Balada Jam 9

Sekolah yang mulai jam 9 adalah saat yang paling tidak jelas!

Butet yang menyadari bahwa minggu ini hanya Rabu yang dimulai jam 8, meminta saya untuk mengusahakan tetap bisa mengantar saat dia mulai jam 9. Mulai jam 9, artinya adalah 8.55. Sudah terbukti di kelasnya lebih banyak yang terlambat saat jadwal dimulai jam 9 ini ketimbang jam 8 atau jam 10!

Memang jam 9 adalah jam masuk kantor juga. Tak hanya bus yang lebih penuh, jalanan juga relatif lebih macet. Penumpang bus yang banyak naik di sepanjang perjalanan, membuat bus juga relatif tidak bisa diprediksi sampainya, meski sudah memiliki jalur khusus tersendiri...

Dan Butet tahu, bahwa ini tetap dirasakan juga saat bermobil! Justru apalagi sih ya!? Karena mobil kan tak ada jalur istimewanya!...

Perlu beberapa lama sampai akhirnya saya menemukan jalur yang nyaman buat mengantarkan Ucok ke sekolah dulu. Tak mungkin lewat tengah kota. Dulu sih alasannya kebetulan sekali pas ada pembangunan jalur bus. Pembangunan yang setengahnya dimulai saat Ucok masuk collège. Setengah ke duanya? Tentu saja pas saat giliran Butet yang masuk collège!

Bedanya, saat Ucok masuk collège saya masih ada Butet yang harus diurusi. Yang harus diantar ke sekolah. Berbeda dengan saat Butet masuk collège. Bebas. Bahkan sering kali saya serahkan abangnya untuk berangkat bersama jika jadwalnya sama!...

Jalur ke sekolah Butet --dan Ucok juga, dulunya-- yang bukan tengah kota, cukup berliku, sesuai kontur daerah kami yang berbukit meski tak jauh dari pantai. Tak banyak lampu lalu lintas. Tapi melewati rumah sakit dan sekolah dasar...

Rumah sakit sih tak terlalu masalah. Justru banyak yang sejalur dengan saya yang berbelok masuk ke sana. Entah untuk bekerja, entah untuk janji temu pemeriksaan. Jalur lanjutan ke sekolah jadi lebih lancar...

Untuk sekolah dasar, tergantung nasib. Kadang kalau kepagian, ikut terhambat dengan lalu-lalang orang tua yang menyeberang, mengantar anaknya. Terkaget dan terkesal dengan mobil yang tiba-tiba berhenti, parkir sembarangan, lalu pintu terbuka tanpa lihat-lihat karena sudah terlambat...

Dari pengalaman, kami memilih berangkat sekitar 8.35. Diperkirakan, sampai depan sekolah sudah sepi. Karena seharusnya anak maternelle dan primaire mulai sekolahnya pukul 8.30 pagi. Perjalanan yang standarnya hanya 10 menit, kalau jam segitu bisa molor sampai 15 dan bahkan 20 menit. Terutama pulangnya! Seperti hari ini! 

Kami sampai sekolah pukul 8.50an. Pas waktunya untuk Butet memasuki gerbang dan menuju kelasnya. Hanya 15 menit perjalanan. Namun saya baru sampai rumah pukul 9.10. Tapi memang jalur pulangnya saya lewat tengah kota. Karena jalur berangkat sebelumnya satu arah. Harus memutar jauh. Lagipula saya tidak buru-buru ini, kan!?...

Sekolah jam 9 juga membuat resiko sulit masuk rumah sendiri jadi lebih besar!

Jalan depan rumah kami adalah salah satu jalan alternatif dari pintu tol ke pusat kota Cannes. Yang tentu saja ramai di jam masuk dan keluar kantor. Untuk masuk ke rumah sendiri saja, harus bersabar menerima omelan orang yang tidak mengerti mengapa saya berhenti dan membiarkan mereka lewat dari arah yang berlawanan. Bersabar menerima klakson dari mobil di belakang yang tak melihat bahwa saya menunggu petugas kebersihan meminggirkan mobilnya dari depan gerbang...

Awal sekali, saya suka patah hati. Apalagi kalau kebetulan ketemu dengan orang yang rasis. Bahkan sampai saya tulis di buku Meniti Cahaya, dan jadi inspirasi untuk seorang sahabat dalam menulis novelnya!...

Lama-lama, saya ikutan emosi. Saya jawab mereka yang mengumpat. Eh, tapi kok malah bikin rusak suasana hati? Rugi lah ya!?...

Karenanya, sekarang saya bersabar saja. Dengan bersabar, ternyata kesalnya pun tak lama. Dan biasanya, mereka yang tak menerima tanggapan bakal menghentikan omelannya dengan lebih cepat...

Masih harus bersabar nih. Karena sampai tanggal 22 Juni, hari terakhir sekolah, jadwal Butet lebih berantakan dan tak terduga lagi... 


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah