Memiliki Rumah Sendiri di Prancis

Hari ini daerah kami memasuki weekend ke dua lockdown parsial. Kami di rumah saja. Hanya suami yang ke swalayan belanja mingguan. Tanpa lupa masker dan attestation, tentunya...


Pagi ini, melihat souvenirs di Facebook, ada foto bunga tulip bertanggal
7 years ago. Caption-nya "A week after". Ada 14 like, tapi tak ada satu komentar pun. Tant mieux!... 😜

Saat itu sebenarnya saya mau mencatat sebuah momen penting. Momen penting yang terjadi seminggu sebelumnya. Tapi saya tak mau menggamblangkannya. Tak mau mengeksplisitkannya. Ingin mencatat agar tak lupa. Dan ternyata memang saya lupa, kan!? Baru ingat karena souvenirs di Facebook, yang artinya sudah 7 hari setelah peristiwa... 😅

Tanggal 28 Februari 2014, kami menandatangani akta pembelian rumah. Apartemen, lebih tepatnya. Rumah susun dengan 2 kamar tidur, satu ruang utama, dapur, kamar mandi, wc, plus satu tempat parkir di basement -2...

Kami tinggal di apartemen itu sejak tahun 2005. Saat pemiliknya ingin menjualnya di tahun 2013, praktis kami mendapat prioritas informasi dan kesempatan menawar. Memang begitu aturannya di Prancis...

Tak ada yang menghalangi orang asing untuk membeli properti di Prancis ini. Asal ada dananya, tak masalah. Asal bank percaya untuk memberikan kredit ke kita, lancar-lancar saja. Cuma bedanya, kami yang tidak berkewarganegaraan Prancis, hanya punya hak untuk mengambil kredit dengan tenggang 20 tahun. Tidak bisa sampai 30 tahun seperti orang Prancis lainnya. Cmiiw...

Konsekuensi jangka kredit yang berkurang ini tentu adalah ke besarnya angsuran yang harus kami bayarkan per bulan. Mungkin ini taktik bank juga untuk menyaring orang asing yang sekira mampu membayar kredit atau tidak. Karena di Prancis, bank tidak akan sembarangan memberikan kredit...

Besaran kredit ditentukan oleh penghasilan kreditor. Ini untuk menghindari kasus orang tercekik kredit. Yang kemudian membuat bank merugi karena tak memperoleh pengembalian kredit. Tapi tentu ada saja orang yang mengakali sehingga bisa mendapatkan kredit di atas kemampuannya...

Kembali tentang rumah. Saya sebenarnya tidak setuju untuk membeli apartemen kami ini. Tinggal selama hampir 10 tahun, saya mengenal cukup baik kondisi rumah dan lingkungannya. Rumah kami berlokasi strategis, tapi kecil. Bahkan saya dan suami tidur di ruang utama. Saya lebih ingin membeli rumah yang lebih besar, meski mungkin di lokasi yang kurang menarik... Juga bahwa membeli itu mengandung komitmen yang besar. Saya tak yakin bahwa kami bisa menanggungnya...

Salah satu komitmen utama bagi pembeli rumah adalah menjaganya selama minimal 5 tahun. Ini adalah tips standar berkaitan dengan investasi. Diperhitungkan, diperlukan sekitar 5 tahun untuk kita membayar bunga kredit. Ya, bunganya saja! Jadi setelah 5 tahun, kita bisa menjual kembali rumah kita dengan harga beli. Imbas. Dengan menganggap bahwa bunga kredit yang kita bayarkan selama 5 tahun itu seakan ongkos sewa rumah saja... Apalagi kami memang berniat untuk pindah. Dan peluang itu memang datang, meski belum terealisasi. Tapi itu cerita lain lagi...

Memang, banyak yang menyarankan untuk membeli ketimbang menyewa. Karena dengan jangka 30 tahun, seringkali angsuran yang kita bayarkan malah lebih murah ketimbang tarif sewa bulanan. Orang menganggap menyewa itu sama dengan buang-buang uang. Karena dengan biaya yang boleh dibilang sama, kalau membeli itu adalah untuk menjadi milik kita sendiri. Itu membuat orang sering lupa bahwa menjadi pemilik rumah ada konsekuensinya tersendiri...

Yang pertama tentunya taxe fonciere, pajak kepemilikan. Saat menjadi penyewa, kita cukup membayar taxe d'habitation, pajak tempat tinggal. Pajak ini didasarkan atas lokasi tinggal, dan saat ini perlahan dihapuskan. Saat menjadi pemilik, pajak bertambah. Besarnya berdasar luas tempat tinggal dan dibayarkan tiap tahun...

Selain ke dua pajak, ada biaya perawatan yang dibebankan khusus bagi pemilik. Segala perbaikan yang berkaitan dengan bangunan, dibagi secara adil dengan semua pemilik apartemen. Segala perbaikan yang berkaitan dengan apartemen itu sendiri, dibebankan ke pemilik masing-masing, tentunya. Dan ini harus diperhitungkan dananya...

Dan tak lama sesudah kami menandatangi akta, pemanas air mati! Tentu saja harus cepat diganti. Apalagi musim masih dingin... 🙈

Saat menandatangani akta jual-beli, kami datang berempat. Kebetulan masih libur sekolah. Pulangnya, kami makan kebab di kota. Nggak di restoran? Kami sudah kelaparan. Makan di restoran Prancis itu lama. Apalagi ada awa-hawa krisis keuangan, mengingat kami baru saja menandatangani dikeluarkannya semua tabungan dan dimulainya perjalanan 20 tahun kredit!... 😁

Kami pulang jalan kaki. Jalan santai. Mampir ke Monoprix membeli buket tulip dan vasnya sekalian. Sebagai penanda kenang-kenangan di hari kami menjadi proprietaire, pemilik properti. Vasnya. Bukan bunganya. Meski seminggu kemudian masih terlihat segar, tentu saja tak bisa kami simpan lama... 😄


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah