Gundah dan Harapku Hari Ini

Hari itu, aku pamit hanya untuk check up agak lebih mendalam. Suami aku minta cuti. Bukan untuk menemaniku. Tapi untuk menemani Butet di rumah. Memang aku sengaja memilih hari Rabu. Biar suami tak repot mengantar-jemput sekolah.

Aku lupa tanggalnya. Dan aku malas mencari arsipnya. Yang jelas, hari itu hari ke dua puasa. Dan aku tak memerhatikan hal itu saat membuat janji temu dua bulan sebelumnya.

Aku sempat memastikan ke ayahku apakah memasukkan jarum besar ke dalam tubuhku lalu menyedot cairan darinya tidak membatalkan puasa. Katanya tidak. Asal aku tidak pingsan saja karenanya. Saat itu, aku masih bisa nyengir.

Cengiran berubah menjadi ketakutan, saat dokter selesai menyuntikkan jarum besar dan tak bisa mendapatkan cairan! Solid, bu, bukan cair, begitu katanya! Kita sekalian mikrobiopsi saja ya, mumpung sudah di sini dan sudah dibius lokal juga?

Mendengar itu, aku langsung lemas. Kurasakan keringat dingin yang lebih dingin dari AC ruangan laboratorium medikal itu.

Dokter meyakinkan kalau prosesnya cepat. Hanya saja, hasilnya harus menunggu semingguan. Dan sesudah itu, bakal ada lebam di bekas suntikan karena jarumnya jelas lebih besar. Lagian namanya juga ada proses mengiris dan mengambil daging tubuh kita, kan!? Lalu akan terasa sakit di bagian lengan, yang mungkin akan menyulitkan aktivitas sehari-hari. Masih sempat terpikir, beruntung benjolan ada di sebelah kiri.

Tak urung aku keluar dari laboratorium dengan limbung. Bukan karena kehabisan tenaga atau karena rasa sakit pasca operasi. Tapi karena gundah, cemas, takut, …

Jadi aku tahu apa yang kau rasakan. Meski engkau berusaha ceria di telepon kemarin. Meski kau bilang bahwa tidak apa-apa, kuat, dan seterusnya. Meski kau memperlihatkan bisa melakukan aktivitasmu seperti biasa. Aku tau horor itu ada.

Mungkin dari sedikit orang yang mengetahui kabar tentangmu, aku yang paling bisa mengerti kurang-lebih apa yang ada dalam pikiranmu. Masa horormu masih belum selesai. Aku tahu sakit fisikmu jauh lebih besar dariku waktu itu, karena proses biopsimu lebih rumit. Namun menunggu satu minggu untuk kabar hasil analisis sampelmu akan jauh lebih menguras ketimbang rasa sakit bekas operasi kecilmu saat efek biusmu sudah hilang nanti. 

Tapi aku harap, minggu depan masa horormu akan selesai dengan adegan akhir lembaran kertas berisi hasil analisis yang menenangkan. Semua berakhir baik-baik saja. Seperti masa hororku waktu itu.

Kami doakan dari jauh agar kau tetap semangat, semoga lekas sehat. Karena masa horormu adalah horor untuk kami juga.

---

Tulisan di atas tadinya akan diikutkan dalam tantangan 30 Hari Bercerita 2022 hari ke 19 yang bertema horor. Namun karena ada kabar perkembangan yang kurang menyenangkan, saya tak jadi mempostingnya ke Instagram. Dan bahkan tak bisa berpikir untuk menulis apapun hari ini sehingga hanya memposting foto capture KBBI dengan caption berisi emoticon saja…

Sambil menunggu perkembangan selanjutnya, kami tambahkan doa, semoga orang yang kami sayangi yang saya sebutkan di dalam cerita tetap tegar dan kuat melampaui semuanya. Semoga penyakitnya masih bisa ditangani dan beliau sehat kembali. Aamiin… 🙏


Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi