Tentang Kompres

Hari ini dingin. Hujan seharian. Tapi kalau saya memasak gule kambing dengan kuah pedas berlimpah, itu bukan hanya karena hujan dan ingin makanan yang mengangatkan badan. Namun itu juga karena hanya tersisa paha kambing dalam stok daging kami!...

Sudah sejak stage Butet, kami tak ke boucherie. Kebetulan memang pas perlu daging, pas lutut saya kambuh. Kami memilih membeli lewat Uber Eats saja. Dan semalam, lutut saya kambuh lagi!

Memang Sabtu bukan jadwal kami untuk ke boucherie. Biasanya rame di sana, susah parkirnya. Kami biasa memilih Minggu siang. Tapi entah apakah besok belanja ke boucherie langsung atau kembali memanfaatkan Uber Eats. Kita lihat saja!...

Saya perhatikan, sepertinya posisi duduk memang memengaruhi. Semalam, saya banyak bersila di sofa karena harus berbagi dengan Butet dan papanya. Biasanya Butet di tengah, saya di pinggir. Masih bisa meluruskan kaki dengan Butet bertumpu di pundak atau kadang tidur dengan kepala di pangkuan saya. Kemarin Butet bertumpu ke pinggir. Saya bersandar bebas. Tapi tidak untuk kaki saya!...

Sebenarnya saya bisa saja mengambil kursi dan menumpukan kaki saya ke atasnya. Tapi posisi saya kemarin nyaman. Tak terasa bersila lama juga. Begitulah kalau sedang sehat. Suka lupa. Saat harus berdiri, baru lah terasa sakitnya...

Dulu teman menyarankan untuk selalu mengompres dingin di lutut yang sakit. Dokter juga mendukung. Selalu kompres dingin. Tapi kemarin, saat lebih banyak data tentang kenapa lutut saya sakit, dokter berubah pikiran. Apalagi saat saya mengeluhkan bahwa sering merasakan gejala sakit saat udara dingin. Dokter menyarankan untuk mengompres hangat!...

Ambil yang nyaman saja, katanya. Hangat atau dingin, tak masalah. Yang penting jangan berlebihan. Jangan terlalu dingin atau terlalu panas. Untuk menyamankan saja. Dan memang kompres tidak akan mengobati. Karena bukan permasalahan keseleo biasa...

Semalam, saya kompres dingin sebelum tidur. Saya ikatkan kompres ke lutut hingga terbangun saat subuh. Bukan apa-apa. Saya hanya punya satu kompres. Sudah terlanjur beku di freezer. Sayang, kan, kalau harus dipanaskan dulu. Lama, kalau harus menunggu cair secara normal. Sedangkan saya tak yakin bisa memanas dengan baik tanpa merusak cairan kompresnya jika langsung dimasukkan ke microwave...

Pagi tadi, sesudah subuh, saya panaskan kompres yang cairannya sudah meleleh di suhu ruang. Cukup dua kali 30 detik di dalam microwave dengan kecepatan sedang. Praktis. Lebih cepat siapnya ketimbang kompres dingin yang harus menunggu minimal 2 jam untuk berfungsi baik selama 20 menit saja!...

Sepertinya memang lebih baik saya beli kompres lagi. Satu dibiarkan di freezer kalau-kalau suatu saat membutuhkan kompres dingin, satu lagi untuk digunakan sebagai kompres hangat...   

Pagi ini lutut saya sudah membaik. Sudah tak terasa sakit lagi. Tapi saya tetap berhati-hati. Tetap banyak mengistirahatkan kaki. Dan jadi pelajaran bagi saya untuk lebih memperhatikan cara duduk. Tak boleh lama-lama melipat kaki! Sambil masih musti bersabar menunggu hingga bisa benar-benar ditangani... 


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah