Surat dari Bapak - Gol A Gong

Beberapa kali saya mengeluhkan betapa belum ada buku yang saya selesaikann di bulan Mei ini. Saya hanya fokus pada Laut Bercerita-nya Leila S Chudori dan Ayah-nya Andrea Hirata yang akhirnya bisa saya dapatkan di iPusnas setelah mengantri sekian lama, namun kemudian tak terselesaikan hingga batas waktu peminjaman terlewat!

Tentu saja untuk meminjamnya lagi sulit. Antrian banyak. Sampai saat ini saya belum bisa mendapatkannya lagi...

Agak patah hati terutama karena Ayah adalah buku pertama yang berhasil saya dapatkan di bulan Mei. Pas banget dengan bulan kelahiran almarhum ayah!

Karenanya saya jadi beride untuk mencari buku tentang ayah atau bapak, dan mendapatkan buku Surat dari Bapak: Jalan untuk Kembali, karya Gol A Gong...

Foto: Puspa Swara

Anak Koruptor

Menceritakan Farhan, seorang pemuda yang baru lulus SMA dan diterima di Universitas Impian Raya, perguruan tinggi ternama di Negeri Mutiara. Untuk prestasi yang membanggakan itu, orang tua Farhan memberinya kado berupa mobil. Farhan pun teringat akan teror pesan di media sosialnya...

Tepat sebelum mendapatkan kado, Farhan mulai menerima pesan yang mengatakan bahwa dia adalah anak koruptor. Tentu saja dia langsung menyangkal. Baginya tak mungkin ayahnya yang kepala sekolah itu melakukan korupsi. Namun dia jadi ragu karena pengirim pesan bahkan tahu bahwa dia akan menerima kado mobil dari orang tuanya...

Pesan-pesan itu terus berlanjut datang. Hingga suatu saat, kebenaran pun terungkap... 

Buku Antikorupsi

Buku yang diterbitkan oleh Puspa Swara ini saya dapati di iPusnas tanpa sampul. Padahal tentu saja yang ditampilkan di katalognya adalah sampulnya!

Di bagian awal ada kutipan surat Al Baqarah ayat 188 tentang larangan memakan harta orang lain. Kemudian ada prakata atas nama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), yang diberi judul Perlawanan Literasi Indonesia Membumi yang merupakan singkatan dari Indonesia Menggagas dan Menerbitkan Buku Melawan Korupsi...

Dalam prakata dituliskan bahwa gerakan Indonesia Membumi ini merupakan inisiatif KPK dan Ikapi untuk melakukan perlawanan atas korupsi melalui literasi wacana antikorupsi. Sayangnya laman Facebook Indonesia Membumi sudah tidak diperbarui sejak tahun 2020...

Apakah karena unsur antikorupsi ini penulis harus menggunakan nama-nama fiktif untuk kota, provinsi, bahkan negara? Kalau nama orang, tentu saya bisa memahami. Tapi kalau bahkan nama negara? Apa tidak berlebihan?

Saya yang tidak mengikuti perkembangan peristiwa politik di Indonesia, cukup pusing membaca semua kronologis yang sepertinya memang fakta, tapi disamarkan dalam nama...

Jadi bertanya-tanya apakah memang benar ada kampung Benawe? Atau ini lagi-lagi penyamaran dari Betawi? Tapi kenapa harus disamarkan? Bukankah menampilkan budaya Betawi itu justru lebih baik? Apalagi ada disebutkan beberapa kali mengenai SK Gubernur no. 9 tahun 2000 yang saya rasa mengambil ide dari SK yang benar-benar ada tapi nomor 92...

Sebagai yang tak mengenal Jakarta, saya tak menangkap di mana Jewellery, Cecodot, atau Setu Begawan. Namun saya rasa semua pembaca bisa menangkap apa yang dimaksud dengan Tanah Merah tempat ibu Farhan belanja. Atau di mana letak Bana Tenda yang berpisah dari ibu kota Negeri Mutiara sejak 15 tahun sebelum buku ini diterbitkan di tahun 2016...

Karena Gol A Gong

Ya, saya lupa sudah menyelesaikan buku yang hanya setipis 166 halaman ini. Pasalnya saya kecewa. Buku ini tidak sesuai yang saya harapkan...

Selain bahwa ini satu dari dua buku tentang ayah atau bapak yang tersedia di iPusnas, saya meminjam buku ini tentu saja karena penulisnya. Nama besar Gol A Gong sudah saya dengar sejak lama. Meski sebelum buku ini saya belum sempat membaca satupun bukunya. Waktu itu, saya masih terlalu muda...

Saya berharap banyak dari nama besarnya. Ide ceritanya bagus. Namun penulisannya terkesan asal jadi. Seakan free writing tanpa kerangka. Dengan pemilihan bahasa yang sangat sederhana. Saya merasa seakan buku ini mengejar target tayang saja...

Tapi ini jadi membuat saya tertarik untuk membaca buku Gol A Gong lainnya. Ingin melihat karya Gol A Gong yang "sebenarnya". Mulai dari Balada Si Roy tentunya ya...

Di Mana Surat Bapak?

Dan saya mencari di mana surat bapak. Apakah yang dimaksudkan adalah surat dari bapak saat sedang berhaji? Tapi apakah itu tidak lebih pas disebut sebagai pesan, karena dikirimkan melalui whatsapp?

Atau surat yang dimaksud adalah surat terbuka sang ayah di akun Facebook-nya?

Harapan saya akan romantisme tulisan seorang ayah yang ditujukan kepada anaknya tak saya dapatkan di buku ini... 

Btw, buku tentang ayah yang satunya lagi yang saya dapatkan di iPusnas adalah kumpulan cerpen berjudul Rindu Ayah yang ditulis oleh mereka yang menamakan diri sebagai Kolaborasi 24 Penulis Top. Sempat saya pinjam, saya baca beberapa lembarnya, namun kemudian saya tinggalkan...

Saya kembali mengantri buku Ayah-nya Andrea Hirata dan mulai mengantri Ayahku (Bukan) Pembohong-nya Tere Liye...


Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi