Rapor 3e Butet

Selasa sebenarnya saya sudah mulai merasa tak nyaman. Refleksnya belakangan ini, langsung lihat website RNSA. Dan benar saja! Prancis merah membara dengan level cyprées yang tinggi di departement kami!...

Saya pikir biasa saja lah. Paling akibat bersih-bersih hari Senin saja. Tapi ternyata Rabu pagi makin parah!...

Hidung meler, mata berair, kepala pening! Lagi-lagi pas hari hosting pengajian! Mana saya diperlukan sebagai asisten pembicara untuk share presentasi pula!...

AlhamduliLlaah semua lancar. Hanya piket menutup kelas telegrup KLIP yang saya pasrahkan pada PJ. Plus akibat yang terasa pada tulisan saya kemarin, yang ngalor-ngidul tak jelas arahnya. Dan baru teringat, apa yang sebenarnya ingin saya tulis sesudah mem-publish-nya!...

Rapor Bagus, Tapi ...

Saat mulai kemarin, saya ingin menulis tentang rapor. Rapor terakhir Butet di SMP. Tahun depan sudah SMA, dia!... Wah, tak terasa...

AlhamduliLlaah rapor Butet bagus. Bagus, relatif terhadap rata-rata kelasnya. Memang ini patokan kami. Tak harus sempurna. Karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah semata. Eh? Hehehe... Bener sih... Tapi dalam konteks ini memang saya dan suami sepakat tidak menuntut kesempurnaan nilai akademis anak-anak...

Tetap, kami mendorog di bidang-bidang yang kami rasa mereka mampu. Kalau kendor di bidang matematika, misalnya, kami dorong Butet untuk lebih berusaha. Tapi kalau nilai Geografinya hanya rata-rata, ya sudah, tak apa. Asal tidak jelek-jelek amat saja...

Trimester ini hanya nilai Bahasa Latin dan olah raga yang di bawah rata-rata. Agak kaget bahwa perolehan nilai Butet bagus begitu. Tapi senang juga...

Nilai tak bagus di olah raga sih sudah biasa. Kalau Bahasa Latin, mengingat pesertanya tak banyak karena pelajaran ini tidak wajib, tentu rentang nilainya tidak besar. Dan nilai 14 untuk rata2 kelas 14,76 kan lumayan juga tuh...

Nilainya memuaskan. Tapi ... Ada tapinya nih! Ada yang mengganjal dari apresiasinya!...

Saya pernah menulis tentang apresiasi ini di bidang-bidang studi bahasa untuk rapor trimester dua yang lalu. Kali ini apresiasinya sudah membaik. Kecuali dalam bidang studi bahasa Inggris! Masalahnya, bidang studi ini dipegang oleh wali kelasnya! Akibatnya, apresiasi secara umumnya jadi spesial!...

Apresiasi

Semua guru menulis bahwa Butet cukup aktif berpartisipasi di kelas. Paling tidak, memberi komentar bahwa ada peningkatan usaha untuk partisipasi ini. Namun tidak demikian dengan wali kelasnya itu!

Butet mengikuti dua macam pelajaran Bahasa Inggris: yang wajib dan yang khusus untuk kelas Eropa yang diikutinya. Keduanya diajar oleh guru yang sama!

Di kedua pelajaran, nilai Butet cukup tinggi. Bahkan nilai 0 untuk partisipasinya dalam pelajaran bahasa Inggris wajib pun tak bisa menjatuhkan nilai keseluruhannya. Ya! Anda tak salah baca! Nol, saudara-saudara!...

Butet sudah menyiapkan diri dan memberitahu saya akan kemungkinan nol ini. Dia menenangkan saya, sudah memperhitungkan nilai akhirnya akan tetap jauh di atas rata-rata kelas. Dan memang begitu. Tetap saja saya meradang melihat nilai nol ini!

Dalam apresiasi bidang studi, bu guru menyayangkan tidak adanya partisipasi Butet ini. Lalu sekali lagi menyayangkan, di bidang studi bahasa Inggris kelas Eropa. Dan di dalam apresiasi globalnya, bu guru menulis begini:

Tahun (ajaran) yang sangat baik. Keterampilan lisan Anda ditegaskan di berbagai bidang studi, sekarang perlu untuk menerapkannya juga dalam bidang studi Bahasa Inggris di mana kompetensi ini sangat penting.

Pemberontakan

Bahkan papanya yang biasanya tak terlalu berkomentar pun kali ini tak bisa menahan dirinya!

Suami saya menceramahi Butet panjang-lebar. Itu artinya Bu Guru menilai bahwa kamu tidak mau berpartisipasi di kelasnya saja! Itu artinya kamu sengaja melakukannya! Itu artinya Bu Guru marah. Pantas saja kamu dapat nilai nol!

Dan anaknya senyam-senyum saja! Karena memang hal itu sudah saya ingatkan berkali-kali pada Butet di sepanjang tahun ajaran!...

Dia menyadari sepenuhnya apa yang dilakukannya. Dan dia membela diri!

Menurutnya Bu Guru berharap terlalu banyak padanya. Harusnya Bu Guru tahu bahwa dia pemalu, tak suka menonjolkan diri. Guru-guru lain paham. Bukan karena Butet aktif berpartisipasi di bidang studi lain. Namun buat guru lain, percobaan partisipasi sesedikit apapun sudah merupakan prestasi. Makanya digarisbawahi dalam apresiasi. Begitu katanya...

Namun ada yang tak diceritakannya pada papanya. Bahwa semakin guru mendorong dia untuk berpartisipasi, semakin enggan dia mencoba. Semakin diancam bahwa tanpa partisipasi dia tak akan mendapatkan nilai bagus, semakin besar tekadnya untuk membuktikannya. Dan sayangnya --heu--, dia memang bisa!...

Ini mengingatkan saya pada pemberontakannya pada guru matematikanya tahun lalu. Tahun ini, berontaknya pada guru Bahasa Inggris. Semoga tahun depan lebih aman ya!...  


Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi