Sambil Menanti Perginya Pandemi

Pagi tadi saya ke swalayan. Wuih... Sudah berapa lama saya tidak ke swalayan ya?...

Memang sejak hamil anak ke dua dan musti banyak berhati-hati, tugas belanja mingguan ke swalayan dialihkan ke suami dibantu si Ucok. Sekarang bayinya sudah 14 tahun. Tapi meski sebagian besar waktu tak ada Ucok sebagai asisten, kebiasaan yang sudah bagus itu tetap dipertahankan!... 😜

Swalayan langganan kami dekat. Hanya 350 meter saja dari rumah. Lumayan sekalian jalan-jalan. Apalagi suhu hangat, dengan langit terselimut awan tipis saja. Saya tak berencana belanja banyak juga. Hanya berjaga suami tak sempat belanja karena dia baru pulang Sabtu sore. Sedangkan swalayan hanya buka setengah hari saja di hari Minggu...

Sampai di depan swalayan, saya berhenti untuk mengenakan masker...

"Ah, vous aussi? Vous préférez de le garder?" seorang nenek menyapa saya. Dia pun begitu, memilih untuk tetap bermasker untuk memasuki swalayan meskipun pemerintah Prancis sudah tidak mewajibkannya lagi sejak 14 Maret 2022 yang lalu...

Photo: Facebook Gouvernement Français

Kami pun berbincang. Membicarakan tentang perkembangan pandemi belakangan ini. Si nenek cerita dengan gemasnya tentang seorang personne agée yang dilihatnya masuk ke swalayan tanpa masker. Dan saya geli juga, secara si nenek sudah tidak bisa dibilang muda lagi... 😄

Saya sejalan dengan dia. Heran dengan orang-orang yang bersorak oui! sudah tidak wajib pakai masker lagi! Teman-teman di Indonesia pun begitu. Asik dong, sudah tak perlu bermasker lagi! Kami tidak mengerti mengapa mereka begitu gembiranya...

Sepenting itukah melepas masker? Sesulit itukah mengenakannya di keramaian? Tak khawatirkah mereka dengan kasus positif yang makin naik saja? Terlalu santaikah mereka melihat data bahwa rumah sakit masih tidak (belum?) kewalahan, sampai lupa bahwa angka pasien baru masih terus bertambah?

Coba tengok kanan-kiri. Masih banyak orang di sekitar kita sendiri saja yang positif. Berapa banyak siswa di kelas anak kita yang absen? Berapa banyak kelas yang ditutup karena gurunya positif dan tak tersedia penggantinya?...

Pembicaraan tadi mengingatkan saya pada informasi dari negeri sendiri. Tentang bahwa tak ada karantina lagi untuk penngunjung dari luar negeri. Bagaimana banyak orang bersorak yaiy! bisa lebih bebas jalan-jalan ke luar negeri lagi! Atau menanyakan kapan saya ke Indonesia, kan sudah tak ada karantina lagi?

Screenshot : Instagram Atdikbud KBRI Paris

Saat mendengar berita dihapuskannya karantina itu, saya langsung mengontak seorang sahabat. Dokter di sebuah rumah sakit di dekat Solo sana. Dekat kampung halaman saya. Saya tanyakan kabar perkembangan pandemi di daerahnya. Dan ternyata, kondisi sedang mengkhawatirkan, teman-teman...

Omicron sepertinya baru masuk Indonesia. Banyak kasus positif baru, yang entah apa faktornya mebuat penghuni rumah sakit lekas melonjak. Berbeda dengan Omicron di Eropa yang sepertinya sudah dianggap seperti influenza biasa saja, meskipun efek jangka panjangnya ternyata cukup mengkhawatirkan juga...

Lebih parah lagi saat kedatangan dari luar negeri ke Indonesia hanya diperbolehkan untuk beberapa negara saja. Saat itu, negara-negara di Eropa tidak masuk daftar. Ada saja orang yang mencari celah. Mencari jalan untuk bisa masuk Indonesia meski harus putar-putar ke Cina atau Emirate Arab atau apalah waktu itu. Padahal tiket memutar begitu kan belum tentu lebih murah! Belum lagi anggaran untuk transitnya!...

Dan yang jelas, protokol pandemi dibuat bukan untuk menyusahkan, tapi untuk mengatur, menertibkan. Untuk mengusahakan agar pandemi lekas pergi dan tidak menyebar berputar-putar tak ada henti. Bukan untuk melarang kita bersenang-senang berwisata atau menghalangi kita bertemu dengan keluarga!...

Protokol dibuat sesuai dengan perkembangan pandemi. Disesuaikan dengan kondisi lokal. Kondisi suatu negara itu sendiri. Tak bisa disamakan dengan protokol negara lain dengan demografi yang berbeda pula...

Jadi, mau mudik tahun ini?

Insya Allah. Aamiin... 🙏

Nggak kangen keluarga, apa?

Hmmm... itu bahasan lain yang bisa panjang lagi!...

Tidak! Saya tidak akan memaksa siapa pun juga untuk mengenakan masker di dalam ruangan seperti saya. Saya juga bukannya pesimis, atau tak mau melihat orang lain senang... Tapi pandemi memang belum usai!...

Yuk, kita lanjutkan untuk bersabar lagi. Bersabar mengenakan masker dengan baik di tempat yang memang disarankan atau bahkan diwajibkan mengenakannya. Bersabar tidak pergi-pergi kalau tidak benar-benar perlu. Bersabar mengikuti protokol pandemi di negara yang kita kunjungi. Bersabar karantina kalau memang begitu aturannya di sana...

Sambil berharap, semoga kebebasan yang mulai kita dapatkan kembali sekarang ini bukanlah kesemuan belaka...

Sambil terus berdoa, semoga pandemi lekas benar-benar pergi, semua kembali aman, nyaman, tanpa kekhawatiran... 😇


---

Tulisan ini diikutkan dalam Nulis Kompakan Mamah Gajah Ngeblog bulan Maret 2022 dengan tema Opini...


Comments

  1. sesungguhnya akupun sudah ingin bisa mudik kalau ga banyak aturan karantina dan pcr, tapi ya pastinya masih akan memakai masker dan mengikuti protokol kesehatan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya kak. Masalahnya buat kita kan ga cuman mikirin nyampe Indonesianya aja. Tapi gimana bisa balik lagi juga... Semoga bisa segera mudik ya!... 🤗

      Delete
  2. Di sekitaran rumah saya sudah banyak yang bersliweran tanpa masker teh. Sepertinya mereka sudah tidak peduli dengan level pandemi yang diterapkan pemerintah. Benar seperti yang teh Alfi tulis, semoga pandemi segera pergi ya teh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin... Kita mah berusaha menjaga aja ya teh. Menjaga diri, terutama. Sambil juga menjaga orang-orang di sekitar kita... 🤗

      Delete
  3. Sabar ya teh
    Semoga bisa segera mudik ya teh. Disini memang masih naik turun ni C19 nya, kampus pun masih buka tutup, tiap 2 minggu dievaluasi sesuai kondisi BOR

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin... Sabar-sabar mengikuti aturan yang diterapkan. Insya Allah demi kesehatan kita juga... 🤗

      Delete
  4. Aaamiin aamiin ya Rabb. Semoga situasi akan segera aman, nyaman, dan tidak mengkhawatirkan. Insha Allah.

    Mba Alfi, kok sama ya. Sejak mengenal maskeran setiap berada di ruang publik (karena pandemi), saya terpikir untuk tetap memakainya sampai kapanpun meski saat nanti pandemi sudah berhasil full di-contain.

    Pertama, karena tidak perlu ribet ber make-up wkwkwkwk.

    Kedua, mengamati suami saya, masker memang bermanfaat dan efektif dalam mencegah droplets mikroorganisme nakal masuk ke dalam tubuh.

    Suami saya dulu tuh langganan tetap flu, Mba. Batuk pilek radang tenggorokan dan teman-temannya. Tetapi sejak maskeran, sudah sangat jarang kena flu, Mba. Alhamdulillah. Jadi sekarang sudah gak pernah nyetok obat-obatan lagi.

    Dari sinilah, saya makin bersyukur 'dikenalkan' masker olehNya :)

    Ohya Mba, swalayannya itu type Indomaret atau supermarket. Enak atuh Mba cuma deket doang ya, ehehe. Sempat salah fokus dengan yang hari Minggu buka setengah hari. Ihihihiiy, kok jadi kayak toko-toko di hometown saya yang kota kecil, Kediri, saat saya masiy kecil dulu ya. Ehehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang salah satu hikmah pandemi ini, kasus influenza dan muntaber yang musiman di Prancis juga jauh berkurang teh. Selain masker, kita emang jadi lebih jaga kebersihan juga kan ya; rajin2 cuci tangan... 😄

      Delete
  5. Jadi kangen belanja di Auchan :D betul tehh.. sekarang juga sepertinya sy lebih nyaman pakai masker, kayaknya ada yg kurang dan was was sendiri kalau ke tempat umum ga pakai masker.. Bulan feb lalu sempet makan di luar setelahh sekian lama dan buka masker pas makan *yaiyalah ya :p* , trus abis itu kena c19.. gamau lagi deh makan di luar kl ga kepaksa, trauma! 😆

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aih, cepet banget ya!? Semoga sudah pulih dan nggak ada efek panjangnya. Jaga stamina selalu ya teh... 🤗

      Delete
  6. Aku tim tetap pakai masker!! Kami kena Corona pas lagi malas pakai tuh, eh minggu depannya positif deh. Memang sih nggak parah (bersyukur nggak end up kayak banyak orang yang kritis) tapi tetap aja repot sekali kalau kena. PLUS, we never know kita lagi positif tanpa gejala dan bagi-bagi virus ke orang lain hehee.

    Tapi aku jujur tak bisa membayangkan betapa beruntungnya dirimu Alfi, 700 minggu lebih nggak ke supermarket adalah sesuatu yang LUhHHHHaAAAR BiASAaaaa :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, rancu ya!? Hahaha... Jangan salah! Nggak belanja mingguan, bukan berarti ga ke swalayan sama sekali lah. Tetep ada belanjanya. Tapi paling printilan urgent atau yg kelupaan dibeli pas weekend aja... 😜

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah