Pernikahan Sepupu

Sabtu 1 Oktober kemarin ini ada sepupu yang menikah. Sepupu dari suami saya. Putri bungsu salah satu adik dari mamah mertua...

Kami tidak hadir. Jangankan sepupu, pernikahan adik-adik suami saja kami tak hadir. Kami hanya bisa hadir ke pernikahan adik saya. Karena dilangsungkan di bulan Juli...

Ya, kami hanya bisa ke Indonesia di saat anak-anak libur panjang kenaikan kelas di musim panas. Sekitar Juli-Agustus. Itupun hanya 2 tahun sekali. Karenanya, senang sekali saat pernikahan adik bisa dilaksanakan bertepatan dengan saat itu. Padahal adik saya laki-laki. Pernikahan, untuk orang Jawa, tradisinya dirayakan oleh pihak penganten perempuan. Mengerti kan, mengapa saya sangat menghargai adik ipar saya itu!?...

Setelah menikah, baru tahun 2016 kami bisa menghadiri pernikahan sepupu. Itupun tanpa suami. Hanya saya dengan anak-anak karena suami sudah terlanjur pulang terlebih dulu. Jatah cutinya tidak panjang... 

Kebetulan saat itu ada 2 sepupu yang menikah berdekatan waktunya. Sama-sama di bulan Agustus. Pas jadwal kami mudik pula. Keduanya sepupu laki-laki. Jelas, tak ada yang namanya usaha penyesuaian dengan jadwal mudik kami lah ya. Kebetulan saja. Kebetulan yang membahagiakan...

Mudik tahun ini kebetulan pas ada sepupu yang menikah juga. Bulan Juli. Karenanya, jadwal mudik kami usahakan untuk bisa bertepatan dengan tanggal pernikahan. Ini adalah putra dari paman, adik mamah mertua. Paman ini dekat sekali dengan suami. Sudah dua kali mengunjungi kami di Cannes. Sekali berdua saja dengan bibi, sekali lagi sekeluarga. Ucok juga cukup nyambung dengan sepupu yang menikah itu...

Tidak mudah mengatur jadwal kepulangan kemarin. Acara pernikahan terhitung tanggung untuk jadwal libur Ucok. Sudah direncanakan susah-susah begitu, eh ternyata akhirnya Ucok batal mudik karena terkena Covid 19!...

Sepupu yg menikah kemarin, sebenarnya saya harap bisa menghadiri. Pasalnya, meski kami tak bisa dibilang dekat, ada suatu kenangan yang dalam dengannya...

Dalam proses perencanaan pernikahan saya dengan suami, mamah mertua berkunjung santai ke rumah ibu saya di Solo. Kebetulan saat itu saya memang mau pulang karena ada acara keluarga. Bapak mertua tak bisa ikut. Karenanya, mamah meminta salah satu adiknya untuk menemaninya. Yang adiknya ini, membawa putrinya yang masih kecil ikut bersama. Putrinya inilah sepupu saya yang menikah kemarin...

Waktu itu, saya tak banyak mengobrol dengannya. Selain perjalanan dilakukan malam hari yang artinya kami banyak tidur saja, jarak usia kami besar. Sepupu kecil lebih menempel ke ibunya. Dan saya sendiri terlalu pendiam untuk mencoba berakrab-akrab...

Kami di Solo cuma seharian saja. Seingat saya, bahkan saya tidur sepanjang acara keluarga karena sakit. Entah kelelahan, atau justru karena berlepas sesudah sampai di rumah sendiri. Jangankan mendampingi calon mertua, menemui tamu saja saya tak ingat lagi. Semoga saya tak terlalu kurang ajar, ya!?...

Yang jelas, sepupu saya menjadi orang berarti bagi saya karena dialah yang pertama kali melakukan kunjungan ke keluarga di Solo. Bertahun-tahun berharap, semoga saya bisa menghadiri pernikahannya. Sayang sekali ternyata tidak...

Tahun ini masih ada satu sepupu dari keluarga Bandung lagi yang menikah. Sepupu ini adalah teman main si Ucok saat di Bandung dulu. Hanya di rumahnya, Ucok mau menginap. Hmmm... Sepertinya semua sepupu punya keistimewaan masing-masing di hati saya sih ya...

Dari keluarga Bandung, tinggal 3 sepupu yang belum menikah. Di Solo tinggal 1 yang masih melajang. Keluarga Klaten juga. Kalau sepupu dari keluarga Siantar sih masih ada banyak. Ada yang baru masuk SD segala...

Semoga kami masih berkesempatan untuk menghadiri pernikahan sepupu. Tapi kalau tidak, kami kirimkan doa dari jauh; semoga mereka menjadi pasangan yang sakinah mawaddah wa rahmah, dan lekas dikaruniai anak-anak yang saleh-salihah. Aamiin...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah