Numero Deux - David Foenkinos

Buku tanda rujuk dengan David Foenkinos ini akhirnya saya baca. Setelah dianggurkan beberapa minggu sejak dibeli tanpa ada rasa ingin membacanya. Entah karena memang ada Club Lecture dan buku-buku iPusnas yang mengejar minta diselesaikan, atau masih ada kenangan pahit yang membayang?... Halah...


Kandidat Harry Potter

Buku ini menceritakan tentang perjalanan kandidat Harry Potter yang gagal mendapatkan perannya. Cerita fiksi. Meski diilhami oleh peristiwa-peristiwa nyata...

Adalah Matin Hill, seorang anak dengan ayah Inggris dan ibu Prancis. Saat orang tuanya bercerai, Martin diputuskan tetap tinggal di London bersama ayahnya, agar tak mengganggu ritme sekolah dan lingkungan bermainnya...

Suatu hari, pengasuhnya tak bisa datang menjaganya. Martin pun ikut ayahnya yang bekerja sebagai asisten dekor film. Di sana Martin bertemu dengan produser film yang masih mencari aktor untuk berperan sebagai Harry Potter. Menurutnya, Martin sesuai dengan profil yang diharapkannya. Sang produser menawarkan agar Martin mengikuti kasting meski belum pernah main peran sebelumnya...

Martin melewatkan proses kasting dengan baik. Hingga pada satu titik di mana tinggal dua kandidat saja yang tersisa; dia dan Daniel Radcliffe!...

Kekecewaan yang Sulit Terlupakan

Bahwa Martin menolak tawaran untuk tetap berakting di film Harry Potter sebagai figuran adalah satu hal. Tapi bagaimana kekecewaan itu terpatri dalam sekali di jiwanya adalah hal lain...


Saat saya menceritakan sinopsis buku ini, Butet mendapatinya berlebihan. Apakah Martin tak menyadari dari awal bahwa ada resiko gagal saat mengikuti kasting? Mungkin memang pengharapannya yang terlalu besar? Tapi jelas pasti sulit melupakan kegagalan ini begitu saja...

Dengan 6 buku best seller dan 7 film box office, boleh dibilang tak ada hentinya selama lebih dari 10 tahun Martin selalu dipameri hal-hal yang hampir diraihnya itu. Bahkan akan masih terus berlanjut! Karena Harry Potter menjadi bacaan klasik bagi anak-anak. Bahkan dibahas di berbagai bidang di sekolah. Martin merasa selalu diingatkan bahwa dia bisa berada di posisi Daniel Radcliff dengan kesuksesan dan ketenarannya...

Perasaan itu membuatnya bahkan sampai tak mampu melihat poster filmnya. Dan tentu saja tak mau membaca buku yang jilid pertamanya sempat diulang-ulang untuk menjiwai karakter tokohnya...

Perlu waktu lama hingga Martin dewasa bisa cukup bangkit. Namun kemudian tenggelam lagi dalam kesedihan saat dia berpikir untuk punya anak. Nanti pasti anaknya membaca Harry Potter. Kalau harus menemaninya menonton film, bagaimana?...

Harus ditambahkan bahwa hidup Martin juga tidak mulus-mulus saja. Kematian ayahnya yang tiba-tiba lalu ayah tirinya yang merundungnya jelas tak membantu ketenangan batinnya...

Faksi

Saya sendiri belum pernah membaca Harry Potter. Filmnya pun saya tonton sekilas-sekilas saja. Tak benar-benar mengikuti ceritanya. Hanya menonton di tivi menemani anak-anak yang juga tak terlalu ngefans. Tak pernah di bioskop. Bahkan sempat ketiduran, rasanya...

Elemen yang penting di buku ini memang bukan kisah Harry Potter-nya sendiri. Dan ini juga yang membuat saya bertanya-tanya, memang boleh ya, menulis buku fiksi dengan menggunakan elemen fakta sebanyak itu?

Banyak cerita mengenai JK Rowlings, Daniel Radcliffe, produser, sutradara, ... Ada nama Emma Watson dan Rupert Grint. Bahkan dari buku ini saya baru mengetahui kisah tragis aktor yang menjadi pemeran pengganti untuk Daniel Radcliff... 

Banyak cerita juga mengenai "nomor dua" lain. Belum (tidak?) saya verifikasi kebenarannya meski menyebutkan nama-nama ternama juga. Namun salah satunya tentang Pete Best, bekas drummer Beatles yang dikeluarkan tepat saat grup akan melejit. Kisah ini baru saja saya baca di buku Lennon karya penulis yang sama yang jadi pembahasan di Club lecture bulan Juni lalu. Buku yang juga fiksi, namun didasarkan dari fakta-fakta...

Seperti buku Lennon, buku ini bisa saya anggurkan tanpa merasa bersalah. Tanpa merasa penasaran, ingin melanjutkan. Namun jika sudah mulai membacanya, sulit sekali untuk berhenti melepaskannya. Hanya kantuk yang bisa menghentikan saya...

Sepertinya itulah keistimewaan tulisan-tulisan David Foenkinos...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah