Mengapa Membaca?

Pertemuan Club Lecture Sabtu 21 Mei kemarin ada banyak pesertanya. Saya hitung ada 17, belum termasuk pemandu acara dan 3 pustakawan. Memang pustakawan tak benar-benar mengikuti acara. Dan dari 17, ada 1 peserta non aktif, yaitu ibu dari pemandu yang ingin hadir menyaksikan secara pasif saja. Btw, ibunya yang sudah sangat sepuh itu cantik sekali...

Acara dibuka 14.30 oleh pustakawan. Menjadi kebiasaan baru sejak pertemuan April lalu, pustakawan yang mengawali acara dengan mempresentasikan buku-buku yang direkomendasikan, sesuai dengan tema tertentu. Dan bulan Mei ini, tentu saja mengambil tema film!

Pustakawan merekomendasikan 6 buku yang sudah diadaptasikan ke layar lebar. Menginformasikan bahwa semua buku yang direkomendasikannya itu tersedia di perpustakaan...

Pertemuan dilanjutkan dengan diskusi dan sedikit penjelasan dari pemandu. Ya, sedikit saja. Karena dengan 17 peserta, untuk mengungkapkan kesan masing-masing saja sudah memakan waktu panjang. Bahkan tak sempat membahas masing-masing karakter yang biasa kami lakukan sebelumnya...

Rasanya belum puas, saat acara harus diakhiri pukul 16.30. Masih banyak yang ingin diungkapkan. Masih banyak yang ingin ditanyakan. Masih banyak pula hal-hal yang ingin didiskusikan. Tapi perpustakaan tutup pukul 17. Dan ada pemutaran film adaptasi dari buku Eugenie Grandet ini yang dijadwalkan di bioskop kota pada pukul 17 juga. Film yang masuk dalam seleksi resmi Festival Cannes tahun 2021 lalu. Namun saya tak ikut menonton. Saya kurang suka film Prancis. Lagipula sudah lelah juga...

Saat acara berakhir, masih ada beberapa peserta yang mengobrol. Seorang ibu tahu-tahu datang duduk di kursi sebelah saya yang sudah ditinggalkan peserta sebelumnya. Ibu yang baru pertama kali datang ke pertemuan club. Dia datang bersama suaminya...

Tanpa banyak basa-basi, si ibu langsung mengungkapkan kekagumannya pada saya! Yak, kagum! Entah kenapa saya lebih merasakan keheranan di matanya! Yang jelas keingintahuan! Dia menanyakan kok saya begitu antusiasnya terhadap dunia literatur...

Sepertinya ada salah paham di sini. Memang saat di akhir acara dan diumumkan buku apa yang akan kami bahas bulan depan, saya menginterupsi. Saya membagikan informasi bahwa si penulis akan datang ke toko buku di kota kami...

Saya jelaskan pada si ibu bahwa kebetulan saja saya mendapatkan informasi tersebut dari internet. Kebetulan. Bukannya saya mencari-cari atau bagaimana...

Tapi obrolan masih berlanjut. Si ibu masih menanyakan saya dari mana, apakah saya sudah suka membaca sejak sebelum tinggal di Prancis, dan sebagainya, dan seterusnya... Sampai menanyakan tentang pendidikan dan pekerjaan segala...

Si ibu berkali-kali menyatakan kekagumannya. Katanya saya courageuse. Pemberani. Entah dalam hal apa...

Yang jelas, pertanyaan-pertanyaan si ibu membuat saya sendiri berpikir, kenapa saya jadi suka membaca? Dan sepertinya justru bisa sedikit terumuskan saat saya mencoba menjawab si ibu...

Harus diakui kalau sebelum merantau saya tidak membaca sebanyak itu. Apalagi sastra. Hampir tidak pernah malahan. Bacaan saya hanyalah majalah dan palingan Sherlock Holmes saja...

Sampai di Prancis, saya perlu belajar bahasa. Tak bisa kursus, harus belajar sendiri. Pengayaannya dari mana? Membaca!...

Lalu saat si Ucok mulai sekolah, saya butuh mengisi waktu luang. Ngapain? Membaca!...

Makin lama, harus makin banyak belajar. Harus berkembang kemampuan bahasa. Tapi kalau masih juga tak bisa kursus di luar, belajar dari mana? Ya membaca!...

Saat sudah terjebak dalam rutinitas, sulit memperluas pergaulan, kebetulan ada pilihan Club lecture. Pas banget! Lagi-lagi masih soal membaca!...

Sepertinya memang dunia saya berputar di sekitar membaca. Tapi kalau ternyata menikmatinya, kenapa tidak, kan!?...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Pindah or not Pindah

Investasi untuk Anak