Donasi Rambut

Kemarin ekuinoks. Matahari tepat di atas ekuator. Seluruh belahan bumi mengalami 12 jam siang dan 12 malam. Belahan bumi utara memasuki musim semi...

Seperti biasa, kami praktis di rumah saja. Kebetulan saya menemani Butet membayar hutang Ramadannya juga. Tapi saya sempatkan ke boucherie setelah sekian lama...

Ya! Sudah lama sekali kami tak belanja daging langsung ke boucherie halal di kota. Entah sejak kapan kami memanfaatkan Uber Eats saja. Karena lutut yang sakit, cuaca yang tidak enak di hari Minggu, atau karena ada acara di kota. Kalau ada acara di kota, parkir suka penuh. Jadi malas kan!?...

Di luar Minggu boucherie juga buka. Tapi saya masih belum berani ke sana sendiri. Takut tiba-tiba lutut kambuh. Mau apa saya nantinya? Makanya cuma berani menyetir sendiri sebatas pulang dari mengantar Butet sekolah. Belanja daging halal pun akhirnya hanya dari Uber Eats saja...

Musim semi identik dengan bersih-bersih. Kami? Tetap malas-malasan! Hahaha... Tapi Butet minta potong rambut! Apa hubungannya? Ya dihubung-hubungkan sajalah!...

Sudah dua tahun sejak saya memotong rambutnya. Saat itu sudah diniatkan untuk disumbangkan. Kali ini pun begitu. Apalagi potong rambut kali ini juga diarahkan untuk rencananya berkostum Kiki dari film Kiki's Delivery Service di karnaval sekolah, hari Kamis nanti...

Sambil saya dan papanya berangkat ke boucherie, saya minta Butet untuk mencuci rambutnya. Dengan begitu saat kami pulang, rambutnya sudah bersih, kering, dan siap dipotong layak untuk disumbangkan...

Kali ini Butet mantap menyumbangkan rambutnya melalui Fake Hair Don't Care. Asosiasi ini bekerja sama dengan pembuat wig yang nantinya dijual ke penderita kanker yang memerlukannya dengan harga terjangkau, karena disesuaikan dengan pendapatan si pembeli. Mereka yang tak mampu bisa menerima bantuan dari pemerintah untuk mendapatkan wig dari asosiasi ini...

Dua tahun lalu pun Butet sudah memilih asosiasi ini. Namun sayangnya rambutnya belum sempat dikirimkan sampai sekarang. Memang asosiasi ini sempat tutup lama karena pandemi. Kami berniat mengirimkan sumbangan rambutnya sekalian nanti dengan rambut yang baru...

Untuk bisa menyumbangkan rambut ini ada tahap-tahap pemotongan rambut yang harus diikuti. FHDC mensyaratkan panjang rambut minimal 10 cm. Saya ukur panjang rambut Butet yang bisa dipotong, disesuaikan dengan panjang rambut yang diinginkannya. Ada lebih dari 25 cm. Sip! Masuk persyaratan... 

Setelah rambut kering dan disisir, saya bagi menjadi dua. Saya ikat masing-masingnya terlebih dahulu. Ini adalah tahap tambahan saya sendiri. Untuk membantu pengikatan berikutnya agar seimbang kanan-kirinya...

 

Ikat dengan karet masing-masing bagian rambut sesuai dengan batas panjang yang akan disumbangkan. Lalu ikat lagi di pertengahan panjangnya untuk mempermudah manipulasi akhirnya. Potong rambut di atas karet pertama...

Masukkan rambut ke dalam amplop untuk dikirimkan melalui pos beserta formulir yang berisi data tentang rambut yang disumbangkan: natural, dicat, di-bleach, ... 

Di sinilah pentingnya rambut kering: supaya bisa langsung dimasukkan dalam amplop. Mengurangi resiko kelembaban sambil menunggu pengiriman. Dan nantinya saat sampai juga mungkin tak langsung ditangani, kan!?...

Tentu saja hasil memotong rambut dengan cara ini tidak cukup besar kemungkinannya untuk menghasilkan potongan yang langsung cantik. Jangan lupa mengalokasikan waktu untuk merapikan lagi setelahnya...

Sebelumnya kami sudah sempat beberapa kali mendengar tentang menyumbangkan rambut ini. Kebanyakan anak laki-laki. Dan mungkin karena itu yang menarik perhatian, kami justru tak mencari tentang prosedur sumbangannya sendiri...

Kami baru benar-benar tertarik justru saat ada teman di Indonesia yang menceritakannya di media sosial. Dari sana, kami baru mencari informasinya. Dan ternyata ada dua asosiasi yang menerima sumbangan rambut ini. Malah mungkin ada yang lain lagi... 

BismiLlaah. Semoga bermanfaat bagi para penderita kanker yang memerlukan wig tapi tak mampu membelinya di tempat penjualan biasa. Semoga menjadi tabungan amalan buat Butet juga... 🙏

Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah