Comirnaty Dosis Ke Tiga

Setelah dua minggu libur Natal dan Tahun Baru, hari ini, Butet mulai sekolah lagi. Suami saya masih cuti. Niatnya sampai Rabu untuk membersamai Ucok yang tadinya sudah harus kembali ke Swedia. Mau irit Uber ke bandara, ceritanya... 

Tapi ternyata ada keputusan pemerintah yang mengharuskan perusahaan yang memungkinkan untuk memberlakukan wfh minimal 3 hari per minggu! Minimal! Dan tentu saja perusahaan IT masuk di kategori ini...

Ucok masih berstatus libur. Keberangkatannya diundur ke tanggal 15. Tapi ceritanya belakangan saja ya...

Kuliahnya sendiri baru akan resmi dimulai tanggal 17. Tapi sistem project-nya membuat dia tetap harus aktif. Apalagi dia anggota himpunan mahasiswa. Ada acara-acara di pergantian semester katanya... 

Wajib Booster Vaksin

Saat Ucok menyatakan mau mudik liburan, kami langsung menawarkan untuk sekalian melakukan vaksinasi dosis ke tiga. Pemerintah Prancis mewajibkan semua penduduk dewasa untuk melakukan booster ini...

Awalnya, pemerintah menentukan batasan 5 bulan sesudah dosis ke dua. Pas sekali. Dosis ke dua kami dapatkan bulan Agustus. Jadi Januari sudah bisa booster. Tapi kemudian karena melonjaknya kasus positiv Covid 19, pemerintah memutuskan untuk memajukan batasan ke haya 3 bulan sesudah dosis ke 2...

Passe sanitaire akan tidak berlaku jika kita tidak mengikuti aturan ini. Namanya pun diganti menjadi passe vaccinale. Penerapannya mulai 15 Januari 2022 nanti. Yang ini bertepatan dengan jadwal penerbangan Ucok! Tak terpikir sama sekali! Semoga saja lancar, tanpa masalah...

Janji Temu untuk Ucok dan Papanya

Karena booster hanya diberikan ke yang dewasa, dan melihat kesulitan mendapatkan janji temu dengan jadwal Ucok yang mepet, kami berpikir ya sudah, Ucok dan papanya saja dulu yang vaksin. Ucok, mumpung sedang ada di Prancis. Papanya karena toh harus sering melakukan perjalanan berpesawat...

Saya pikir untuk saya nanti saja. Mungkin sekalian kalau booster untuk anak di bawah 18 tahun sudah diwajibkan juga. Lagipula saya tidak akan ke mana-mana juga ini. Ke restoran? Paling hanya saat Ucok di rumah ini!...

Suami saya pun membuat janji temu untuk mereka berdua. Saya tak mengeceknya. Ternyata, suami saya membuat dua janji temu di pusat vaksinasi yang berbeda! Berjauhan. Keduanya jauh dari rumah. Dan pada waktu yang hampir bersamaan!

Memang booster vaksin ini dibedakan. Untuk di bawah 30 tahun medapatkan Pfizer, di atas 30 tahun mendapatkan Moderna. Kebetulan Pfizer hanya tersedia di satu pusat vaksinasi. Yang di sana, katanya tak ada slot vaksinasi Moderna pada hari yang sama! 

Tetap saja saya meradang! Saya tak mau jadi sopir mondar-mandir mengantar mereka. Dan menunggu!!! Apalagi paginya saya masih harus antar Butet sekolah juga, kan!?...

Saya minta suami membatalkan saja janjinya. Buat lagi di dekat-dekat rumah. Toh masih ada waktu sampai passe sanitaire expired. Atau bisa coba minta dosis saat mengantar Ucok. Siapa tau ada stok tersisa...

Tapi suami saya lupa. Sudah lewat batas pembatalan 48 jam. Bisa saja sih, dia nggak hadir tanpa pemberitahuan. Cuma kan nggak pantas juga, rasanya...

Vaksin Dadakan

Hari ini adalah hari H. Suami berangkat naik bus sendiri ke tempat vaksinnya. Saya mengantar Ucok, dengan pertimbangan tempat vaksinnya hanya dilewati bus satu jam sekali!

Kami baru bersiap berangkat saat suami sudah sampai rumah kembali. Rupanya vaksinasinya cepat saja. Dilakukan di apotik, tidak ada antrian. Tidak ada masa menunggu sesudah suntikan. Langsung ada surat tanda vaksin, dan pulang begitu saja...

Tiba di pusat vaksinasi, Ucok segera mendaftar ulang. Setelahnya, saya menanyakan apakah mungkin vaksin tanpa janji temu. Dan ternyata bisa! Saya pastikan bahwa saya bisa mendapatkannya bersamaan dengan si Ucok. Karena tujuannya memag hanya daripada saya menganggur saja menungguinya. Meskipun saya membawa perlengkapan berupa buku dan tablet lengkap dengan drama yang sudahsaya unduh sebelumnya...

Petugas mendata saya, memberi saya selembar formulir isian data kesehatan, dan meminta saya ke tempat antrian seperti Ucok. Sudah banyak yang mengantri sebelum kami. Ada yang masih menunggu untuk mendapatkan suntikan, ada pula yang dalam tahap observasi 15 menit sambil menunggu berkas selesai disusun...

Prosesi vaksin berjalan sangat efektif. Calon penerima vaksin dipanggil per 5 orang per grup vaksin: Pfizer atau Moderna, lalu dibagi masing-masing ke dalam bilik-bilik. Dokter mengunjungi tiap bilik bergantian untuk memeriksa formulir isian, memeriksa suhu badan, mengajukan beberapa pertanyaan terutama mengenai efek vaksin-vaksin sebelumnya, menandatangani formulir, lalu pergi...

Seorang perawat memasuki bilik-bilik sesudahnya. Memberikan suntikan vaksin satu per satu. Mencatat jam pemberian vaksin dan sampai kapan harus observasi. Menandatangani formulir, menyerahkannya pada penerima vaksin, dan mengarahkannya ke antrian observasi...

Prosesnya sangat cepat. Suntikannya juga cepat. Tak terasa. Karena hanya setengah dosis vaksin, mungkin? Entahlah...


Yang jelas, saya yang terakhir menerima suntikan dari grup saya ternyata lebih cepat sampai ke antrian observasi ketimbang si Ucok yang sebenarnya sudah dipanggil terlebih dahulu ketimbang saya. Sempat bingung juga, dia ada di mana. Mungkin lama karena suntikan dosis penuh ya?...

Pada akhirnya saya tetap menunggu Ucok karena tercatat dia baru disuntik 5 menit sesudah saya. Hanya 5 menit ini. Saya lebih memilih menunggu di dalam daripada di luar meski hari cukup hangat bermatahari cerah...

Sampai di rumah, kami mulai merasakan sakit di bekas suntikan. Dokter yang tadi menemui saya menyarankan untuk langsung minum paracetamol, tak perlu menunggu gejala efek. Tapi saya tetap memilih menunggu sesudah makan siang...

Suami merasa pusing dan tak enak badan. Yang saya rasakan kemudian belakangan. Mungkin memang belum waktunya. Karena suami kan vaksin terlebih dahulu... Kami pun menyempatkan tidur siang. Dan sampai saat saya menulis ini, tidak terasa hal yang mengganggu selain pegal di lengan kiri yang menerima suntikan...

Demi Ikhtiar

Butet protes saat mengetahui saya akhirnya vaksin. Memang bisa jadi akan sulit menyinkronkannya nanti jika tiba-tiba pemerintah memutuskan bahwa anak di bawah 18 tahun juga harus menerima booster...

Tapi saya tenangkan. Nanti bisa diatur lah... Menurut perkembangan terakhir, passe vaccinal hanya berlaku selama 7 bulan. Jadi naga-naganya kita harus rutin mengupdate vaksin anti covid. Sampai covid berhasil ditaklukkan. Semoga segera...

Sambil menunggu, vaksinasi adalah bentuk ikhtiar kita. Vaksinasi adalah solusi yang ada sampai saat ini. Demi kesehatan diri dan kesehatan orang-orang di sekitar kita. Demi kesehatan dunia. Karena Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum itu tidak berusaha mengubahnya sendiri, kan!?... 😇


Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi