Suka Menjelaskan

Dan sampai lewat tengah hari saya belum menulis! Keasikan bantuin orang! Eh?... Hahaha... Nggak deng...

Memang pada dasarnya baru mulai longgar menjelang tengah hari. Pasalnya, pagi ini Butet mulai jam 10 pagi. Dia mau diantar, tentu. Sedangkan di jam yang sama, ada tea party --sebutan yang lebih enak ketimbang rapat bulanan, kan!?-- tim ketua kelas KLIP. Selesai itu, ada pesan di grup Klipers yang bingung karena artikel-artikel yang diakses dari browsernya jadi berbahasa Jawa!

Jiwa kepenasaran saya tergelitik. Sambi mendadar telur, sambil chatting melalui direct message mencari masalahnya di mana. Tentu saja penyelesaian masalah sesederhana ini dipersulit karena jarak. Tanpa memegang gadgetnya, tidak mudah untuk menemukan di mana problemnya...

AlhamduliLlaah bisa diselesaikan. Sepertinya setting browser tak sengaja berubah menerjemahkan secara otomatis dari Bahasa Inggris ke Bahasa Jawa. Padahal unsur Bahasa Inggrisnya hanya sedikit saja. Dan rekan Klipers tidak bisa berbahasa Jawa!

Rekan Klipers berterima kasih sudah dibantu. Dan saya berterima kasih padanya karena dia mau bersabar...

Bener lho! Tidak semua orang mau bersabar mengikuti petunjuk pelan-pelan, tahap per tahap untuk menyelesaikan masalah. Apalagi petunjuk itu datangnya dari orang yang jelas-jelas sama-sama meraba-rama persoalannya. Plus bahwa orang itu hanya kenal secara online, dan itupun belum lama!

Beberapa kali saya menemui orang tak sabar seperti itu. Jangankan orang lain. Anak sendiri pun begitu. Ah, sudah lah. Laisse tomber! Begitu kata Butet kalau tak sabar mendengar penjelasan saya. Padahal saya suka menjelaskan. Dari titik awal masalah. Tidak suka shortcut langsung ke solusinya...

Jadi ingat jaman bimbingan belajar UMPTN dulu... Ya ya... Saya angkatan tua! Sudah berapa kali istilah seleksi perguruan tinggi berubah sejak saya lulus SMA? Entahlah...

Dulu, guru bimbel suka sekali memberikan jalan pintas. Rumus singkat untuk menyelesaikan soal yang mengandung perhitungan: matematika, fisika, kimia. Tapi saya tak suka. Saya tak pernah menggunakannya!...

Kalau ada yang bisa menemukan lembar soal UMPTN saya, pasti bisa melihat bagaimana saya menyelesaikan soal dengan runut, tahap per tahap. Dengan metodologi diketahui, ditanyakan, dan jawaban. Layak langsung dicetak menjadi kumpulan soal dan solusi UMPTN tahun ... tahun itu! 

Memang begitu karakter saya: saya suka menjelaskan. Bahkan untuk menceritakan sesuatu, selalu saya mulai dari awal, dari latar belakangnya. Mungkin dengan pemikiran bahwa semua harus jelas. Agar tak ada salah penafsiran di belakangnya...

Baru belakangan saya menyadari soal itu. Beberapa kali saya melihat mata orang yang mulai memperlihatkan kebosanan saat saya sedang berbicara. Mau dibawa ke mana sih? Kapan cerita intinya? Dan saya pun berusaha mempersingkat cerita. Kalau bisa. Kalau tidak, ya terserah dia mau mendengarkan atau tidak. Toh pada prinsipnya saya jarang bicara kok. Saya masih lebih suka mendengarkan!...

Tapi jadi, kenapa tidak menulis sebelum jam 10?

Saya menulis kok! Di Sambung Cerita Thriller di instagram, kerja sama antara Gramedia Writing Project dan Fiksi GPU. Entah kenapa tadi iseng begitu. Sampai-sampai mepet waktu berangkat dan Butet sudah nyaris siap. Padahal tantangan itu sudah diposting sejak hampir seminggu yang lalu. Dan sebenarnya kan saya tidak suka genre thriller!...

Bisa menemukan tulisan saya di antara ratusan komentar itu?...

Tapi tak saya perhitungkan sebagai setoran kali ini. Karena mungkin


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah