Butet ke Salon di Prancis untuk Pertama Kalinya

Di hari ke-22 Ramadan ini, Butet ke salon untuk pertama kalinya. Salon di Prancis. Ya, baru pertama kalinya. Kalau di Indonesia sih hampir tiap kali liburan, kami pasti ke salon untuk creambath dan potong rambut! Fyi, tidak ada creambath di salon di Prancis!

Kalau tidak saatnya ke Indonesia (jatah kami ke Indonesia adalah dua tahun sekali), saya sendiri yang memotong rambutnya. Paling merapikan saja. Butet masih menjaga rambut panjangnya. 

Butet menolak ke salon di Prancis. Awalnya karena anaknya terlalu pemalu. Dia tak mau diajak bicara. Padahal tentu, tak akan saya biarkan sendirian. Pasti saya temani.

Saat Butet masuk collège, saya yang mulai menolak memotong rambutnya. Dan Butet keukeuh, memilih menunggu pas ke Indonesia saja. Terakhir kali saya memotong rambutnya adalah pasca pandemi. Saya potong rambutnya secara cukup ekstrem pula! Jadi pendek untuk mempermudah kebersihan, plus agar rambutnya bisa disumbangkan.

Pada akhirnya sebenarnya kami ke Indonesia di musim panas sesudah potong rambut itu. Kesempatan ke salon tentu tak dilewatkan. Sekalian merapikan. 

Semakin besar, Butet makin sadar adanya kemungkinan bahwa salon Prancis tak memahami karakteristik rambut Asia dengan baik. Dia melihat bagaimana potongan poni teman-temannya yang sering kali terlihat aneh.

Namun akhirnya dia penasaran juga sampai memutuskan ke salon hari ini. Katanya rambutnya sudah terlalu panjang. Padahal belum setahun sejak dia potong rambut di Indonesia, kan!? Dan saat itu dia potong cukup pendek. Sepertinya dia sudah tak suka dengan bentuk rambutnya yang setelah agak memanjang, jadi berbeda dengan saat baru dipotong dulu.

Butet sudah membuat janji sendiri dengan salon dekat rumah secara online sejak dua mingguan yang lalu. Jadwal sekolahnya membuatnya tak memiliki pilihan selain hari Sabtu. Hari Sabtu, salon dekat rumah hanya buka sampai jam 1. Dan kebetulan Sabtu lalu mereka tutup secara khusus.

Jam 10 kurang sedikit, Butet berangkat. Memang salon hanya berjarak satu gedung dari gedung apartemen kami. Sendiri saja. Dia membayar dengan kartu debitnya sendiri yang cukup banyak saldonya. Uang sakunya praktis utuh. Butet tak ada kesempatan makan siang di luar sejak Terminale, apalagi sesudah masuk Ramadan begini.

50 menit kemudian dia sudah kembali. Tadi menunggu sebentar saja, katanya. Rambutnya pendek. Lebih pendek dari saat dipotong di Indonesia musim panas kemarin. Padahal saat berangkat, dia berniat tidak memperpendek rambutnya. Mau ganti gaya saja. Mau dibikin dégradé (layered?).

Katanya potongan model bob pendek itu atas saran coiffeuse (penata rambut). Karena rambutnya terlalu lurus, model dégradé hanya akan keren sesudah brushing di salon. Kalau mau tetap bagus, ya harus effort menyisirnya. Dan Butet merasa tak mampu! Hihihi.

Tapi bagus juga potongannya. Butet juga puas. Ternyata coiffeuse dekat rumah memahami karakteristik rambut Butet. Mungkin karena dia sudah terkena hallyu. Sempat ke Korea dan bahkan mengajarkan Hanguk ke anaknya. Ya, itu salah satu subjek pembicaraannya dengan si Butet selama potong rambut!

Saya goda si Gadis, apa dia potong rambut sampai pendek begitu karena sedih tak lolos seleksi Gobelins? Dan dia menjawab dengan tertawa, "Jelas dong! Aku buang semua unsur-unsur negatif kemarin, biar ke depannya lebih lancar!"

Yang saya amini saja. Aamiin.

Ya! Baru setelah berusia 17 tahun Butet mau ke salon di Prancis. Saya? Seumur merantau ini belum pernah sama sekali! 


Comments

Popular posts from this blog

Menengok Ketentuan Pemberian Nama Anak di Prancis

Perjalanan Bela Bangsa

Foto Kelas