesan sesudahnya, sudah makan waktu sendiri…

Opticien belum bisa menjanjikan kapan kacamata kami jadi. Dia harus menelepon asuransi tambahan kami dahulu untuk memastikan berapa biaya yang ditanggung. Lalu harus memesan lensa dan menunggu pengirimannya, yang ini sempat cukup terhambat sepanjang masa lockdown kemarin. Namun katanya saat ini sudah kembali normal. Kita lihat saja...

Ramadhan hari ke tiga puluh. Hari terakhir Ramadhan tahun ini. Malam takbiran. Sepi. Seperti biasa...

Sejak 20 tahun belakangan, baru 2 kali kami sempat berlebaran di Indonesia. Ya, hanya 2 kali kami mudik lebaran. Kalau lebaran tidak jatuh pada libur panjang musim panas, kami tidak mungkin mudik. Anak-anak sekolah, dan kantor sulit memberi cuti…

Tapi saya tak berani mengkritik mereka yang mengeluh tidak bisa mudik karena pandemi. Apalah saya. Ada yang berpikir kami tidak mudik karena tak berbakti. Ada yang berpikir kami tak mudik karena tak sayang keluarga. Apalah hak saya membandingkan bakti dan kerinduan mereka yang sebenarnya bisa mengunjungi keluarga kapan saja tapi kali ini tak bisa berkumpul saat Idul Fitri karena terhalang distansiasi sosial, dengan kami yang hanya bisa mudik dua tahun sekali?

Anak-anak meminta steak hachée untuk buka puasa terakhir tahun ini. Bisa jadi ini adalah Ramadhan terakhir kami di rumah ini karena seharusnya kami sudah pindah rumah Ramadhan depan. Bisa jadi ini Ramadhan terakhir kami berkumpul berempat karena rencananya Ucok berada di rantau saat Ramadhan tahun depan…

Yang jelas kami bersyukur bisa menjalani Ramadhan tahun ini berkumpul berempat, berempat sukses dan lancar shaum sebulan penuh, serta berharap agar diberi umur panjang dan kesehatan supaya bisa bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan… 😇

Semoga semua tetap bersabar, selalu lancar, aman, terkendali, dan kehidupan segera kembali nyaman tanpa kekhawatiran… 🙏

Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah