Lockdown 2.0 - Hari ke Enam

Hari ini Butet baru mulai sekolah pukul 9. Kami berangkat pukul 8.30. Jalanan agak lebih sibuk ketimbang saat kami berangkat 7.30. Tapi tetap saja lebih sepi ketimbang saat tidak ada lockdown. Saya sudah sampai rumah kembali sebelum pukul 9...

Seperti hari Rabu biasa, Butet sekolah setengah hari saja. Saya berangkat menjemput 11.30. Toh harus masuk parking public. Tak ada gunanya berangkat cepat. Saya jadi bisa ikut pengajian rutin Rabu pagi...

Jalanan sepi. Padahal biasanya menjelang makan siang begitu, lalu-lintas sering macet. Tak sampai 10 menit saya sudah sampai tempat parking...

Meski siang tadi tak mendapat tempat di lantai 0, tempat parkir relatif kosong sejak Senin. Biasanya hanya ada 80-90an tempat tersisa pada jam bubaran sekolah. Tiga hari ini ada lebih dari 200 tempat kosong... Terasa sekali efek ditutupnya restoran dan toko-toko kecil yang dagangannya dianggap bukan termasuk kebutuhan pokok...

Sampai depan sekolah, saya lihat dua militer dengan senjata beratnya. Memang saya dengar kekhawatiran orang tua siswa sekolah-sekolah beragama. Dan sebelum berangkat, saya baca berita tentang pemda Nice yang meminta dikerahkannya pengamanan ekstra untuk tempat-tempat ibadah dan sekolah-sekolah swasta beragama... Butet berkomentar, kenapa tidak sejak Senin, kalau memang mau mengerahkan militer?... 😏

Saya pribadi tak suka melihat senjata berat langsung di depan mata. Di film pun saya tak suka. Ini di tengah anak-anak yang berbondong berdesakan keluar sekolah. Ya, jangan harap jaga jarak bisa diterapkan ketat saat bubaran sekolah... 😥

Lagi-lagi Butet membuat saya tersenyum. Katanya kok militernya bertubuh kecil? Tidak bikin takut. Apalagi matanya terlihat ramah dan menunjukkan kalau dia tersenyum di balik maskernya... 😅

Perjalanan pulang lancar juga. Hanya ada kemacetan di perempatan untuk memasuki boulevard Carnot. Seperti biasa. Kerepotan yang menenangkan untuk konteks saat ini... 😊

Semoga semua segera kembali aman, nyaman, tanpa kekhawatiran... 🙏

Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah