Satu Terselesaikan

Sebenarnya, sejak akhir tahun kemarin, saya ada banyaaak sekali masalah. Tidak cuma soal ban mobil. Atau soal dinyatakan sebagai cas contact-nya Butet. Tapi ada beberapa masalah lagi...

Kecil? Itu relatif. Tapi kalaupun kecil, jika banyak, kan berat juga tuh!... Cuma tentu saya tak akan ceritakan semua sekaligus. Saya tulis saja satu per satu. Tanpa mengelompokkannya biar tak terasakan beratnya. Dan hanya menuliskannya saat masalahnya sudah selesai!...

Lho? Kenapa? Biar saya tak mencatat hal-hal yang menyedihkan. Biar kalau baca blog ini, yang ada hanyalah hal-hal yang menyenangkan saja. Karenanya, tidak akan saya tuliskan semua. Semoga saja jadi lupa...

Hari ini, ada sebuah catatan yang ingin saya torehkan. Sebuah peristiwa terselesaikannya masalah yang sudah mengganggu kami sejak dua minggu ini...

Tas yang Hilang

Cerita bermula saat Ucok mudik. Dia sampai rumah jam 11 malam lebih. Saya yang membukakan pintu. Anaknya langsung panik. Tasnya ketinggalan di Uber, katanya!...

Memang saya tak menjemputnya. Pada dasarnya saya buta senja. Tak mungkin pergi menyetir di jalan tol malam-malam begitu. Lalu dua hari sebelumnya lutut kiri saya kambuh. Sakit lagi. Kaku dan linu. Tambah tak mungkin menyetir juga...

Lekas telepon ke sopir via aplikasi. Karena tak bisa menelepon sopirnya langsung. Tak ada jawaban. Saya suruh Ucok meninggalkan pesan. Dalam paniknya, dia hanya bilang bahwa tasnya ketinggalan...

Beberapa menit tak ada reaksi, saya minta Ucok telepon lagi. Kali ini dengan menjelaskan ada di mana tasnya, dan dengan meninggalkan nomor telepon genggamnya. Tak apa, buka-buka data pribadi. Semoga dengan begitu urusan jadi lebih cepat selesai...

Tak ada jawaban juga, kami coba kontak keluhan Uber. Tapi dikatakan harus menunggu kontak sopir selama 24 jam sebelum meninggalkan keluhan! Baiklah. Hari itu 24 Desember. Ucok masih sempat-sempatnya memikirkan bahwa sopirnya, yang kebetulan perempuan separuh baya, mungkin sedang merayakan Natal bersama keluarga...

Dengan prasangka baik, Ucok bahkan tak memblokir kartu kreditnya. Berharap tasnya akan kembali. Karena membuat kartu baru itu membutuhkan waktu lagi...

Ke Tiga Kalinya!

Praktis tanggal 27 baru kami mendapatkan berita: bahwa tas Ucok tidak diketemukan!

Tas kecil Eiger made in Indonesia itu memang biasa diselempangnya untuk mempermudah akses. Dilepas di Uber untuk menanggalkan jaketnya. Tak tahunya malah lupa...

Di dalam tas selempang Ucok hanya ada kacamata dan dompet yang berisi surat-surat identitas saja. Plus kartu kredit dan uang kontan 300 kronor swedia. Tak banyak. Tapi ini ketiga kalinya Ucok kehilangan kartu kredit dan surat identitas! Ketiga-tiganya saat-saat kritis pula!...

Yang pertama sebelum keberangkatannya ke Tours. Tas hilang di pantai. Tapi ditemukan. Yang ke dua kehilangan dompet di kereta. Ada orang baik hati yang menemukan dan mengirimkan kembali ke rumah. Kali ini seharusnya kemungkinan ditemukannya lebih besar karena di Uber. Tapi ternyata tidak!

Kami tak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Apakah ada penumpang setelah Ucok? Apakah mobil Uber dipakai orang lain selain sopir? Terpikir juga kemungkinan jatuhnya di depan rumah saat Ucok turun dari mobil. Dan Ucok sudah melaporkannya ke kantor polisi, namun sampai sekarang tanpa hasil...

Pembuatan Kartu Identitas Baru

Ucok tetap tak memblokir kartunya. Dia memilih langsung ke bank saja keesokan harinya --hari Senin banknya tutup!--. Sudah beride untuk mengirimkan kartu kredit ke Swedia, namun akhirnya diputuskan menunggu saja. Karena toh, masih harus membuat kartu identitas dan paspor juga kan!?...

Pagi ke bank, siang ke mairie (kantor wali kota) menanyakan tentang pembuatan paspor. Kebetulan bertemu petugas yang juga merupakan tetangga yang tinggal persis di atas apartemen kami. Diinformasikan bahwa Ucok bisa mengajukan permohonan paspor darurat, jika ada bukti bahwa Ucok harus segera berangkat! Paspor bisa jadi dalam 48 jam, dan tidak perlu menunggu satu bulan seperti standarnya...

Ucok pun langsung mengirim email ke kampusnya. Tanpa banyak berharap. Sedang masa liburan kan, di mana-mana!? Tapi ternyata jawabannya cepat! Selasa minta, Kamis sudah dijawab. Lengkap!... Hanya saja, ternyata urusan tak selesai di sana...

Mairie yang kami kirimi surat dari kampus untuk minta konfirmasi apakah surat seperti itu cukup, malah meminta terjemahan dalam bahasa Prancis!!!

Helloooo... Ini Uni Eropa ya! Mosok surat dalam bahasa Inggris masih harus diterjemahkan lagi?...

Hari sudah siang saat email dari mairie datang. Mairie sendiri tutup tanggal 31 Desember. Ya sudahlah. Tunggu Senin saja sekalian untuk membuat temu janji dan datang langsung. Menunjukkan dan menjelaskan di mana yang kurang jelas dalam surat berbahasa Inggris dari kampus...

Sambil menunggu, kami ganti tiket Ucok dari tanggal 5 ke tanggal 15. Kami cari aman saja. Dijanjikan 48 jam kan belum tentu benar-benar 48 jam. Apalagi masih ada problem penerjemahan tadi itu...

Senin, sebelum berangkat booster vaksinasi, Ucok menelepon mairie untuk membuat janji temu. Ditetapkan jam 2 siang. Dia berangkat sesudah makan siang. Sendiri. Saya sudah sempat minta papanya menemaninya. Tapi suami sudah mulai merasakan efek samping vaksinnya yang lebih pagi ketimbang kami...

Benar saja! Tak lama Ucok menelepon. Dia butuh kartu identitas papanya yang asli! Akhirnya malah jadi harus lari-lari ke mairie dah...

Berkas sudah masuk, tinggal menunggu. Dari 48 jam yang dijanjikan, ternyata baru pagi tadi Ucok menerima telpon bahwa surat-suratnya sudah bisa diambil! AlhamduliLlaah... Saya suruh tak menunggu-nunggu, dan Ucok menurut mengambilnya jam 10 pagi tadi...

Lalu?

Sampai rumah, Ucok langsung meminta papanya apakah mungkin memajukan keberangkatannya ke Swedia. Sebagai anggota himpunan mahasiswa, ada banyak pekerjaan yang harus disiapkannya sebelum perkuliahan dimulai. Ada tugas-tugas kuliah yang juga lebih nyaman untuknya menyelesaikan di kamar asramanya ketimbang harus mengatur-atur jadwal pemakaian kamar seperti sekarang ini...

Hanya saja, menganti tiket pesawat tak semudah itu. Tak bisa online seperti saat pertama kali mengganti. Harus menelepon. Dan itu harus dengan mengingat bahwa dana kami tidak tak terbatas...

Saya serahkan saja pada Ucok dan papanya. Yang jelas sudah cukup lega dengan selesainya urusan surat-surat penting itu... 😇


Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi