Tentang Senin Siang

Kemarin saya tidak posting ke blog. Nulis? Jelas! Ada 4 draft di blogspot yang tak bisa saya lanjutkan. Tak ada mood untuk menulis. Mandeg. Untuk tantangan KLIP, saya setorkan salah satu draft dalam bentuk Google Documents...

Kalau merhatiin postingan Selasa, ada jeda di sana. Bagian atas saya tulis tengah hari, sesudah makan siang. Niatnya break salat Dhuhur lalu mau lanjut lagi. Ternyata tak bisa!...

Sejak hari Minggu lutut saya kambuh. Sepertinya ada efek kaget tau-tau jalan jauh setelah sekian lama. Senin masih sakit. Sesudah Dhuhur, saya panaskan kompres dan selonjoran di sofa sambil membaca...

Senin yang Menegangkan

Jam 3 lebih sedikit ada telepon. Nomor lokal yang rasanya familiar tapi tak tercatat. Saya angkat. Ternyata dari sekolah Butet!

Rupanya Butet muntah-muntah di sekolah. Saya diminta menjemputnya. Sempat ragu karena kondisi lutut saya. Ragu apalagi pas bertepatan dengan jam selesai untuk beberapa kelas yang artinya akan tidak mudah menemukan tempat parkir. Tapi rasanya tak bertanggung jawab sekali kalau saya biarkan dia pulang sendiri naik bus...

BismiLlaah... AlhamduliLlaah hanya nyengir-nyengir nyeri saja sepanjang perjalanan. Lancar berangkat menjemput dan pulang. Beruntung ada mobil yang pergi pas saya datang meski agak jauh. Naik-turun dari rumah ke tempat parkir di basement saya lakukan dengan lift, tidak naik tangga 3 lantai seperti biasa...

Awalnya Butet cukup ceria meski agak pucat. Namun kemudian kondisi memburuk! Dia kesakitan hingga menangis-nangis. Belum pernah dia seperti itu!

Saya pastikan posisinya bukan di bagian kanan perut. Bukan sakit yang menusuk-nusuk. Sungguh, saya takut kalau dia kena radang usus buntu dan saya kelewat mendeteksinya! Saya trauma dengan pengalaman radang saya sendiri hampir tepat 4 tahun yang lalu. Kesembronoan yang bisa berbahaya sekali!...

Butet meyakinkan saya bahwa sakitnya di sekujur perut. Seperti kram. Saya tanya dia makan siang apa di kantin sekolah. Saya ukur suhu badannya, tidak demam. Saya tawarkan kompres hangat dan paracetamol. Dia bisa tertidur di sofa...

Saya sempat bertukar kabar dengan seorang teman yang padanya saya ucapkan terima kasih tak terhingga. Tak tahan rasanya menyimpan semua di kepala. Namun tentu saja hanya lewat teks saja. Saya tak bisa meneleponnya. Tak mau mengganggu Butet yang terlihat tenang dengan kaki di pangkuan saya...

Sayangnya, Butet terbangun setengah jam kemudian dengan kembali kesakitan!

Karena Makanan?

Sedih sekali melihat anak meringis-menangis seperti Butet Senin sore itu. Saya tawarkan berkali-kali untuk melarikannya ke rumah sakit. Meski lutut saya sendiri terasa sakit bukan main...

Sampai suatu saat Butet merasa amat sangat mual. Saya suruh dia ke kamar mandi dan saya ke dapur menyeduh air untuknya...

Terdengar Butet muntah. Terus-terang dari awal saya berharap dia muntah dan selesai. Berharap sakit perutnya disebabkan karena makanan saja. Meski tentu jangan parah-parah juga lah ya...

Menilai agak lama, saya ketuk pintu kamar mandi, dan saya bantu dia memegang rambut sambil mengusap-usap punggungnya. Sepertinya Butet mengeluarkan semua makan siangnya!...

Agak tenang, saya suruh berkumur sambil saya siapkan secangkir air putih hangat. Saat kembali duduk di sofa, tangannya gemetaran. Sudah agak enakan, katanya... Perlahan dia bisa mulai berbicara. Mengungkapkan pemikirannya bahwa kemungkinan memang makan siangnya yang menyebabkannya sakit begitu. Karena setelah semua keluar, dia merasa lebih nyaman...

Butet makan siang burger. Apakah karena itu? Padahal tanpa tomat. Apa kejunya yang tidak bagus? Karena Butet sensitif dengan tomat dan produk susu meski belum sampai tahap alergi. Saya mencurigai proses penyimpanannya. Beberapa hari ini suhu udara tau-tau naik. Bisa jadi ada kelalaian dalam mengatur suhu. Meski katanya, burgernya enak karena masih hangat...

Saya batalkan rencana memasak kari Jepang meski Butet sebenarnya masih menginginkannya. Saya ingatkan bahwa perutnya yang kosong mungkin belum siap makan makanan berbumbu. Akhirnya dia memilih sup bakso... 

Selasa yang Emosional

Niatnya tulisan Selasa itu saya posting Senin malam. Tapi ya tidak semangat untuk melanjutkan menulis. Bagian bawah baru saya tambahkan cepat-cepat Selasa pagi, post, dan setorkan. Sebelum kehilangan semangat lagi...

Pasalnya, Selasa pagi Butet memaksa untuk sekolah. Padahal saya sudah bilang tak bisa mengantarkannya karena lutut saya ... tentu saja kembali sakit! Tapi anaknya semangat. Tetap sekolah naik bus berbekal surat izin untuk Senin di buku komunikasinya...

Saat bersiap, Butet mengeluh merasa tak nyaman. Tapi tetap mau berangkat. Saat berjalan menuju halte, dia mengeluh lagi. Tapi tetap lanjut. Di halte dia memilih duduk. Padahal biasanya anti sekali meanfaatkan bangku di sana. Kembali saya tawarkan untuk bolos saja. Duh, ibu macam apa saya yang membujuk anaknya bolos sekolah ya?...

Butet tetap bersikeras. Saya pastikan dia untuk tak ragu kembali pulang jika sampai terminal bus merasa tak nyaman. Atau bahkan sampai depan pintu sekolah. Balik kanan dan pulang! Jangan lupa menelepon biar saya bisa mengabari sekolahnya...

Selasa itu, seharian saya tak tenang. Mengkhawatirkan Butet seharian. Tak mengganti pakaian sepulang dari halte, agar cepat siap setiap saat kalau diperlukan menjemput. Saya jadi emosional. AlhamduliLlaah semua baik-baik saja...

Cas Contact

Butet pulang dengan cukup ceria. Bercerita bahwa dua sahabatnya absen! Satu karena radang tenggorokan, satu lagi karena masalah psikologis. Entah seberat apa sampai bolos segala...

Belakangan, sahabatnya yang radang tenggorokan mengabarkan bahwa dia positif covid-19!!! Butet cas contact lagi! Untuk ke sekian kalinya...

Tak lama kemudian saya menerima mail dari sekolah mengabarkan tentang itu. Protokol terbaru menyarankan cas contact untuk melakukan tes H+2 saja. Butet yang selalu waspada meminta diantarkan tes Rabu. Dengan alasan karena Senin adalah hari di mana dia ada kontak dengan sahabatnya saat makan siang bersama...

Saya langsung berpikir; ada unsur Covidkah, sakit perutnya? Karena saya dengar, gejala untuk varian baru termasuk sakit perut juga. Apalagi tak ada berita anak lain yang sakit perut setelah makan burger. Cuma memang bisa jadi Butet saja yang tidak beruntung mendapatkan burger yang tak bagus, kan!?...

Mulai Kembali Normal

Rabu pagi lutut saya terasa sudah baikan. Tapi tetap saya minta Butet ke sekolah naik bus saja. Perlahan, rasa sakit menghilang. Sore hari lutut sudah kembali nyaman. Memang sepertinya istirahat itu kuncinya!...

Kemarin Butet sekolah dengan membawa dua tas. Satu tas sekolah, satu tas sepatu roda. Dia ingin main sepatu roda bersama temannya di Croisette sebentar sebelum pulang. Rabu, seperti biasa, dia hanya  sekolah setengah hari. Agak cemas, tapi saya izinkan... 

Pulangnya, Butet memutuskan batal tes antigen di pharmacie. Dia mendapatkan kit autotes dari teman bermain sepatu rodanya. Dia pun mengetes sendiri di rumah sambil menunggu siapnya makan siang. AlhamduliLlaah hasilnya negatif...

Kamis pagi ini saya antar Butet sekolah. Bukan. Bukan karena sakit lagi. Kebiasaan saja minta diantar kalau dia tak mulai sekolah jam 8. Hari ini sekolah mulai jam 10...

Saya masih belum sepenuhnya tenang. Belum bisa berganti ke baju rumah, sepertinya sampai Butet pulang. Ketakutan hari Senin masih membayang. Ditambah waspada juga akan covid yang masih harus dipantau sampai 7 hari ke depan kan ya!? Dan bahkan setelahnya juga...

Sambil terus berharap, semoga semua sehat-sehat saja... 🙏


Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi