Mesin Cuci

Sore tadi pemerintah mengumumkan ditambahnya tiga departement lagi ke dalam daftar 16 departement yang diberlakukan lockdown ke-3. Rhône, Nièvre, dan Aube akan memasuki rereconfinement mulai Sabtu mendatang ini...

Dari souvenirs Faebook, saya diingatkan bahwa hari ini adalah ulang taun pertama ... mesin cuci kami!... Ya, tepat satu tahun yang lalu akhirnya kami memiliki mesin cuci lagi setelah 3 tahun tanpanya. Kok bisa?...

Ceritanya, kami merombak dapur empat taun yang lalu. Tiga taun setelah rumah menjadi milik kami pribadi. Tiga tahun setelah penyesuaian budget rumah tangga dengan kredit, plus charge dan taxe proprietaire alias biaya pemeliharaan gedung dan pajak yang ditimpakan ke pemilik rumah...

Menata dapur sebenarnya sudah jadi agenda sejak kami pindah ke apartemen ini 16 taun yang lalu. Kami menyewa rumah dengan rapur yang kosong. Hanya ada tempat cuci piring. Itupun karena kami meminta dipasangkan. Kalau tidak, benar-benar kosong! Hanya ada saluran air dan sambungan listrik saja. Plus pemanas air, tentunya...

Sedikit demi sedikit kami memperlengkapinya. Hanya kompor dan buffet untuk menyimpan piring dan perlengkapan dapur lainnya. Selain itu, kami biarkan dulu. Kami sudah memiliki kulkas dan micro wave dari rumah lama. Rencananya, kami akan menatanya kemudian hari. Setelah kondisi keuangan membaik. Karena untuk pindahan, kami harus membayar setara dengan tiga kali jumlah uang sewa untuk jaminan dan biaya agennya...

Waktu itu, kami tak berencana merombak dapur sih. Sebagai penyewa, kami harus mengembalikan kondisi rumah seperti di awal sebelum kami memasukinya. Segala lubang di dinding karena paku untuk menggantung pigura pun harus ditutup kembali. Kalau tidak, uang jaminan melayang pergi... Kami hanya ingin memperlengkapi dengan beberapa lemari agar dapur lebih rapih saja...

Namun waktu berlalu dan proyek dapur tak juga dilaksanakan. Ada saja yang mengharuskan kami mengalihkan dana dapur untuk yang lain. Toh dapur sudah fungsional. Kami hanya sempat menambah isi dapur dengan mesin cuci baju saja...

Merombak dapur adalah salah satu yang saya syaratkan ke suami untuk membeli rumah ini. Ada beberapa hal lain yang saya syaratkan karena pada dasarnya saya tidak setuju dengan keputusan pembelian rumah. Secara tertulis. Agar ada bukti! Namun tentunya saya tak memaksa untuk dilakukan begitu tanda tangan...

Kami menunggu tiga tahun. Itupun karena ada kejadian di mana kompor listrik kami yang ada empat, malfungsi satu per satu. Kompor menyala, tapi tak bisa diatur kekuatannya. Hingga tinggal satu yang berfungsi normal. Kami putuskan untuk sekalian merombak dapur saja!...

Dapur kami kecil sekali. Hanya 2x3 meter saja. Tertutup. Kami merombaknya menjadi dapur terbuka. Memperlengkapinya dengan lemari-lemari plus kitchen hood. Kulkas tetap tak bisa masuk ke dapur. Kami biarkan di ruang keluarga, di dekat meja makan. Benar-benar sempit, kan, dapur kami!?...

Suami saya ingin menambahkan mesin pencuci piring. Saya tidak setuju. Kami cuma berempat, makan besar hanya siang dan malam. Itupun hanya weekend saja kami full team. Kami juga jarang menerima tamu. Tak perlu lah, mesin cuci piring. Tapi suami saya memaksa. Ditempatkannya di tempat mesin cuci pakaian, dengan rencana memindahkan mesin cuci baju ke kamar mandi...

Saya sudah hafal dengan suami saya. Ya lah ya... Hahahaha... 😂 Mesin cuci baju tak juga dipasang kembali! Memang perlu manipulasi untuk menyambungkan keran air bersih dan saluran air kotor. Katanya nanti saja, sekalian merombak kamar mandi!... Dari pengalaman dapur, saya harus menunggu lebih dari 10 tahun tuh!... 😝

Suami bilang, cuci baju di laverie saja. Di tempat mencuci umum dengan uang koin. Baiklah... Saya hanya mencuci baju dalam saya dan si Butet saja. Saya biarkan baju-baju kotor tetap di kotaknya. Saya limpahkan tanggung jawab pencucian baju kepada suami. Lumayan!... Hahahaha...

Semua berjalan cukup lancar. Kadang kala saja dia kelabakan karena tak ada baju padahal mau business trip. Atau saat jadwal mencuci baju ternyata hari hujan... Tapi saya tetap mantap membiarkan urusan cuci baju padanya. Kadang saja saya cucikan sweater wool. Tak mungkin dibiarkan bercampur dan dicuci kasar di mesin umum, kan!?...

Sampai akhirnya lockdown tiba 17 Maret 2020. Kami tak tahu apakah laverie tetap boleh buka. Yang jelas kami takut mencuci baju ditempat yang sama dengan entah siapa... Kebetulan ada masalah dengan mesin pencuci piring yang membuatnya tak bisa kami gunakan juga. Ya sudah, kami beli mesin cuci baju saja untuk "menggantinya"!...

Kami biasa membeli barang elektronik di Darty. Hampir tak pernah ada diskon di sana. Tapi pelayanannya prima. Barang diantar dan diinstal, lalu toko melayani pembuangan barang yang lama...

Namun karena pandemi, service dihapuskan. Pengantar tak bisa masuk rumah. Tak bisa sekalian mengambil barang kami yang lama...

Untuk memasang mesin cuci pakaian, kami percaya diri. Toh semua sambungan boleh dibilang sama dengan mesin cuci piring. Mesin yang lama? "Simpan" dulu di balkon sambil menunggu service pemungutan sampah besar dibuka lagi...

Voila! Akhirnya kami bisa mencuci pakaian dengan bebas lagi. Tak perlu menunggu weekend saat suami sempat. Atau berkutat dengan wastafel kecil yang tak bisa menerima banyak muatan cucian...

Mesin yang kami beli merk Faure. Minimalis saja. Karena rencananya mesin itu akan kami tinggalkan buat penyewa. Karena saat itu, kami masih berencana pindah rumah di bulan Juli. Karena saat itu, kami masih berencana untuk membeli mesin cuci lagi. Yang lebih canggih...

Namun sampai hari ini, kami masih belum tahu kapan kami bisa benar-benar pindah. Bahkan jadi tak tahu lagi apakah kami benar-benar akan pindah. Jadilah kami harus tetap menggunakan mesin cuci minimalis itu... 🤓


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah