KDrama Live On

Rasa jenuh masih bertahan. Tak ada ide tulisan. Padahal ada tantangan blogging MGN dan skripsi KLIP yang belum juga saya mulai. Saya malah memilih bersantai. Sayangnya, tak ada drakor yang menarik pun. Eh?...

Setelah usai menonton Alchemy of Souls kemarin, saya mencari Hwang Min Hyun. Hanya menemukan satu drama dengannya yang berjudul Live On di Viki. Bisa ditonton gratis. Saya sudah pernah melihat sinopsisnya, namun kurang tertarik dengan cerita anak SMA...

Tapi akhirnya saya tonton juga karena tak ada pilihan drama lain yang ringan di semua platform yang saya punya. Untuk informasi, saya bisa mengakses Netflix, Amazon Prime, Disney+ yang berbayar plus Viki dan Youtube tak berbayar. Kebetulan kdrama yg ditawarkan saat ini berat-berat semua. Kebetulan tak ada serie atau anime yang menarik juga...

Klub Radio

Menceritakan Baek Ho Rang, seorang siswi kelas 2 SMA yang populer. Punya banyak follower di media sosial. Cantik, selalu modis dengan pakaiannya yang bermerek mahal ... plus judesnya minta ampun! Galak dan tinggi hati. Tak ada yang mau mendekatinya, kecuali Kim Yu Shin --diperankan oleh Choi Byung Chan, bukan Minhyun-- yang terlihat hanya memanfaatkan kekayaannya untuk diminta mentraktirnya...

Suatu hari, surat rahasia yang dibacakan klub radio sekolah mengagetkan Ho Rang. Surat itu menyinggung rahasia yang telah lama dipendamnya. Ho Rang pun bergabung dengan klub yang kebetulan sedang mencari presenter, untuk berusaha mencari tahu siapa pengirim surat rahasia. Klub radio ini diketuai oleh Go Eun Taek, yang ini diperankan oleh Minhyun!...

Problematika Remaja

Ringan ringan tak ringan juga, pada akhirnya, drama ini. Memiliki anak remaja yang sepantaran, saya cukup tersentuh dengan segala problematika remaja...

Tidak hanya mengenai perundungan, yang menjadi tema utama drama ini. Namun juga persahabatan, pencarian jati diri, dan relasi remaja dengan orang tua, yang sayangnya kurang terselesaikan untuk relasi Ho Rang dengan kedua orang tuanya, dan bahkan mengabaikan relasi Eun Taek dengan ayahnya. Atau mungkin sengaja. Karena memang begitulah dalam kehidupan nyata: banyak masalah yang tak terselesaikan!...

Masalah perundungan sendiri ditampilkan dari sisi yang cukup berbeda. Di sini korban bukannya menolak bersosialisasi dengan menutup diri, tapi menolak segala interaksi pertemanan dengan membangun benteng tinggi kesombongan dan kekerasan hati. Yang tentu saja hanya dalam penampakan luarnya...

Dalam drama ini ditekankan pada korban agar selain tidak takut, juga tidak malu jika mengalami perundungan. Bicara. Minta bantuan. Minta dukungan. Yakin bahwa ada keluarga dan teman-teman yang bisa memahami posisi korban. Bahwa tak ada korban yang minta dirundung...

Perundungan bukanlah kesalahan korban. Kesalahan tetap terletak pada perundung. Dan justru perundung lah yang harus malu telah melakukannya!...

Aktor dan Aktris Muda

Drama 8 episode ini banyak menampilkan aktor dan aktris muda. Peran orang tua dan guru nyaris tidak ada. Hanya ibu Eun Taek saja yang cukup dikupas. Padahal ada ibu Ho Rang juga yang sebenarnya menarik diangkat...

Saya baru menyadari kehadiran Lee Se Hee di drama ini setelah episode ke sekian. Padahal saya sudah menonton 50 episode Young Lady and Gentleman! Di sana akting Lee Se Hee bagus, tapi biasa saja. Di drama ini baru saya melihat benar kekuatan aktingnya...

Kalau menonton Live On gara-gara Minhyun, sekarang saya lanjut mencari Jung Da Bin. Tapi sepertinya dia belum menjadi pemeran utama lagi ya? Ya sudah. Kebetulan Glitch rilis di Prancis hari ini, bebarengan dengan negara lain. Kabarnya, ada Jung Da Bin di sana. Tonton, ah!...


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Blogger Curcoler? Yes!

Image
Pagi tadi, buka Facebook, diingatkan posting 8 tahun lalu berupa video Butet membaca buku yang ditulisnya sendiri. Digambar, lebih tepatnya. Umurnya baru 4 taun 2 bulan. Belum bisa baca-tulis selain namanya sendiri. Tapi dari rekaman pembacaannya , ada cerita yang cukup terstruktur, meski belum secara bahasa. Terlihat dari judulnya saja dia masih belum bisa menentukan apakah Fée tombé (tapi tidak ada adegan si peri jatuh) atau Fait tomber (tanpa subjek dan objek?), yang memang sama secara pengucapan... Saya sendiri sudah lupa konteks mengapa Butet menyusun buku itu. Saya hanya ingat bahwa sebenarnya ini bukan "buku" pertama yang disusunnya. Tapi ini yang pertama dengan cerita dan tentu yang sempat terekam videonya... Terdengar dia sempat terbatuk di tengah rekaman. Sedang sakit kah?... Melihat suvenir-suvenir seperti ini, membuat saya menyesal kenapa tidak mencatatnya lebih detil... Padahal sebenarnya  saya sudah ngeblog sejak taun 2004. Saat itu anak sulung saya baru 3 tau
Read more

Berbagai Koleksi Kami

Image
Tak terasa, sudah Juli saja. Entah mengapa, obrolan di dua komunitas menulis yang saya ikuti kok diawali dengan tema koleksi. Yang satu awalnya membicarakan tentang anak-anak dan bermain, satu lagi dari hasil undian tema tantangan bulanan! Sepertinya semesta mendukung untuk melanjutkan koleksi. Atau memulai? Heu, saya bukan mau cari legitimasi untuk membeli novel  Le Comte de Monte Cristo  lagi nih ya. Kebetulan kok ada versi sampul baru yang rilis dari Editions Pocket. Menyambut ditayangkannya adaptasi filmnya, sepertinya. Bikin mupeng! Koleksi Mamak 2F Saya memang suka sekali buku karya Alexandre Dumas itu. Kebetulan menemukan versi hard cover dua kali. Dari situ mulai ada niat mengoleksi. Belum terjadi sih. Cuma saya jadi bersemangat dan tidak menolak saat Butet minta dibelikan versi poche yang enak dibawa-bawa untuk persiapan Bac Français kemarin. Kalau baru 3 set buku, memang belum pantas disebut sebagai koleksi sih ya. Apalagi set ketiga yang dibeli untuk Butet tadi bisa dibac
Read more

Menyusun Tagihan

Image
Pemilihan Umum 2024 baru saja dilaksanakan. Sampai saat saya menulis ini, penghitungan suara masih dilakukan. Tapi sudah terlihat arah calon Presiden baru Indonesia. Ya, masih calon. Karena pelantikannya masih nanti di bulan Oktober kan!? KPU saja belum merilis hasil akhirnya tuh. Sabar, yaaa.... Saat mengetahui arahan hasil Pemilu, saya membaca-baca lebih detil visi dan misi calon kandidat terpilih. Dan seperti saat memilih, saya fokus pada kepentingan pribadi saya.  Egois amat? Ya, kan, visi-misinya buanyak. Belum dikali tiga pasangan calon. Belum ditambah kalau mencari visi-misi para caleg. Makanya saya lebih mencari spesifik yang bersangkutan dengan saya pribadi saja dulu. Lagipula kalau yang global-global seperti pengentasan kemiskinan, peningkatan layanan kesehatan, memajukan pendidikan, swasembada pangan, ... gitu-gitu kayaknya semua kandidat sama saja. Ya nggak sih? Daaan ... yang saya sebut kepentingan pribadi adalah program-program yang berkaitan dengan diaspora. Dengan WNI d
Read more