Pasca Lockdown, Hari Ke Tujuhbelas

Hari ini Butet hanya ada satu conference. Streaming dengan pelajaran offline di kelas…


Siangnya, Butet mengikuti Big Challenge. Sebuah kompetisi bahasa Inggris tertulis yang seharusnya diadakan di sekolah. Seperti kompetisi matematika Kangourou des maths, Big challenge mengadakan kompetisi secara online. Tentu di sini diperlukan kejujuran peserta. Dan saya bangga dengan Butet yang konsisten untuk tidak memanfaatkan kesempatan demi menjadi juara…


Saya lupa bercerita tentang suksesnya Butet menyelesaikan buku Sahala, sebuah metode belajar membaca Al Qur'an yang ditulis oleh pakdhe-nya, kakak sepupu putra dari budhe saya. Buku ini sudah diberikan sejak 7 tahun yang lalu. Dan sudah sempat dicoba dua kali sebelumnya. Selalu gagal menyelesaikannya…


Berbeda dengan Ucok yang tenang dan tekun, Butet tidak bisa bertahan duduk lama mengulang-ulang pelajaran yang "sama". Saya tak mungkin menggunakan metode Iqro' seperti pada abangnya. Karenanya, saat budhe menunjukkan buku Sahala, saya langsung tertarik mencobanya. Ternyata tidak mudah juga…


Saat awal-awal school from home, saya coba lagi menawari Butet kembali belajar. Saya janjikan hadiah kalau dia berhasil menyelesaikannya. Dia meminta karpet untuk yoga!


Mulanya hanya 2 halaman per minggu. Saat memasuki Ramadhan, frekuensi bertambah. Menjelang akhir ramadhan, Butet semangat maju tiap harinya. Dan selesai tepat di malam Lebaran!


Meski karpet yoga belum terbeli karena stok kosong di toko sport, Butet tetap semangat melanjutkan membaca Al Qur'an tiap harinya. Awalnya Al Fatihah. Lalu 5 ayat pertama Al Baqarah. Namun kemudian kami memilih memulai dari belakang, dari An Naas, supaya terasa kemajuannya dan membuatnya lebih bersemangat. Ya. Tidak banyak. Asal teratur saja dulu…


Memang cukup terlambat saya serius mengajarkan membaca Al Qur'an pada Butet. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali kan!? Dan melihatnya senang membaca Al Qur'an begini, sepertinya memang inilah saat yang tepat untuknya...


Semalam, bunga Wijaya Kusuma pertama kami tahun ini mekar. Tidak seperti dalam ingatan saya saat di Indonesia yang bunganya mekar tengah malam dan langsung layu tak lama kemudian, di sini Wijaya Kusuma bisa bertahan sampai 3 hari. Malam ini pun masih terlihat segar dan wangi, meski sudah mulai beranjak layu...


Semoga semua tetap bersabar, selalu lancar, aman, terkendali, dan kehidupan segera kembali nyaman tanpa kekhawatiran… 🙏


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah