Abandonner un chat - Haruki Murakami

Sebelum libur sekolah yang lalu, Butet menanyakan apakah saya memiliki buku yang bertema perang. Atau kalau tidak, buku biografi. Dua tema itu yang dimintakan guru bahasa Prancisnya sebagai bahan bacaan selama libur sekolah, untuk dibahas saat kembali sekolah kemarin...

Buku bertema perang, kebetulan ada beberapa. Kalau biografi, saya tak punya sama sekali!...

Saya bukan penggemar buku non fiksi. Apalagi biografi. Tak terpikir sama sekali untuk membelinya. Mungkin karena belum ada tokoh yang menurut saya layak dipelajari riwayat hidupnya?

Lalu terbitlah buku Abandonner un chat: Souvenirs de mon père karya Haruki Murakami ini!

Biografi Chiaki Murakami

Sudah lama Haruki ingin menulis tentang ayahnya. Tapi tak tahu mulai dari mana. Sampai kemudian dia teringat akan suatu hari di mana mereka pergi berdua untuk membuang kucing. Dari cerita tentang kucing itulah, mengalir tulisan mengenai ayahnya... 

Buku ini merupakan esai yang berisi semacam biografi Chiaki Murakami, ayahanda dari Haruki Murakami...

Haruki menceritakan masa muda ayahnya, pengalamannya saat mengikuti perang dunia pertama lalu ke dua, bagaimana perjalanannya akhirnya menjadi guru Bahasa Jepang, bagaimana hubungannya dengan keluarga besarnya, hingga saat meninggalnya...

Buku ini dimulai dengan cerita tentang kucing, dan diakhiri dengan kisah tentang kucing pula. Selalu ada kucing di rumah keluarga Murakami. Sebagai anak tunggal, kucing adalah teman yang paling berharga untuk Haruki. Disamping buku... 

Dari Artikel Majalah ke Buku

Buku ini saya presentasikan secara dadakan saat zoom KBK di tanggal cantik 22 Februari 2022 lalu. Saat itu saya belum memiliki banyak informasi mengenai buku ini. Hanya tahu dari informasi yang tertera dalam buku bahwa sebelumnya, naskah ini sudah pernah diterbitkan di majalah Jepang Bungeinshunju pada bulan Juni 2019 dengan judul Neko o suteru chichioya ni tsuite kataru toki (Abandoning a Cat: When I Talk About My Father)...

Setelah zoom KBK dan ingin menuliskan ulasannya secara tertulis, saya mencari-cari informasi lagi. Ternyata saya temukan ada versi terjemahan bahasa Inggrisnya yang tersedia gratis di website New Yorker sejak September 2019...

Tapi saya memang suka bukunya juga kok. Apalagi ada ilustrasi Emiliano Ponzi menarik untuk dicermati. Di Prancis, buku ini dicetak oleh penerbit Belfond dalam format hard cover dengan kualitas kertas yang bagus. Sangat layak dikoleksi!...

Tak seperti buku Prancis biasanya, buku ini dijual di toko buku dengan dibungkus rapat dengan plastik. Tak bisa dibuka-buka untuk melihat isinya. Dari sampul belakangnya sih katanya biografi berilustrasi... 

Meski sudah melihatnya di toko sejak akhir Januari, saya tak langsung membelinya. Saya mencari informasi terlebih dahulu sampai akhirnya memutuskan membelinya di pertengahan bulan Februari kemarin. Mengundur rencana membeli salah satu buku kumpulan cerpen Haruki Murakami, Des hommes sans femmes yang sudah saya rencanakan sebelumnya, ke bulan Maret ini...

Buku tipis dengan total 82 halaman termasuk ilustrasi ini saya habiskan dalam 3 hari saja. Hélène Morita sebagai penerjemah sudah tak diragukan lagi kualitasnya. Ternyata bisa juga saya membaca biografi. Meskipun yah, tentu genre esai dengan gaya tulis Murakami mendukung sekali...

Kembali Belajar Sejarah 

Saya banyak mengulang pelajaran sejarah dengan mengikuti perjalanan hidup Chiaki Murakami ini. Bahkan saya mendapati fakta-fakta yang tidak saya tangkap di sekolah sebelumnya. Seperti bahwa saat Jepang menduduki Indonesia, itu artinya Jepang bersekutu dengan Jerman!...

Ya, separah itu pengetahuan sejarah saya. Memang sejarah bukan bidang yang saya sukai. Tapi tetap saja saya ikut menertawakan diri sendiri saat ditertawakan oleh Butet akan kealpaan saya itu!...

Oh ya, pada akhirnya Butet membeli buku baru untuk tugas sekolahnya. Tak mau mengambil salah satu koleksi saya. Sayang sekali buku Abandonner un chat ini baru saya beli sesudahnya. Padahal mengandung dua tema yang diminta; perang dan biografi!

Rekaman ulasan saat zoom KBK bisa didengarkan sebagai podcast di Spotify... 😉


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah