Brevet Blanc Ke Dua Butet - H2

Hari ke dua brevet blanc ini dimulai pukul 10. Butet meminta saya mengantarnya. Seperti biasa, dia kurang pede naik bus dengan lalu-lintas yang kurang bisa diandalkan dibanding kalau dia mulai sekolah jam 8 pagi yang masih relatif sepi...

Ada jalur khusus untuk bus di sepanjang boulevard Carnot, jalan besar dekat rumah kami. Begitu masuk ke pusat kota Cannes, kondisi berubah. Ada jalur bus tapi dengan banyak perempatan dan tempat menyeberang untuk pejalan kaki. Apalagi di sepanjang Croisette yang ramai sekali...

Saat ini masih belum ada acara di Palais des Festivals. Sebentar lagi akan dimulai berbagai konferensi yang puncaknya nanti saat Festival Film yang dijadwalkan tanggal 17 hingga 28 Mei 2022...

Kalau sudah Festival Film sih harus punya perhitungan lebih rinci. Untuk berangkat ke sekolah mustinya tak begitu masalah. Apalagi halte kami terletak tak jauh dari terminus alias halte akhir jalur bus. Untuk pulangnya, ceritanya lain lagi...

Halte tempat Butet naik bus terletak tepat di tengah-tengah jalur bus yang sangat panjang. Kemudian setiap festival, jalur bus dialihkan. Tak bisa lewat depan Palais des Festivals. Harus memutar. Yang tentu saja ini memakan waktu ekstra...

Tapi Butet harus menjalaninya. Karena untuk menjemput, repot juga. Tempat parkir selalu ramai saat festival. Jangankan yang di pinggir jalan, tempat parkir umum bertingkat pun suka penuh, tak ada tempat lagi. Resiko bersekolah di tengah kota, ya!?...

Sesudah mengantar Butet sekolah, saya mampir ke boucherie. Sempat melihat prakiraan cuaca, daerah kami akan hujan mulai siang ini. Reda sedikit saja besok pagi. Takutnya minggu masih hujan. Padahal persediaan daging sudah menipis...

Kebetulan jalanan sudah agak tenang, menjelang jam 10 begitu. Jam sibuk masuk kantor sudah lewat. Dan alhamduliLlaah bisa mendapat tempat parkir nyaman tak jauh dari boucherie...

Saya belanja tak banyak. Hanya untuk seminggu saja. Padahal sebenarnya tadi stok boucherie cukup lengkap. Tapi harus sadar diri. Tak kuat kalau harus mengangkat berat. Plus, saya tak membawa tas belanja sama sekali!...

Saya membeli hati sapi muda untuk makan siang. Butet kurang suka. Ya sudah, bisa jadi menu berdua dengan suami saja. Kebetulan kemarin hanya tersisa satu potong bebek. Masih ada ayam juga. Tapi bosan. Ingin variasi...

Sejak saya pulang hingga tengah hari, suami belum terlihat tanda-tanda mau makan siang. Masih terdengar suara video conference dari dalam kamar. Menjelang jam 2, saya pun memutuskan untuk makan siang duluan...

Untung saja! Karena setelah Butet pulang sekolah, saya sempat tertidur di sofa, sampai saya terbangun lagi, ternyata suami baru keluar. Dia sampai lupa kalau belum makan siang!!!

Entah karena asiknya bekerja, entah karena memang masih mode puasa, atau justru karena dia sudah menyediakan camilan di samping komputernya. Yang jelas dia membangunkan saya, menanyakan malam mau makan apa. Dan dia mengusulkan untuk mebeli dari warung makan Asia yang tak jauh dari rumah. Biar dia sekalian gerak jalan ke luar rumah...

Suami membeli makan sementara saya mengantar Butet kursus piano. Gurunya puas dengan perkembangan Butet. Katanya, baru kali ini ada siswanya yang berhasil mencapai kecepatan permainan piano seperti Butet. Padahal itu pun belum kecepatan yang "sesungguhnya". Dan padahal, bu guru mengajar di banyak tempat. Termasuk di konservatori kota sebelah...

Bu guru merencanakan untuk menampilkan Butet dua kali di audisi akhir tahun. Semoga sehat, lancar semua, dan Butet tetap senang bermain musik seterusnya...

Brevet-nya cukup lancar, kata Butet. Hanya saja, dia agak kesulitan saat melakukan penghitungan. Dia lupa membawa kalkulatornya. Dan saya pun meledek dia yang selama ini, seperti orang Prancis pada umumnya, selalu mengandalkan kalkulator untuk melakukan operasi matematika sesederhana apapun. Bagaimanapun juga, menghitung dengan tangan --yang artinya harus menguasai penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dasar di luar kepala-- harus tetap dikuasai untuk insiden-insiden seperti kalkulator lupa ini!...


Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi