Posts

Showing posts from March, 2025

1 Syawal 1446 H

Idulfitri tahun 1446 H ini, saya dan Paksu akhirnya ke Marseille. Ya, berdua saja. Seperti yang sempat saya singgung kemarin, kami mengambil keputusan yang sangat rumit! Mungkin harus dibahas dulu mengapa Butet tak ikut. Selain karena minggu depan yang akan berat bebannya, Butet tak enak badan sejak kemarin. Tubuhnya protes minta diistirahatkan. Memang seminggu yang lalu dia sibuk sekali. Antara berbagai evaluasi di sekolah, ujian lisan, penyusunan film pendek, plus finalisasi Parcoursup untuk pendaftaran perguruan tinggi negerinya. Dia pilek dan memang terlihat lelah. Karenanya, saya tak terlalu memaksa saat dia keberatan ikut ke Marseille. Apalagi kami harus berangkat pagi-pagi sekali. Pagi sekali, jam 4 musim panas yang baru dimulai hari ini. Dini hari jam 3 untuk jam musim dingin yang baru dilalui kemarin! Tentunya, kami harus bangun lebih pagi lagi untuk bersiap kan!? Saya dan Paksu sudah sempat menyerah untuk mengejar waktu salat Id di KJRI. Kereta dan bus pertama di hari Minggu ...

Ramadan 1446 H: Hari 29

Image
Alhamdulillah, Masjid Agung Paris bersama organisasi-organisasi Islam yang berada di Prancis telah memutuskan bahwa 1 Syawal 1446 H di Prancis bertepatan dengan Minggu, 30 Maret 2025.  Sebelum diumumkan jam 6an sore tadi, sudah banyak masjid di segala penjuru Prancis yang mengumumkan jadwal salat Id hari Minggu. Termasuk Masjid Iqraa di Cannes.  Beberapa hari yang lalu Masjid Agung Paris sempat mengingatkan bahwa penentuan hari raya belum final, menunggu sidang Isbat sore tadi. Dan ini diikuti KJRI Marseille dan KBRI Paris yang membuat pengumuman penyelenggaraan Salat Idulfitri dengan tanggal terbuka, 30 atau 31 Maret, dan mengeluarkan pengumuman lagi setelah adanya konfirmasi tanggal. Namun memang, seperti sudah sempat saya tulis sebelumnya, sudah ada hasil perhitungan dari CFTM yang menyatakan 1 Syawal jatuh tanggal 30. Dan ternyata memang benar demikian. Butet pun sempat menanyakan, kenapa tak ditentukan jauh hari? Teknologi masa kini sudah mampu. Mengapa tak dimanfaatkan?...

Ramadan 1446 H: Hari 28

Weekday terakhir sebelum Lebaran.  Seharian saya relatif santai. Menghabiskan bacaan buku , menontoni 2 episode pertama beberapa (ya, beberapa!) drakor di Viki karena mau menunggu masuk April untuk subscribe , ...   Sore-sore baru merasa menyesal, kenapa saya nggak keluar belanja untuk hidangan spesial Lebaran!? Heu.... Pasalnya kami masih belum tahu apakah bisa ke konsulat Marseille untuk merayakan Lebaran. Yang artinya, makan siang kami belum terjamin! Hahaha. Ya kalau Lebaran Senin. Kalau Minggu, berarti waktu untuk belanja tak ada lagi. Kerena besok siang ada pertemuan Club Lecture. Tentu saja paginya saya berencana untuk menghemat tenaga. Sindrom hari Jumat di mana saya merasa lelah sesudah pulang malam karena kursus Kamisnya. Lelah karena sampai malamnya, atau karena harus memeras otak intensif selama 1,5 jam? Plus seperti biasa, Kamis sepagian saya menyelesaikan PR dan menyusun cerita yang biasa disampaikan di awal kursus. Gabungan semuanya sih ya, sepertinya!?...

Ramadan 1446 H: Hari 27

Hari ini saya tak mencicil menulis draft lagi. Sore tadi saya sempat bertanya-tanya: ngapain aja saya seharian ini? Kok sampai tak sempat menulis sama sekali? Pertanyaan itu muncul saat sudah menjelang jam 5. Padahal jam 6 saya sudah harus berangkat kursus. Dan saya pun segera membuka blog ulasan buku dan menyelesaikan draft yang sudah saya mulai beberapa hari yang lalu. Tak selesai, tentu saja. Saya melanjutkannya sepulang kursus—yang hanya dihadiri 3 peserta termasuk saya—dan buka puasa—hasil belanja Paksu di fastfood Asia—, dan langsung publish reviu La VĂ©getarienne-nya Han Kang itu sebelum malah over thinking . Tak lupa sekalian setor ke KLIP, tentunya! Pikir-pikir, sebenarnya banyak yang saya lakukan hari ini. Meski tak antar-jemput Butet, tak masak, dan sempat tidur siang satu jam, saya sempat mencuci pakaian, menjemur hasil 3 putaran cucian, melipat jemuran yang sudah kering, beberes, ... mengerjakan PR kursus, membuat rekap pilihan perguruan tinggi Butet untuk melihat syarat k...

Ramadan 1446 H: Hari 26

Dan datang juga hari di mana saya tak terbangun pada saat seharusnya bangun!  Tenaaang. Tak telat sahur kok. Hanya saja, saya bangun 15 menit lebih lambat dari "seharusnya"! Saya sudah sempat cerita kan, kalau saya mengeset 3 macam alarm selama Ramadan ? Setiap malam, saya tak lupa memajukan masing-masing alarm 1-2 menit sesuai perkembangan jam Subuh. Begitupun semalam. Salahnya, saya lupa memajukan unit jamnya! Pagi ini adalah pertama kalinya berganti jam bangun dari jam 4-an ke jam 3-an. 3.58 sih. Tapi tetap saja kan: kalau lupa memajukan satuan jam, artinya alarm pertama saya terlambat satu jam! Saya sudah sempat terbangun jam 3.11 (saya mengecek jam) dan sadar: ah, masih setengah jam lebih. Tidur lagi saja. Setelah itu sempat terbangun beberapa kali. Tapi saya langsung tidur lagi tanpa mengecek jam. Sampai akhirnya saya terdorong untuk melihat jam, dan ... lah!!! sudah jam 4.12!!! Itu artinya masih ada satu jam lebih sebelum Subuh datang. Masih ada waktu untuk salat malam...

Ramadan 1446 H: Hari 25

Hari ini grup Whatsapp pengajian membahas soal kapan Lebaran. Senin seperti wacana yang luas beredar sampai saat ini, atau Minggu seperti hasil perhitungan astronomi sejak jauh hari yang entah kenapa tak terdengar gaungnya? Masjid Agung Paris sendiri mengumumkan sidang isbat akan diselenggarakan Sabtu sore, 29 Maret 2025. Kebetulan sekali, saya dan Paksu mendiskusikan tentang itu semalam. Terutama strategi untuk bisa ke konsulat di Marseille. Pasalnya, kalau dadakan begitu, tiket bus pasti bakal sulit didapat kan!? Bus memang jadi pilihan kami untuk ke Marseille. Selain murah, terminal bus antar kota ada di dekat rumah. Praktis. Bisa jalan kaki saja. Tiket kereta api ke Marseille, entah sejak kapan naik 50%. Kalau pergi pagi, bisa jadi belum ada bus untuk ke stasiun. Namun memang peluang keberadaan kursi lebih besar. Paling jelek kemungkinan, ya berdiri saja. Tapi semoga tidak sampai begitu lah. Lumayan juga, 2 jam perjalanan! Yang "jadi masalah" adalah si Butet. Minggu depan...

Ramadan 1446 H: Hari 24

Waktu cepat sekali berlalu dan sampailah kita pada seminggu terakhir Ramadan.  Setelah beberapa hari di rumah saja, hari ini saya ke luar. Tujuan utama ke swalayan. Namun saya berbelok dulu membuang sampah botol kaca ke tempat sampah khusus di dekat taman kota.  Sebenarnya masih ada banyak sampah kaca di rumah. Tapi saya tak mau terlalu mengotori tangan. Kan nggak langsung pulang, sesudahnya! Yang tadi saya buang adalah botol kaca bekas minyak zaitun, sirop, dan tentu saja kecap manis! Di rumah masih ada botol-botol bekas bumbu bubuk dan saus pasta. Ada pula beberapa bekas krim dessert dan yoghurt. Saya memang sengaja menumpuk terlebih dahulu sampah kaca. Dulu, ada tempat sampah khusus di jalur perjalanan ke swalayan, di jalan utama. Kami suka membawa sampah dan mampir membuangnya di sana sebelum belanja. Praktis.  Saya lupa sejak kapan tempat itu ditiadakan. Mungkin karena sering ada yang membuang sampah sembarangan sehingga membuat kotor pemandangan. Sejak itu kami haru...

Ramadan 1446 H: Hari 23

Hari Minggu. Pagi cerah setelah Sabtu seharian berangin kencang dan semalam hujan turun cukup deras. Awalnya, prakiraan cuaca mengabarkan hari yang sepenuhnya cerah. Namun ternyata menjelang Magrib hujan turun lagi dan bertahan hingga saat saya menulis ini. Tak banyak yang bisa saya ceritakan mengenai hari ini. Tak ada yang spesial. Rutinitas Minggu santai biasa. Selain bahwa Butet sibuk belajar sepanjang hari di samping membuat film animasi pendek untuk Hari Ekologi di sekolahnya Jumat nanti. Baru kali ini saya tak membuat draft jurnal dan mengisinya sedikit demi sedikit seperti yang biasa saya lakukan sejak awal Ramadan. Pasalnya, hari ini saya memaksakan diri untuk menulis ulasan buku. Buku Minuit dans la Ville des Songes yang saya selesaikan sejak awal Maret lalu, dan baru saja saya publish sebelum menulis di sini. Sudah ada buku La Vegetarienne yang saya selesaikan minggu lalu dan menunggu untuk diulas. Lalu ada buku Neige untuk Club Lecture Sabtu depan yang baru saja saya sele...

Butet ke Salon di Prancis untuk Pertama Kalinya

Di hari ke-22 Ramadan ini, Butet ke salon untuk pertama kalinya. Salon di Prancis. Ya, baru pertama kalinya. Kalau di Indonesia sih hampir tiap kali liburan, kami pasti ke salon untuk creambath dan potong rambut! Fyi, tidak ada creambath di salon di Prancis! Kalau tidak saatnya ke Indonesia (jatah kami ke Indonesia adalah dua tahun sekali), saya sendiri yang memotong rambutnya. Paling merapikan saja. Butet masih menjaga rambut panjangnya.  Butet menolak ke salon di Prancis. Awalnya karena anaknya terlalu pemalu. Dia tak mau diajak bicara. Padahal tentu, tak akan saya biarkan sendirian. Pasti saya temani. Saat Butet masuk collège, saya yang mulai menolak memotong rambutnya. Dan Butet keukeuh, memilih menunggu pas ke Indonesia saja. Terakhir kali saya memotong rambutnya adalah pasca pandemi. Saya potong rambutnya secara cukup ekstrem pula! Jadi pendek untuk mempermudah kebersihan, plus agar rambutnya bisa disumbangkan . Pada akhirnya sebenarnya  kami ke Indonesia di musim...

Ramadan 1446 H: Hari 21

Memasuki 10 hari terakhir Ramadan. Atau 9? Ada keinginan Ramadan 29 hari saja. Alasan praktis: pengen bisa salat Id. Kalau tak jatuh di akhir pekan, susah untuk kami melaksanakannya. Tak ada libur Lebaran di Prancis. Suami kerja, dan Butet sedang masa banyak evaluasi. Di sisi lain rasanya pengen Ramadan lebih lama. Ibadah masih minimalis. Pengen dikasih kesempatan lebih panjang. Tapi ya jelas nggak mungkin lebih dari 30 hari lah ya.  Satu-satunya jalan ya harus bisa memaksimalkan di 10 hari terakhir ini. Sejauh kemampuan. Dan niat pun, sudah tercatat kan ya? Eh? Hehehe. Hasilnya? Saya tertidur, praktis sepanjang pagi: sejak Paksu mulai kerja, hingga terbangun oleh alarm Zuhur! Hadeuh! Sepertinya memang saya sudah lelah sekali setelah 20 hari kurang tidur. Plus minggu ini ada dua hari yang menegangkan: Selasa dan Kamis. Hari ini badan minta diistirahatkan. Dan tidur pun termasuk ibadah kan, di bulan Ramadan? Haish, ngeles teruuus! Hihihi. Masuk tanggal 21, saatnya memikirkan zakat f...

Ramadan 1446 H: Hari 20

Musim semi datang hari ini. Hari ini adalah hari yang menegangkan lagi. Tapi untuk alasan yang berbeda. Hari ini adalah jadwal pengumuman seleksi tahap pertama sekolah animasi pilihan utama Butet. Saya sudah berpikir untuk tidak usah masuk kursus bahasa Jepang saja. Pengumuman dijadwalkan mulai jam 18, pas saat saya harus berangkat untun kursus jam 18.15. Tapi Butet menolak. Tidak ada gunanya, katanya. Namun meski dia berkali-kali mengungkapkan kepesimisan, saya yakin dia tetap berharap. Dan saya terus mengarahkannya untuk optimis. Apalagi bulan Ramadan begini. Ucapan kita adalah doa, kan!? Memang pilihan utama Butet ini berat juga. Sekolah animasi nomor 1 di dunia! Meski sudah mengikuti kelas bimbingan di dalamnya, tak ada yang menjamin akan diterima. Dan bahkan, karena mengikuti bimbingan itu, Butet kadi melihat kapasitas teman-temannya, yang juga merupakan saingannya! Saya besarkan hati Butet. Bukan hanya karena sekolah sendiri yang menyatakan bahwa seleksi tidak hanya bedasar bakat...

Ramadan 1446 H: Hari 19

Image
Hanya beberapa menit selepas mem-publish tulisan kemarin, bumi Cannes bergoyang kembali. Kali itu, saya yang sedang duduk berbincang bersama Butet merasakan seakan sofa diguncang. Hanya sedetik saja. Mungkin kurang. Terdengar gerakan suvenir-suvenir yang ada di lemari sebelah kami. Lekas saya mencari berita. Rupanya ada gempa susulan. 3,8 skala Richter. Lebih kecil dari gempa pertama yang berkekuatan 4,1.  Susulan yang ke sekian. Karena ternyata, seharian kemarin ada belasan, bahkan ada yang memberitakan sampai 20 guncangan yang tercatat oleh Bureau Central Sismologique Français (BCSF), BMKG-nya Prancis, yang sayangnya saya malah tak berhasil menemukan informasi datanya di website-nya. Dari gempa bumi kemarin, saya baru benar-benar menyadari keberadaan BCSF. Kalau di Indonesia, prakiraan cuaca dan gempa bumi kan sama-sama ditangani oleh BMKG tuh. Nah, saya tahu keberadaan Meteo France yang mengurus tentang cuaca. Selama ini suka saya samakan dengan BMKG. Lupa bahwa KG-nya tidak ma...

Ramadan 1446 H: Hari 18

Hari ini sungguh menegangkan! Saya sudah berniat mengumumkan periode proofreading untuk e-book MGN hari ini. Saya perkirakan jam 10CET. Nafas dikit dari deadline tantangan Maret yang jatuh pada jam 15WIB. Dan saya berniat belanja ke boucherie halal di kota juga seusai mengantar Butet yang hari ini baru mulai jam 9 pagi. Saya sampai rumah jam 9.30. Beres-beres belanjaan sambil menunggu desktop menyala. Hari ini Butet kembali membawa laptop ke sekolah. Niatnya untuk mengerjakan film animasi pendek untuk klub ekologinya di jam makan siang. Niat gagal karena dia lupa membawa kabel dan baru menyadarinya di jam makan siang itu. Tugas saya untuk e-book MGN adalah membuat template, mengompilasi naskah, dan mengeditnya. Saya tidak sendiri. Masing-masing bagian itu ada yang membantu. Sampul dan layout (pemilihan font, variasi ukuran, warna, ...) sudah ada ahlinya. Sampai saat ini, layout masih belum final. Masih coba-coba. Masih dalam proses kreatif lah! Warna background dokumen pun masih belang...

Ramadan 1446 H: Hari 17

Senin, 17 Ramadan. Sejak kapan tidak diperingati sebagai Hari Nuzulul Qur'an dengan libur naisonalnya di Indonesia?  Tak mengantar-jemput Butet, saya manfaatkan kesempatan untuk mengistirahatkan kaki. Terutama lutut kiri yang mulai terasa sakit. Saya bahkan membatalkan niat ke swalayan membeli sayur-sayuran. Pakai yang ada dulu saja, lah. Selain membaca—dan ya, nonton film/serial di platform streaming—menulis adalah salah satu cara saya memanfaatkan waktu istirahat. Sambil tiduran di sofa, saya menulis di ponsel. Daripada ngelantur browsing medsos yang tak jelas kan!? Kebetulan sedang tak ada drakor yang menarik minat. Empat episode  When Life Gives You Tangerines  bagian kedua langsung dilahap di akhir pekan bersama Butet. Hehehe. Sukaaak. Kalau nggak ngapa-ngapain begini, nulis apa? Nulis soal beberes rumah, cuci piring, jemur baju, ... hehehe. Ada satu cara saya mencari ide, yaitu mengecek Souvenirs Facebook! Saya yang mengaku sudah jarang membuka medsos, tetap cek med...

Seni Bertahan Menjadi Perantau

Image
Setengah bulan Ramadan telah terlampaui. Hari ini kita masuk paruh kedua. Bagaimana  puasa di Prancis?  Wah, jangan tanya ke saya. Sudah 25 tahun tinggal di Negeri Napoleon ini, saya sudah merasa biasa-biasa saja, tak ada yang spesial. Ya, tahun ini adalah tahun ke-25 saya merantau. Pertama kali menginjak benua biru di bulan November 2000, sudah 25 Ramadan saya lalui jauh dari tanah air. Suami? Tambah setahun lagi. Saya tiba hanya beberapa hari sebelum Ramadan. Saat itu, saya terkaget bahwa puasa berdurasi 10 jam saja. Enak sekali. Mana hawa adem musim gugur. Dari tahun ke tahun, Ramadan makin panjang. Puncaknya saat jatuh di musim panas. Lalu perlahan memendek lagi. Saat ini, Ramadan praktis berlangsung di musim dingin. Dari negara khatulistiwa ke negara empat musim, tentu perlu beberapa penyesuaian dalam pelaksanaan Ramadan. Tak hanya tak terdengarnya azan penanda buka atau tak memungkinkannya taraweh di masjid. Atau tak ada rame-rame penjualan takjil di sore hari. Dan past...

Ramadan 1446 H: Hari 15

Image
Di hari ke-15 Ramadan ini, kami mengawali hari dengan takziah.  Keluarga besar WNI di Prancis, khususnya Prancis selatan, kehilangan tetuanya. Ibu Sumirah meninggal dunia Sabtu 8 Maret 2025 yang lalu.  Ya, Bu Sumi adalah WNI tertua di Prancis. Atau mungkin Prancis selatan saja? Yang jelas beliau yang memiliki tanggal lahir terjauh dalam data PPLN Marseille untuk Pemilu 2024 yang lalu. Tinggal di kota sebelah, beliau masuk dalam wilayah kerja saya. Tahun 2023 saya menghubunginya via telepon untuk pendaftaran pemilih. Telepon rumah, bukan ponsel. Saya mengingat suaranya yang ceria dan masih terdengar cergas di usianya yang sudah lebih dari 90 tahun. Kami berbincang cukup lama dalam bahasa Indonesia.  Beliau bercerita bagaimana masih menyapu sendiri halaman rumah yang ditinggalinya sendiri. Beliau hanya mengeluhkan tak bisa berjalan jauh. Katanya ada tetangga-tetangganya yang selalu siap  menemani dan mengantarkannya kalau ada keperluan di luar. Mereka juga membantu ber...

Ramadan 1446 H: Hari 14

Image
Tahap pemilihan jurusan untuk pendaftaran perguruan tinggi di platform Parcoursup berakhir semalam. Sekarang masuk ke tahap finalisasi berkas. CV, surat motivasi, portofolio, pembayaran uang pendaftaran, ... bagi sekolah yang mensyaratkannya.  Beberapa sekolah tak memerlukan apa-apa selain isian wajib di platform Parcoursup. Nilai rapor sudah diurus oleh lycĂ©e masing-masing. Butet mengisi penuh kesempatan memilih 10 perguruan tinggi: 5 ENSA, 1 ENSA khusus tahun pertama yang kuliahnya digabung dengan ESAD, 1 polytech dengan entah berapa sous-voeux, 1 prepa MPSI, 1 prepa PCSI, dan 1 licence cinema. Maaf, saya tak jabarkan masing-masing karena penjelasannya bisa sangat panjang. Mungkin lain waktu ... kalau ada semangat. Lho? Masalahnya, Butet sendiri, setelah diterima di MoPA jadi tak semangat mengikuti prosedur Parcoursup. Pilihannya ke animasi makin mantap. Arsitektur pun sudah tak menariknya lagi. Butet berniat untuk tidak melengkapi berkas-berkas sebagian besar pilihan Parcoursup-...

Ramadan 1446 H: Hari 13

Di hari ke-13 Ramadan ini, saya 3 kali pp ke sekolah Butet. Guru bidang studi spesialisasi Matemarikanya masih absen. Tidak ada pengganti. Butet ada jam kosong antara jam 10-12. Ditambah makan siang, ada 3,5 jam menganggur. Kalau tidak berpuasa, Butet bisa saja jalan-jalan ke kota bersama teman-temannya. Kembali ke sekolah saat jam makan siang. Atau makan siang di luar sekalian dan baru kembali setelahnya. Namun karena puasa, Butet memilih pulang. Lumayan, bisa baringan. Juga salat zuhur pada waktunya. Saya tidak menjemputnya pulang jam 10. Butet pulang sendiri naik bus. Dia jadi berkesempatan merasakan bus panjang yang baru dioperasikan sejak tanggal 10 kemarin di jalur kami. Baru sampai rumah, Butet langsung mengajak saya belajar bahasa Jerman. Memang ada evaluasi siang tadi. Bangun setelah sempat tidur sebentar, dia menyalin kosa kata bahan evaluasinya. Jadi ya tidak hanya tiduran saja sepanjang waktu. Saya mengantarnya kembali ke sekolah untuk pelajaran jam 13.30. Sebenarnya setela...

Ramadan 1446 H: Hari 12

Image
Hari ini, lima tahun yang lalu, Presiden Emmanuel Macron mengumumkan kuncitara pertama di Prancis mulai 17 Maret 2020. Sekolah ditutup mulai Senin, sehari sebelumnya. Pembelajaran dilakukan secara jarak jauh. Kalau kebanyakan panik bagaimana dengan anak-anak sedangkan kedua orang tua masih harus tetap bekerja, kami panik karena seharusnya suami harus terbang ke Paris dan memulai kerja barunya. Apakah dia tetap bisa mempertahankan kontraknya? Ah, masa-masa yang menegangkan. Alhamdulillah kami bisa melaluinya dengan cukup baik. Hari ini, Butet resmi terdaftar menjadi mahasiswi MoPA. Ya, kami sudah membayar biaya daftar ulang dan uang muka biaya sekolah. Tentu saja, ini belum definitif. Kami masih berharap Butet diterima di pilihan pertamanya. Kalau menarik diri dari MoPA, teorinya uang muka akan dikembalikan. Tarif daftar ulang harus diikhlaskan. Lima ratus euro bukan jumlah yang kecil untuk kami. Namun ya, demi ketenangan batin kan!? Sudah ada satu tempat yang dijamin. Apalagi MoPA juga...