Kambing dan Hujan - Mahfud Ikhwan

Setelah membaca Semua Ikan di Langit dan terpesona, saya jadi penasaran; jadi siapa yang mengalahkan Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie di Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2014?

Lho? Kok mikirnya ke situ ya?... Hehehe...

Tapi ternyata saya bisa menemukan novel Kambing dan Hujan karya Mahfud Ikhwan ini dengan mudahnya di iPusnas. Banyak eksemplar yang tersedia...


Mif dan Zia

Menceritakan tentang perjalanan Mif dan Zia dalam usaha meraih restu dari orang tua mereka untuk bisa menikah. Ada banyak hambatan karena adanya konflik di antara kedua ayah mereka yang sudah berlarut-larut. Perbedaan antara dua keluarga juga tidak membantu...

Bukan... Bukan karena mereka berbeda status sosial. Bukan pula karena mereka berbeda agama. Mereka sama-sama muslim. Hanya saja, mereka berbeda masjid. Pak Kandar, bapak Mif, adalah jamaah Masjid Utara. Sedangkan Pak Fauzan, abah Zia, adalah jamaah Masjid Selatan...

Utara Muhammadiyah, Selatan NU. Di desa kecil seperti Centong, perbedaan ini adalah suatu masalah yang sulit diakurkan...

Tapi ketidakjelasan sikap kedua ayah ternyata bukan karena perbedaan itu. Bukan pula karena kisah cinta segitiga mereka di masa lalu. Bukan juga karena adanya rasa kehilangan yang menyakitkan dahulu...

Mif dan Zia sudah bertekad untuk menyatukan keluarga mereka. Merekatkan kembali persahabatan antara kedua ayah seperti mula-mula...

Bukan tentang Peternakan Kambing

Versi sampul yang saya dapatkan di iPusnas, yang merpakan terbitan 2015 memang menyesatkan. Dari awal buku pun saya sudah merasa aneh; apa hubungannya dengan sebotol susu (kambing) ya?

Sampul versi terbitan tahun 2018 yang bergambar pohon lebih menggambarkan kisah yang ada di buku...


Saya pun tak mengerti pilihan judulnya. Dan ternyata memang sampai akhir buku, saya hanya menemukan satu kali disebutkan tentang kambing dan hujan ini, saat menggambarkan hubungan antara Is dan Moek. Setelah itu, tak ada disinggung lagi...

Itupun tidak jelas. Is kambing? Oke lah. Karena masa kecilnya penggembala kambing. Tapi Moek hujan? Kenapa hujan?...

Ya. Dalam novel ini banyak kisah tentang masa lalu. Pewaktuannya melompat-lompat, dari masa kini ke masa kecil hingga remajanya Is dan Moek di pertengahan tahun 60an. Baik dari cerita bapak dan abah, maupun dari surat-surat yang mereka kirimkan dahulu...

Indahnya Perbedaan

Menyelesaikan buku ini tepat di hari Iduladha Juli 2022 itu sesuatu sekali. Di mana di tanah air sedang terdapat perbedaan penentuan tanggal 10 Dzulhijjah. Persis seperti perbedaan penentuan 1 Syawal di desa Centong di dalam cerita. Bedanya dalam novel tak ada unsur pemerintah, dan para Nahdliyyin berlebaran duluan...

Saya memahami mengapa buku ini dipilih menjadi juara pertama. Bukan karena saya tak suka dengan akhir cerita Di Tanah Lada nih ya. Heu... Tapi mungkin juga ada pengaruhnya...

Meski jelas disajikan dengan lebih ringan, tema yang dipilih sebenarnya cukup berat dan dalam. Gaya bahasanya sungguh memikat. Dan alurnya membuat cerita makin menarik untuk lekas menyelesaikannya...

Saya bisa membaca buku 380 halaman ini dengan cukup singkat, meski dengan format satu buku penuh di iPusnas. Saya tak tahu apa namanya; harus scroll untuk membacanya, tak per halaman seperti kebanyakan format buku di iPusnas lainnya. Tak ada fitur bookmark, pula!...

Ini adalah untuk pertama kalinya saya menyelesaikan buku di iPusnas yang berformat begitu. Beberapa kali menemukannya, langsung saya tinggalkan karena melelahkan dengan ukuran hurufnya yang terlalu kecil. Padahal sudah saya set yang paling besar, dan saya membacanya di tablet!...

Mungkin novel ini akan tidak mudah dipahami oleh mereka yang tak mengikuti istilah-istilah Islam Indonesia dan bahasa Jawa. Namun meski bertema kehidupan pemeluk agama Islam, buku ini bulanlah novel Islami. Lebih ke sejarah Islam di sebuah sudut Indonesia, seperti yang kemudian menjadi proyek Mif di akhir cerita... 

Untuk Anda yang membacanya di iPusnas, pasang highlight untuk menandai sampai di mana bacaan Anda. Dari pengalaman kemarin, highlight ini masih tetap ada saat saya kehabisan masa pinjam dan meminjamnya kembali... 😉


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah