Tentang Kursus Piano

Hari ini langit mendung. Tapi tak hujan. Kami lihat prakiraan cuaca mengatakan kalau besok akan hujan. Bahkan salju turun di ketinggian 700 meter saja. Udara memang terasa dingin...

Saya belum cerita mengenai kelanjutan kursus piano Butet...

Jumat kemarin adalah jumat ke dua Butet tak kursus secara langsung. Tidak juga kursus secara daring. Tapi pelajaran tetap berjalan. Dengan tutorial...

Ceritanya, guru Butet mengirim SMS di hari Minggu, hari terakhir libur sekolah musim dingin kemarin. Katanya, bakal tidak ada kursus dengan tatap muka untuk beberapa minggu. Hanya ada kursus daring. Melalui video chat di whatsapp!

Memang kursus piano --dan segala kegiatan di centre loisirs-- ikut libur, saat sekolah libur. Tapi aneh sekali, kenapa jadi kursus daring sementara pemerintah mengumumkan pelnggaran protokol pandemi?

Saya tak langsung membalas SMSnya. Sambil membujuk Butet yang tak suka kursus online, sambil berpikir bagaimana menyampaikannya ke gurunya...

Saya sedang mengonsep balasan saat guru piano menelepon via whatsapp. Memang beliau memiliki kontak whatsapp saya yang menggunakan nomor kartu SIM Indonesia, karena Butet sempat kursus piano daring saat awal pandemi dulu. Dan karena pengalaman itulah dia mengambil kesimpulan tidak suka kursus daring...

Hari itu Rabu. Saya sedang ... co-hosting zoom meeting pengajian, tentunya! Untungnya tak ada yang penting yang harus dilakukan. Karena teleponnya ternyata berlangsung lama...

Saya jelaskan terus-terang bahwa Butet tak mau kursus online. Tak apa berhenti kursus dulu. Biar dia melanjutkan berlatih lagu yang sudah ada saja dahulu. Yang memang belum tercapai kecepatan yang diinginkan. Nanti lanjut kursus saat tatap muka bisa dilangsungkan kembali...

Guru piano agak mendesak. Sayang kalau berhenti. Soalnya Butet murid yang berbakat, katanya. Murid yang pintar, cepat mengerti. Dan segala macam argumennya untuk memengaruhi saya menyetujui kursus tetap dilanjutkan. Beliau bahkan menawarkan untuk datang ke rumah segala! Yang saya tolak dengan alasan piano yang belum disetel, lagipula ada suami yang kerja di rumah...

Cukup panjang beliau membujuk saya yang tak bisa apa-apa karena sudah dipesan oleh anaknya sendiri. Dan guru akhirnya mengerti, mengingat beliau juga pernah memiliki remaja di rumahnya...

Daripada penasaran, akhirnya saya tanyakan juga; mengapa kursus jadi daring padahal protokol pandemi dilonggarkan? Dan ibu guru menjawab seperti yang saya perkirakan: karena beliau belum booster vaksin!

Beliau menjelaskan, kalau termasuk dalam kategori orang yang tak bisa menerima vaksin. Namun sejak passe sanitaire berubah menjadi passe vaccinale 15 Februari lalu, pernyataan tak bisa divaksin ini lebih sulit didapatkan. Tanpa passe vaccinale, bu guru tak boleh mengajar!...

Baiklah. Meski bertanya-tanya, saya pendam saja; jadi selama ini bu guru tak vaksin? Apakah bu guru mengikuti aturan passe sanitaire yang mengharuskan tes antigen atau PCR sebelum memasuki centre loisirs? 

Yang jelas, sesuai kesepakatan sebelumnya, guru piano mengirimkan file pdf partitur lagu yang dipelajari keesokan paginya. Kemudian beliau juga mengirimkan tutorial dalam bentuk video sepanjang 6 menit sorenya. Namun tak ada kabar sama sekali darinya di hari Jumatnya. Tak apa. Waktu itu Butet masih malas juga. Tapi dengan suka rela berlatih dengan memainkan lagu yang sebelumnya, Waltz no. 2 dari Beethoven...

Butet baru mulai membuka partitur Rabu kemarin. Dia tak mau menonton video tutorial gurunya. Tapi dia berhasil memainkan semua not untuk tangan kanan, dan sebagian untuk tangan kiri...

Memang biasanya alur pemelajarannya diawali dengan membaca not terlebih dahulu, tangan kanan dahulu, setelah semua terbaca, baru memainkan. Baru kemudian membaca not dan memainkan bagian tangan kiri. Tak harus dari awal sampai akhir. Bisa jadi dipecah menjadi beberapa bagian. Agar bisa memainkan lagu dan didengarkan dengan cukup nyaman...

Jumat sore kemarin, guru piano mengirim pesan whatsapp. Kebetulan saya tak pegang telepon. Saya baru membacanya jam setengah 9, seusai makan malam. Beliau mengabarkan bahwa kursus tatap muka sudah bisa dilakukan mulai tanggal 14 Maret. Lalu beliau menanyakan tentang kecepatan Butet memainkan lagu Beeethoven, dan menanyakan apakah sudah mulai mempelajari lagu barunya, waltz Swan Lake dari Tchaikovsky...

Soal Tchaikovsky, saya tahu. Tapi kalau soal Beethoven, saya tak bisa menjawab. Dan Butet malas mengecek dengan metronomnya. Lagipula memang sudah malam juga, meski belum masuk waktu dilarang membuat keributan...

Pesan bu guru baru saya jawab Sabtu, sesudah makan siang. Bukan apa-apa. Memang saya lupa saja. Sudah banyak pesan whatsapp lain yang datang dan menggulung pesan beliau...

Saya berterima kasih dan berharap bisa bertemu tanggal 18 Maret, di Jumat malam, jadwal kursus Butet biasanya. Tapi saya tak membahas mengenai tawarannya untuk mengganti 3 jam kursus yang terlewat ini. Beliau menawarkan kursus di saat libur musim semi di bulan April. Saya sudah membicarakannya dengan Butet yang langsung menolaknya. Memang pada dasarnya dia sudah tak terlalu semangat kursus meski saya lihat tetap senang berain piano...

Yah, lihat saja nanti. Saya sendiri kurang antusias untuk kursus di hari libur. Karena April nanti sudah Ramadan juga...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah