Alah Bisa Karena Terpaksa

Hari Minggu pertama bulan Maret di Prancis dirayakan sebagai hari Nenek. Ada Hari Bapak, Hari Ibu, Hari Nenek, tapi tak ada Hari Kakek. Tak ada Hari Anak, apalagi Hari Cucu. Katanua sih Hari Anak itu pas Natal. Hari di mana anak-anak dimanjakan dengan kado Natal. Karena Natal di Prancis, sudah lebih ke hari raya komersial...

Tak cuma Natal. Hari bapak, ibu, atau nenek, juga begitu. Banyak promosi di toko-toko yang berkaitan dengan nenek. Smartphone, tivi, ... Eh?... Ya kan nenek jaman sekarang tuh... 😄 Pemerintah sampai memberikan toleransi spesial bagi toko bunga untuk boleh buka hari ini, padahal hari ini daerah kami masih lockdown parsial...

Kami tak merayakan Fête des grandes mères. Lagipula, neneknya anak-anak jauh. Kami juga tak merayakan hari ibu atau hari bapak. Biasa-biasa saja...

Hari ini, kami bersantai sepagian. Saya masak ikan sole dengan krim saffron untuk makan siang. Eh? Minggu siang masak?... Ya, tidak ada Ucok sih... Gantinya, kemarin kami delivery untuk makan malam. Seperti belakangan saat weekend. Jadi tetap, saya ada jatah satu kali tidak memasak tiap minggu...

Karena tidak memasak, kemarin saya menyiapkan tiramisu yang bahannya sudah dibeli sejak seminggu. Tak sempat saja membuatnya saking minggu ini saya kena pilek dua kali...

Selasa sore pilek berat. Rabu sore enakan. Kamis sore pilek lagi. Jum'at sore baru enakan... Kok tiap kali keluar rumah langsung pilek? Segitu banyak virus flu kah, di luar?...


Baru kemarin saya mendapatkan informasi bahwa saat-saat ini sedang banyak serbuk sari dari pohon cyprés. Saya alergi cukup berat pada cyprés ini. Dan daerah kami masuk zona merah!... Pantas saja tiap kali keluar langsung pilek. Padahal sudah pakai masker juga... 

Tiga ikan sole dengan berat total 700 gram kami habiskan bertiga. Padahal ada jamur dan wortel di dalam saus krimnya. Butet dan papanya makan nasi banyak, pula! Senang juga kalau masakan habis begitu...

Untuk makan malam, saya membuat bakso. Bakso daging sapi. Memang sudah niat ingin membuatnya selama liburan ini. Daging sudah dibeli sejak hari Minggu lalu. Namun lagi-lagi tertunda karena pilek alergi...

Saya memilih jarret de boeuf (kaki sapi?) sebagai bahan membuat bakso. Dagingnya digiling untuk bakso, urat dan tulang sumsumnya untuk campuran kuah. Komplit. Meski hasilnya, baksonya tak bisa halus mulus. Jadi bakso urat...

Dari pengalaman dan melihat selera suami dan anak-anak, saya mencatat takaran yang pas. Satu putih telur untuk tiap 300 gram daging, dan 10% tapioka dari bobot daging. Kurang tepung membuat bakso tak kenyal, kelebihan tepung membuat anak-anak protes; ini bola tepung, bukan bola daging!... 😅

Menulis resep? Wah, belum berani... Saya masih asal menambahkan satu sachet levure chimique (baking powder), berapapun daging yang saya siapkan. Selama ini saya biasa memasak sekitar 700g - 1,5 kg saja sih. Mesin saya tidak terlalu kuat... Saya masih belum bisa menakar pasti berapa bubuk bawang putih, merica, dan garam yang pas ditambahkan. Tapi memang mungkin selera saja sih ya... Dan es batu? Saya menambahkan untuk sekedat menjaga temperatur adonan. Yang temperatur itu, diukur dengan feeling saja... 😅

Bumbu-bumbu saya masukkan berdasar kira-kira. Menurut perasaan. Biasanya langsung sukses. Tapi kalau tidak, seperti sore tadi, entah kenapa, saya rebus sedikit adonan untuk mencicipinya. Kurang asin, tambah garam, giling lagi sebentar, lalu lanjut masak... AlhamduliLlaah sukses... 

Sebelum menikah, bahkan sampai 5 tahun sesudah menikah, tak pernah saya bayangkan suatu saat bakal membuat bakso sendiri. Tidak juga sole à la crème. Ataupun tiramisu... Atau masakan-masakan lain... Karena ya, saya tidak bisa memasak sebelumnya! Persis kisah yang mengilhami cerpen Cooking Love yang saya post beberapa waktu lalu itu... 😁

Memang begitu lah kadang-kadang. Kita jadi belajar sesuatu karena kondisi yang memaksa kita untuk itu. Dari keterpaksaan, kadang kala malah menjadi passion... Saya belum sampai situ sih, untuk memasak... Tapi saya sudah bisa berbangga bahwa sekarang saya bisa!... 😎


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah