Uang Saku Anak

Hari ini Butet ke kota lagi. Masih bersama dengan sahabat yang sama di hari Selasa kemarin. Memang dia tinggal di dekat pusat kota. Kebetulan tak ke mana-mana selama liburan ini. Sahabat-sahabat Butet yang lain berlibur ke luar kota. Ada yang ke gunung, ada pula yang mengunjungi keluarga...

Kali ini saya tak mengantarnya ke kota. Hanya saya antar sampai halte bus saja. Pulangnya akan saya jemput setengah jalan. Karena Butet memilih pulang berjalan kaki, mengibgat pengalamannya pulang naik bus Selasa kemarin yang tidak menyenangkan. Bus penuh! Sampai-sampai Butet berdiri di dekat pintu masuk!...

Memang sepulang dari kota Selasa kemarin, Butet sudah mengutarakan rencananya keluar lagi hari ini. Pasalnya mereka ingin balik ke toko-toko yang mereka kunjungi untuk membeli barang-barang yang mereka taksir. Kalau masih ada, tentunya...

Selasa kemarin, tak hanya karena mereka hanya membawa uang yang terbatas, namun juga mereka masih ragu untuk membeli. Ada yang memang karena belum perlu, ada juga yang karena mereka berencana melihat dulu di toko lain. Yang mau mereka beli hari ini adalah yang ternyata memang mereka mau dan tak sempat putar balik kembali karena jalur perjalanannya yang tak sesuai dengan jalur pulang. Mereka menyelesaikan jalan-jalan sekitar jam 5 sore. Ingat, ada jam malam mulai 6 sore...

Ada dua barang yang Butet incar. Yang pertama adalah sebuah kalung di FNAC yang tak langsung dibelinya karena mereka masih hendak ke Claire's, toko spesial aksesoris, dan ke Pimkie, toko fashion. Ternyata tak ada kalung menarik di ke dua toko. Dengan harga yang sama, tentunya...

Barang ke dua adalah cat air. Sebenarnya Butet sudah meminta ini sebelumnya. Dan kami sudah mengijinkannya membeli online, tapi dengan uangnya sendiri! Uang sendiri pun harus dengan ijin? Tentu saja! Karena cat air bukan barang murah!... Oh ya... Untuk belanja aksesori, Butet juga memakai uangnya sendiri. Untuk itu dia tak perlu minta ijin. Tapi kami minta laporannya...

Uang Butet berasal dari tabungan uang saku yang kami berikan bulanan. Lima euro per bulan. Ya, tak sampai 100 ribu rupiah per bulan! Butet makan di kantin sekolah yang dibayar dengan kartu yang kami isi secara on line. Kartu bus Butet juga kami yang membelikan. Untuk apa uang saku lebih dari itu?...

Uang saku kami berikan untuk melatihnya mengatur keuangan. Saya ingatkan dia untuk selalu membawa minimal 1,5 euro kalau-kalau kami lupa mengisi kartu busnya. Bawa 2 euro untuk membeli minuman atau viennoiserie sekali-kali jika kelaparan. Sampai saat ini, Butet tidak merasa membutuhkan lebih dari itu untuk jajan...

Uang saku lebih sering ditabung. Untuk kemudian dibelikan aksesoris atau gadget dari Flying Tiger yang menurut saya tak ada perlunya. Apalagi Butet masih suka ceroboh. Membeli aksesoris untuk kemudian dilupakan di kolong meja. Atau ditinggalkan di rak buku. Dengan membeli "sendiri", dia lebih menghargai barang-barangnya...

Jika dia perlu ke luar rumah untuk nonton, misalnya, atau makan jajan di luar bersama teman-temannya, kami berikan uang ekstra. Toh belum sering, ini. Apalagi sekarang yang tak bisa dine in. Makin mengurangi kemungkinan makan di luar...

Abangnya dulu kami perlakukan sama. Sampai 3e atau kelas 9. Di college Ucok dan Butet, kantin sekolah dengan paket makanan lengkap hanya ada sampai 4e (kelas 8) saja. Mulai 3e, para siswa bisa makan di Stan'Café. Di sana, siswa tak wajib mengambil paket makanan. Siswa bisa memilih makanan yang mereka inginkan, dan membayar sesuai konsumsi saja... 

Di 3e ini abangnya mulai makan di luar sekolah sesekali. Karena tentunya café di dalam sekolah kurang bervariasi. Atau kadang karena memang ingin ganti suasana saja. Karenanya, uang saku naik drastis. Ada biaya makan siang yang masuk di dalamnya. Sekaligus kami masukkan budget untuk keluar makan dan jalan-jalan di dalamnya. Supaya belajar mengatur budget nonton dan jajan juga... Tahun depan Butet akan memulainya...

Bagaimana jika ada keinginan di luar kebutuhan tapi uang tabungan tak memungkinkan? Ucok dulu jarang sekali. Mungkin karena dia tak banyak hobi juga selain nge-game, yang biasanya cukup terpenuhi di hari jadi atau hari raya, dan membaca, yang dengan suka rela kami biayai...

Untuk Butet yang suka menggambar, ini cukup berbiaya. Apalagi dia masih mencari. Masih mencari, sekaligus suka bereksplorasi. Sempat membeli tablette graphique, tapi dia tetap suka melukis di kertas. Aquarelle, gouache, acrylique, ... feutre alcool, sampai pensil warna pun dia ingin mencoba yang katanya kualitas tinggi. Kanvas murah-meriah sudah dicoba. Berbagai macam kertas, dia kenal. Dan memang hasilnya tidak mengecewakan...

Belum sebulan dia membeli pensil warna bermerk Prisma Color yang saya dan suami pun tak tahu-menahu keberadaannya sebelumnya, kali ini dia minta aquarelle merk Senelier. Yang seperti ini yang kami tak mau anak-anak menganggap enteng. Beli ini-itu hanya untuk mencoba kemudian ditinggalkan. Karenanya, untik bahan-bahan menggambarnya pun kami minta dia mengeluarkan dana sendiri...

Suami says memberi kesempatan pada Butet untuk mendapatkan hang ekstra dengan menginjak-injak punggungnya!... Ah, siapa yang begitu hugs waktu kecilnya? Diberi yang jajan ekstra dengan menginjak-injak punggung ayahnya?... Yang jelas, says begitu. Meski tarifnya nggak akan sampai 1 euro per menit! 😅 Tenang... Tidak selalu setinggi itu tarifnya. Memang dasarnya kami mau memberi cat air saja. Ini untuk menjaga prinsip. Agar Butet tetap tidak semena-mena dalam meminta...

Butet bahagia dengan cat airnya. Oh ya. Dia memilih membeli di toko kecil di kota dan tidak meminta kami membelikannya online. Katanya, untuk mendukung perekonomian lokal! 😎


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah