Soirée des 3e Butet

Jumat malam yang lalu, Butet mengikuti pesta akhir tahun ajaran yang diadakan khusus untuk siswa kelas 3e (setara kelas 9, atau kelas 3 SMP di Indonesia). Soirée des 3e. Semacam prom, mungkin ya!?

Acaranya dijadwalkan mulai 19.30 dan berakhir 22.30. Daripada bolak-balik mengantar-jemput, saya dan suami memanfaatkan waktu untuk berkencan di kota...

Sudah lama juga tak makan di restoran berdua saja. Cukup kagum dengan ramainya kota. Seakan sudah tak ada pandemi saja...

Eh! Tapi... Cerita kembali ke soal Butet saja...

Pasangan

Ucok dulu, seingat saya saat 3e, tak mau berpartisipasi. Malas katanya. Tapi kata Butet, waktu itu abangnya tak mau ikut karena tak berhasil menemukan cavalier, pasangan untuk berpesta! Masak iyah? Tak yakin juga. Bisa jadi saat Ucok 3e tak ada soirée, karena acara ini memang tergantung pada usulan siswa-siswa sendiri. Sekolah hanya memfasilitasi...

Lalu, kamu ada pasangan nggak? tanya saya menyelidik...

Katanya, dia tak mau. Mau senang-senang bebas saja dengan teman-temannya...

Lagipula pasangan juga buat apa? Secara mereka baru akan bertemu di acara. Tetap saja masing-masing orang tua yang mengantarkan sampai sekolah, dan menjemput pulang anak-anak yang baru usia 15 tahunan itu. Belum majeur. Belum dewasa!...

Tapi memang, ada beberapa temannya yang ngotot harus berpasangan ke pesta. Ada yang sukses mendapatkan pasangan yang mereka inginkan, ada pula yang pokoknya asal berpasangan. Jadi beberapa dari mereka, menjadi pasangan semata-mata karena sama-sama mencari saja...

Pada akhirnya, saat Butet cerita sesampai kami di rumah, anak-anak membaur semua. Tak ada yang tetap berentengan dengan pasangannya saja...

Kostum

Sejak mulai diumumkan adanya pesta akhir tahun ini, Butet sudah mulai merencanakan kostum yang akan dipakainya. Tadinya dia akan mengenakan gaun yang dipakainya saat karnaval sebagai Kiki si penyihir dari film Kiki Delivery Service. Ditambah aksesoris, gaun biru tua yang klasik itu memang bisa disulap jadi gaun pesta...

Butet hanya meminta dibelikan sepatu saja. Tak mau bersandal, dia. Mau nyaman ber-sneakers saja. Dan saya suka idenya memadu padan, dan menghasilkan kostum pesta yang chic, tapi tetap sesuai dengan usia remajanya...

Tapi tetap, saya tawarkan padanya untuk melihat-lihat, siapa tahu ada gaun pesta yang diinginkannya. Ternyata tidak mudah!

Butet bertubuh kecil. Kurus, pula! Wajah Asianya makin menonjolkan kebeliaannya dibanding remaja Eropa. Baju-baju warna pastel membuatnya terlihat makin muda. Kemudian trend pakaian zaman sekarang ini yang suka membuat mulut ternganga...

Beberapa kali Butet sendiri yang menolak karena misalnya rok panjang akan terlalu panjang untuknya. Atau gaun berkerah V akan terlalu terbuka. Mama lihat punggungnya? Itu pinggangnya ada bolongnya. Kainnya transparan, ma! Butet sudah hampir putus asa...

Sampai kemudian kami menemukan gaun hitam sederhana di sebuah tko di kota. Tak berlengan, tapi bukan model tali bahu juga. Berlekuk di pinggang, tapi tak ketat membentuk tubuh. Tak kekanak-kanakan tapi tak terlalu cepat dewasa juga...

Riasan

Sebagai perempuan yang merasa nyaman dengan krim pelembab dan pelembab bibir saja, saya tak memiliki perlengkapan make up. Paling ditambah bedak dan lipstick, untuk acara yang sangat spesial. Tapi sudah lama tak ada acara spesial juga...

Saat Butet masih ikut balet, saya rutin membeli perlengkapan make up setahun sekali. Betul! Untuk pentas akhir tahunnya! Dan dari situ juga yang saya manfaatkan untuk acara spesial tadi...

Kemarin panik! Tak ada perlengkapan rias untuk Butet! Lekas membeli online. AlhamduliLlaah bisa sampai lancar dalam 48 jam sesuai janji. Dan Butet suka pilihan saya!

Padahal saya memilih yang senetral mungkin. Jaga-jaga kalau-kalau paket tak bisa sampai pada waktunya, saya memilih perlengkapan yang bisa saya kenakan sendiri juga...

Tapi saya tak mendandaninya. Bedak, lip gloss, dan eye shadow dia bubuhkan sendiri. Bahkan dia merias teman-temannya juga!...

Saya hanya membantunya menyanggul rambutnya. Yang pulang-pulang sudah jadi kunciran biasa saja. Tak kuat menahan lompat-lompat, katanya!...

Carpooling

Sehari sebelumnya Butet sudah menanyakan, apakah saya bisa membawa juga dua sahabatnya untuk brangkat bersama ke pesta. Saya katakan bisa saja. Ada tiga tempat, asal mereka mau berdesakan di bangku belakang. Oke, katanya...

Dua sahabatnya datang ke rumah sepulang sekolah. Mereka bersiap untuk berangkat bersama. Agar tak sendirian datangnya ke pesta, katanya...

Pulangnya, salah satunya dijemput orang tuanya. Tapi bukan berarti penumpang berkurang satu. Karena ada satu teman Butet lain yang menumpang untuk pulang!...

Saya sih tak keberatan. Rumah mereka ada di jalur perjalanan pulang. Satu lagi agak memutar, tapi masih sejalan lah. Tak masalah. Masing-masing saya antar sampai depan rumah...

Lagipula saya juga malah akan kepikiran melepas anak perempuan usia 15 tahun berjalan sendirian di jam 11 malam. Membayangkan suatu saat mungkin Butet atau juga Ucok membutuhkan, pasti menyenangkan jika ada yang bisa menolong mereka...

Lewat Tengah Malam

Kami sampai rumah sudah lewat jam 11 malam. Sudha masuk Isya. Kami terlambat Maghrib. Salah perhitungan. Saya pikir acara selesai jam 10 malam. Ternyata diundur sampai 22.30. Entah kenapa tak terpikir untuk memastikan adanya perubahan, karena mulainya yang tadinya 18.30 diundur ke 19.30...

Butet langsung meminta salat berjamaah...

AlhamduliLlaah... 

Mungkin hal biasa untuk orang tua lainnya. Tapi bagi kami yang tinggal di lingkungan sekuler ini, anak yang menyadari kewajibannya dan berinisiatif mengajak salat bersama, itu adalah suatu kebahagiaan tersendiri...

Selesai salat kami tak langsung tidur. Butet mengajak ngobrol menceritakan acaranya, sambil memperlihatkan foto-foto dan video-video yang dibuat oleh teman-temannya secara diam-diam, karena sebenarnya dilarang menggunakan telepon selama acara. Dan kami baru berangkat tidur lewat jam 1 malam. Itupun karena Butet mau mengejar Daily Pass Webtoon yang lupa digunakannya di hari Jumat...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah