Butet ke Pasar Senin

Dulu, di awal si Ucok sekolah, saya suka bingung dengan penanggalan libur sekolah. Misalnya untuk vacances de Toussaints saat ini. Kalau dulu, mode penulisannya adalah du 21 octobre au soir jusqu'au le 7 novembre au matin. Dari tanggal 21 Oktober sore sampai tanggal 7 november pagi!...

Dengan penyebutan itu, saya bisa mengerti saat ada banyak kejadian di mana orang tua sudah tidak memasukkan anaknya ke sekolah di hari Jumat. Saya sendiri sih biasa memastikan dulu ke guru; jadi tanggal 21 Oktober masih masuk? Dan tentu saja dijawab iya. Liburnya dimulai sesudah jam sekolah usai!...

Lha kok aneh, pikir saya. Sesudah jam sekolah ya wajar saja kalau tidak sekolah. Kok dihitung libur?...

Penyebutan waktu libur itu berubah-ubah. Sekarang, penyebutan hari libur dikatakan dengan fin des cours, akhir pelajaran, contohnya untuk liburan kali ini Sabtu 22 Oktober, dan reprise des cours, kapan mulai masuk sekolah lagi, yaitu Senin 7 November...

Kalau saya sendiri sih tetap memilih menghitung libur dari Senin pertama hingga Jumat terakhir. Kan itu hari-hari sekolah. Akhir pekan tidak masuk perhitungan, karena memang pada dasarnya tak masuk sekolah kan!?...

Karenanya, untuk saya, hari Senin 24 Oktober 2022 inilah baru bisa dikatakan resmi hari pertama libur Toussaints. Yang tidak setuju ya ... terserah!... Hahaha...

Hari ini Butet ada acara. Janjian dengan sahabatnya untuk ke pusat kota. Pagi, jam 9.30. Tumben-tumben. Tapi kalau memang mau ke pasar, ya harus pagi!...

Pasar? Ya. Mereka berkencan ke pasar tradisonal, Marché Forville di pusat kota Cannes. Kok ke pasar?...

Pasar di hari Senin memang spesial. Bukannya dagangan sayur, buah, dan bahan makanan lainnya. Bukan pula pakaian atau barang kelontong. Hari Senin, di Marché Forville adalah hari khusus penjualan barang antik. Brocante, bahasa Prancisnya. Dan ini termasuk juga buku. Meski bukunya ya tidak antik-antik amat...

Saya sendiri baru menyadari ini saat Butet masuk college. Waktu 6e, dia hanya sekolah setengah hari saja tiap Senin. Sebelum menjemput, saya suka mampir ke pasar Senin ini. Terutama kalau paginya ketemuan ngopi-ngopi dengan teman-teman...

Ada satu penjual yang dagangan bukunya banyaaaak sekali. Pas di pojok depan pasar pula. Jadi langsung kelihatan kan!?...

Buku yang dijualnya beragam. Tapi harganya boleh dibilang seragam. 0,5 euro untuk format pocket, 1 euro untuk format besar. Murah, kan!? Sayangnya saya belum pernah beruntung mendapatkan buku yang saya inginkan di sana...

Saya malah mendapat buku cukup baru di penjual lain. Lapak kecil yang dagangannya tak banyak. Buku seharga 18 euro saya beli dengan harga 4 euro saja. Lumayan, karena umurnya belum setahun. Kondisinya masih seperti baru...

Saya memberi Butet 2,5 euro sebelum berangkat. Pelit amat?... Masalahnya memang belakangan saya jarang pegang uang cash juga... Butet sendiri masih ada uang saku. Tapi saya rasa penjual buku bisa ngambek kalau dia membeli seharga 50 sen dengan uang 10 euro, kan!?...

Butet pulang tengah hari membawa dua buku. Satu novel antik dan satu buku partitur jadul. Pariturnya bukan buat dimainkan di piano. Mau dipakai untuk menggambar. Katanya sedang ngetrend sekarang, menggambar di buku. Makanya sengaja mencari buku bekas yang tidak hanya murah, namun kertasnya juga sudah menguning...

Harga buku bekas sudah naik. Sekarang format kecil 1 euro, yang besar 1,50 euro. Tak heran! Butet 6e itu artinya sudah 4 tahun yang lalu, kan!?...

Hanya dua?... Ya memang tujuan ke pasar buku bekas lebih ke jalan-jalannya sih. Karena kalau untuk bukunya, baru saja Butet membeli buku saat Festival Livre di awal bulan. Buku-buku yang dibeli saat liburan mustim panas kemarin juga masih belum terbaca. Dan masih ada lagi buku yang dibeli sebelum liburan, yang niatnya akan dibaca selama liburan, yang sampai sekarang baru terbaca beberapa lembar saja...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah