Bioskop Pertama 2022

Kami tidak punya tivi. Sudah lama sekali. Sejak tivi CRT kami tak mau hidup lagi, kami belum juga beli baru. Tapi kami tetap nonton tivi. Menggunakan monitor lama kami. Disambungkan ke dekoder dengan menggunakan adaptator. Karena monitor kami masih berkabel peritel. Monitor tua, memang. Kalau masih bagus, pasti masih digunakan kan!?...

Instalasi tivi kami bahkan sempat membuat kagum teknisi operator internet yang datang untuk menyambungkan fiber optik ke rumah. Apalagi kami harus memasang adaptator lain untuk output audio-nya. Karenatentu saja takada speaker di monitor tua. Operator pun menyerahkan instalasi bagian tivinya ke kami saja...

Tentu saja kualitas gambar dan suara tak seberapa. Karenanya, kami suka ke bioskop. Layar super lebar dengan suara stereo yang tak cempreng a la speaker mini kami, tentu saja menghasilkan efek menonton yang berbeda...

Hari ini, setelah sekian lama tak ke bioskop. Bioskop sudah lama dibuka kembali di Prancis. Memang karena tak ada film menarik saja. Hari ini aku dan Butet menonton My Hero Academia: World Heroes' Mission. Tak lupa berbekal masker dan surat tanda vaksinasi lengkap…

Pas sekali filmnya rilis di Prancis sesudah season 5 serialnya selesai tayang di kanal televisi J-One seminggu yang lalu. Pas sekali ada versi berbahasa Jepang --dengan subtitle Prancis, tentunya!-- (VOSTR = version originale sous titré Français) yang diputar di bioskop kota kami Sabtu pagi ini. Karena tak banyak film dengan versi bahasa asli yang diputar di bioskop kota kami. Bahkan di Prancis sekalipun. Dan tentunya, ada diskon untuk pemutaran film sebelum tengah hari!...

Sempat cemas, takut tak dapat tempat karena weekend pertama rilis film yang biasanya rame, plus dengan keharusan jaga jarak karena pandemi. Apalagi fitur pesan online bioskopnya sedang tak berfungsi. Tapi kami tetap pergi santai, dengan pikiran bahwa biasanya orang Prancis lebih suka versi dubbing...

Benar saja. Hanya ada sepasang ibu dan putrinya selain kami. Penonton remaja mungkin memilih menonton siang atau sore. Karena toh untuk mereka, ada harga khusus pelajar setiap waktu…

Sempat aku tawarkan pada Butet apa dia mau menonton bersama teman-temannya. Tapi Butet tak mau repot membuat janji. Weekend begini, tean-teannya sibuk dengan kegiatan atau acara keluarganya masing-masing. Butet memilih menonton denganku. Meski aku syaratkan untuk bangun pagi. Untuk mendapatkan harga diskon tadi…

Aku sih senang-senang saja. Karena aku mengikuti serialnya. Namun sepertinya ibu yang di depan kami tak begitu. Sebelum film mulai, aku sempat dengar dia bertanya ke anaknya, siapa nama tokoh utama dalam filmnya?

Dan belakangan, sii ibu sepertinya bosan. Sekaligus tak mengerti, karena tokohnya ada banyak sekali. Namanya juga sudah 5 season anime. Entah berapa jilid manga, itu! Si ibu beberapa kali keluar di tengah film diputar…

Butet merasa terganggu. Aku sendiri terheran. Anaknya lebih muda dari Butetku. Bagaimana dia bisa melepas anaknya menonton seri yang penuh kekerasan begitu?

Tapi aku tak boleh menghakimi. Masing-masing orang tua punya pertimbangan sendiri. Masing-masing anak juga punya daya analisis sendiri-sendiri…

Begitu film selesai, mereka langsung bangkit keluar. Kami tetap duduk, menanti berakhirnya kredit akhir, seperti yang selalu kami lakukan. 

Kami keluar dengan puas. Dengan diskusi panjang-lebar tentang kekerasan yang mewarnai filmnya. Tentang kenapa tak ada peringatan khusus yang biasa dicantumkan untuk film dengan peralihan gambar yang terlalu cepat yang bisa berbahaya. Sambil jalan santai menikmati hangatnya matahari musim dingin kota Cannes… 🏖



Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi