Summer 2022: Louna H8

Hari ini saya bangun lebih pagi. Suami yang tadinya berencana berangkat ke luar kota hari Minggu malam, terpaksa memajukannya ke Sabtu pagi. Pesawat Minggu penuh. Dia salah perhitungan. Terjebak oleh Butet yang sudah tampak santai sejak seminggu yang lalu. Padahal libur sekolah baru resmi dimulai 8 Juli kemarin. Tentu saja akhir pekan ini akan jadi saat ramai perjalanan...

Kenapa tak Minggu pagi atau Sabtu malam? Karena memang cuma ada itu jadwal penerbangannya; Sabtunya pagi, dan Minggunya malam. Seninnya pun hanya ada malam. Tak cocok dengan agenda kerja suami. Aneh, tapi begitulah...

Akibatnya, saya merayakan Iduladha berdua saja dengan Butet. Eh, bertiga dengan Louna...

Louna yang tentu saja bahagia karena bisa ke balkon lebih pagi dari kemarin-kemarin. Semoga tidak terbiasa saja. Nggak yakin besok-besok kami bisa bangun sepagi ini...

Beriduladha berdua, membuat jadi malas masak-masak istimewa. Biasanya juga tak masak besar sih. Paling sengaja menu berbahan kambing saja buat sekedar merasakan bahwa hari ini adalah Idulqurban...

Apalagi kemarin suami pesan hot wings KFC bucket besar. Bucket kecil saja kami tak habis bertiga. Tentu saja sisa ayam masih bisa buat makan siang, plus camilan sore...

Iduladha tahun ini di Indonesia ada dua versi. Tanggal 9 hari ini berdasar hisab Muhammadiyah, dan tanggal 10 besok pagi berdasar rukyat NU yang diikuti oleh pemerintah. Kebetulan sekali saya menyelesaikan buku Kambing dan Hujan yang pas mengusung tema perbedaan ini. Tapi ulasannya besok saja...

Mertua dan ipar di Bandung mengikuti Muhammadiyah. Keluarga di Solo kali ini unik sekali. Bapak yang salah satu pengurus Muhammadiyah tentu saja berlebaran hari ini. Tapi herannya, ibu mengikuti pemerintah besok! Padahal biasanya ibu ikut bapak, kalau ada perbedaan semacam ini...

Kurban saya yang dititipkan ke bapak di Solo, tentu sudah disembelih tadi pagi. Saya sih tak masalah. Kebetulan sudah dinyatakan lebaran juga di sini...

Memang selama ini saya selalu menitipkan kurban ke Indonesia. Biasanya ke adik. Tapi kali ini adik sibuk sekali. Sampai masalah kontrakan rumah saya pun tak sempat diurusinya. Mumpung uang kontrakan memang saya titipkan ke rekening ibu, sekalian saja kurbannya saya titip ke bapak yang mengelola rekeningnya...

Tadi pagi ada teman yang menanyakan bagaimana kurban di sini. Saya jelaskan kasus saya. Tapi juga menceritakan bahwa bisa saja kurban dengan menitipkan ke masjid atau ke boucherie. Ya, tukang daging!...

Belakangan, boucherie bisa dititipi penyaluran kurban. Kita mendapat sepertiganya saja. Karena dulu, kalau kita pesan daging kurban, boucherie akan memberikan satu kambing utuh! Sepertinya kebiasaan muslim Prancis yang kebanyakan dari Maghreb adalah berpesta sekeluarga di Iduladha. Karenanya, menyembelih kambing adalah lebih untuk dimakan bersama...

Meski kita menerima kambing dari boucherie relatif sudah "siap masak", sudah dibersihkan dan dipotong-potong meski besar, tetap saja repot kan, distribusinya? Mau disimpan juga perlu tempat...

Satu alternatif berkurban lagi adalah secara daring. Tidak cuma melalui lembaga di Prancis, tapi bisa juga di Indonesia. Ataupun lembaga di negara lain... 

Dengan metode ini, kita bisa menitip kurban --dan juga aqiqah-- untuk disalurkan ke negara sesuai pilihan kita. Kambingnya dibeli dari peternak lokal. Yang artinya, tentunya harganya bervariasi berdasar negaranya...

Sore tadi akhirnya saya menyerah juga. Saya memasak épaule d'agneau (paha depan kambing) panggang juga untuk makan malam. Kambing yang memang sengaja saya beli hari Minggu kemarin untuk sekadar icip-icip, merasakan suasana Iduladha hari ini, meski di rumah saja. Dan biar ada variasi juga lah ya. Biar menu tidak berputar di ayam melulu...

Agak berat untuk memasak. Karena sadar penuh, bahwa paha kambing ini tak akan habis dimakan dalam dua, bahkan tiga kali makan kalau hanya berdua saja. Tapi saya tetap memasak, disemangati seorang teman yang kemarin memberi ide untuk membekukan saja dagingnya kalau bersisa. Dipotong-potong kecil terlebih dahulu sekalian, dan nantinya bisa dimasak tongseng --jika sisanya cukup banyak-- atau nasi goreng di lain waktu...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah