Summer 2022: Louna H12

Rabu. Tak ada pengajian. Mulai hari ini pengajian diliburkan... 

Saya sudah menyelesaikan semua editan podcast KBK kemarin. Tapi terlalu lelah untuk mengunggahnya. Rencananya mau upload satu per satu, sampai hari Minggu. Karena kemarin tak jadi, targetan berubah jadi sampai hari Senin...

Namun ternyata pelaksanaan tidak selancar yang direncanakan! Ada perubahan jenis musik transisi di Anchor yang membuat bingung!...

Sebenarnya bagus, ada lebih banyak pilihan. Namun karena urutannya tak jelas, dengan makin banyaknya pilihan, jadi makin sulit juga mencari yang pas...

Kepanikan akan perubahan membuat saya kesulitan memilih musik latar. Bagi podcast pertama sekalipun! Padahal niatnya, saya mau kurang lebih memilih semua musik untuk semua podcast. Jadi besok-besok tinggal split, pasang musik dan transisi, lalu upload. Foto cover sudah diunggah. Caption sudah kurang-lebih siap juga...

Niat mengunggah pagi, siang jam 1 baru terlaksana. Sudah sore di Indonesia. Sayang juga. Jadi sungkan buat membagi informasinya. Biar yang subscribe saja yang melihatnya...

Tapi itu juga sudah melelahkan. Saya memilih rehat saja dulu...

Siang tadi sahabat saya mampir. Hanya sebentar. Lumayan, saya bisa melihat dua ponakan, sedarah sesama Indonesia, yang sudah entah sejak kapan tidak saya temui itu. Sayang sekali mereka harus cepat-cepat karena sudah ada janjian makan siang. Mereka datang terlambat karena jalanan macet...

Sedihnya, saat saya tanya mau dibawain apa dari Indonesia, yang besar menjawab poulet. Ayam! Tentu maksudnya adalah Ayam Tante Alfi. Ayam oven yang katanya terenak du dunia. Merekalah yang memberi namanya!

Saya memang sempat ragu apakah akan memasakan ayam untuk mereka. Namun karena mereka mau ke acara makan siang, rasanya kok kurang pas. Takutnya mereka tak mau makan masakan tuan rumah dan lebih memilih ayam saya...

Pede amat ya?... Hahahaha...

Tapi memang jujur itu pemikiran saya. Karena mereka masih anak kecil. Bahwa itu yang dipintanya, cukup menunjukkan bagaimana mereka menyukai ayam masakan saya kan!?... Meskipun itu belum membuktikan bahwa masakan tuan rumah tidak lebih disukai dari ayam saya sih ya!?... Hehehehe...

Sahabat saya datang cepat begitu dengan tujuan utama ingin menitipkan sesuatu ke keluarganya di Indonesia. Memang saya menawarkan untuknya. Dan untuk satu sahabat dekat lain yang sudah seperti kakak saya saja...

Saya tidak menawarkan titipn barang ke teman-teman yang lain. Kalau dokumen, silakan saja, tak masalah. Tapi kalau barang, saya tidak mau. Uang jelas tidak. Bahkan dua sahabat saya itu pun tidak saya terima. Dan mereka mengerti!...

Titipan mereka, jelas tanda persahabatan. Gratis tanpa bayar. Mereka pun saat mudik juga menawarkan hal yang sama. Tak mau dibayar juga...

Saya sendiri tak mau menerima bayaran. Istilah jastip, apalagi kalau harus membelikan terlebih dahulu, saya tak mau. Tanggung jawabnya besar. Apalagi yang dititipkan dalam jastip itu biasanya berupa barang berharga...

Dengan adanya batasan barang bawaan dari luar negri, kami sendiri pun tak mau berlebihan. Bawa oleh-oleh pun secukupnya saja. Dan bukan barang mewah. Secara ya, nggak mampu juga sih... Apalagi menalangi belanjaan orang lain, kan!?...

Dua sahabat yang menitipkan juga tidak memberikan tanggung jawab atas barang berharga. Barang yang pasti lewat, lolos pemeriksaan dan tidak menimbulkan masalah...

Mereka juga tak meminta dibawakan apa-apa dari Indonesia. Dan justru ke merekalah, saya lebih memikirkan mau memberi oleh-oleh apa nantinya...

Louna?

Oh ya, Louna...

Hari ini Butet tak bisa tidur pagi. Jadi cukup banyak bermain sebelum tengah hari. Banyak dalam ukuran kucing nih ya. Sebentar-sebentar berhenti memejamkan mata...

Siang Butet tidur. Louna terlihat tenang juga. Saya sendiri sempat tidur setengah jam sampai sebelum alarm tanda harus menutup telegrup berbunyi. Ya, pengajian memang libur, tapi piket KLIP masih. Saya tak mau ketinggalan karena hari ini piket terakhir sebelum liburan. Paling tidak, Rabu depan saya tak bisa piket karena dalam perjalanan...

Sore-sore kami dengar ada suara ngeongan. Aneh! Eongan kucing normal. Karena Louna, tak biasa mengeong dengan normal. Suara eongannya khas sekali. Setengah mengeong, setengah menggeram. Seperti serak tenggorokan... Kami pun memeriksa keluar. Butet melihat ada kucing di balkon depan kamarnya. Bukan Louna!...

Kemudian Louna datang sambil menggeram. Memojokkan si kucing tamu ke ujung balkon. Posisi mengancam dengan ekor yang tegak...

Saya berusaha memanggilnya. Berusaha menarik perhatiannya ke arah lain. Agak lama juga sampai Louna terpecah konsentrasinya dan memberi kesempatan untuk si kucing kabur melompat ke pagar balkon, memanjat pohon zaitun, dan melompat keluar pagar gedung apartemen lalu menyeberangi jalan. Sepertinya dia tinggal di apartemen di seberang...

Louna masih berusaha mengejar. Tapi dia tak melompat ke pagar balkon. Syukurlah... Soalnya kami takut juga kalau dia ikut-ikutan keluar ke jalan...

Setelah itu, Louna masih mengendus-endus daerah yang sempat dilewati kucing tamu tadi. Seakan mau mendeteksi apakah dia masih ada di sini. Atau sebaliknya menandai bahwa ini adalah daerah kekuasaannya!...

Sepertinya kami harus lebih mengawasi Louna. Semakin lama dia semakin berani. Semoga saja tak beride untuk melompat ke pohon zaitun. Karena kalau pagar balkon sih dia sudah suka jalan-jalan menitinya!...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah