Ramadan 1446 H: Hari 12

Hari ini, lima tahun yang lalu, Presiden Emmanuel Macron mengumumkan kuncitara pertama di Prancis mulai 17 Maret 2020. Sekolah ditutup mulai Senin, sehari sebelumnya. Pembelajaran dilakukan secara jarak jauh.

Kalau kebanyakan panik bagaimana dengan anak-anak sedangkan kedua orang tua masih harus tetap bekerja, kami panik karena seharusnya suami harus terbang ke Paris dan memulai kerja barunya. Apakah dia tetap bisa mempertahankan kontraknya?

Ah, masa-masa yang menegangkan. Alhamdulillah kami bisa melaluinya dengan cukup baik.

Hari ini, Butet resmi terdaftar menjadi mahasiswi MoPA. Ya, kami sudah membayar biaya daftar ulang dan uang muka biaya sekolah. Tentu saja, ini belum definitif. Kami masih berharap Butet diterima di pilihan pertamanya. Kalau menarik diri dari MoPA, teorinya uang muka akan dikembalikan. Tarif daftar ulang harus diikhlaskan.

Lima ratus euro bukan jumlah yang kecil untuk kami. Namun ya, demi ketenangan batin kan!? Sudah ada satu tempat yang dijamin. Apalagi MoPA juga pilihan Butet sendiri. Pilihan yang tidak asal-asalan. Mengingat reputasi dan prestasi yang cukup meyakinkan.

Yah, bismillah. Semua diusahakan. Semoga Allah memberi yang terbaik, yang idealnya menyenangkan kami juga.

Hari ini agenda cukup berantakan. Semalam ada informasi bahwa guru spesialisasi Matematika Butet absen. Padahal Rabu hanya ada 3 jam pelajaran. 2 jam Math Spé dan 1 jam Math Experte. Sekolah hanya dari jam 8 sampai jam 11 saja.

Karena saya ada pengajian, sebelumnya kami sudah bersepakat bahwa Butet akan tinggal di sekolah sampai jam 12 siang. Sampai saya selesai pengajian dan bisa menjemputnya. Namun karena ada perubahan jadwal tadi, saya memutuskan untuk mengantar dan menunggunya di sekolah. Seperti anak PAUD di Indonesia saja ya: sekolah ditungguin!? Hihihi.

Daripada bolak-balik yang sekali jalan saja sudah makan 15 menit, mending saya menunggu 1 jam sambil online pengajian. Dengan syarat: ada tempat parkir yang nyaman!

Ternyata saya hanya mendapatkan tempat parkir di tempat pemberhentian bus. Padahal sudah sempat memutar jalan. Ya sudah lah. Toh saya ada di dalam mobil ini. Kalau ternyata harus digusur, saya bisa pindah saja kan!?

Saat Butet keluar, kajian belum selesai. Saya minta dia memangku laptop yang memang sengaja saya bawa. Saya limpahkan tugas sebagai co-host padanya. Hanya admit peserta saja. Seharusnya sudah tak banyak yang datang menyusul. Sudah mendekati akhir kajian juga. Dan memang terpantau hanya satu yang masuk selama Butet "bertugas".

Kajian kali ini ternyata panjang. Ternyata Magrib baru menjelang pukul 18 lebih di Ciamis, lokasi ustaz. Karenanya dimanfaatkan untuk sesi tanya-jawab yang lebih lega. Dan ada banyak pertanyaan masuk juga.

Masalahnya, koneksi ustaz tidak bagus. Terlihat dari share screen yang berukuran kecil. Yang ternyata menimbulkan masalah besar di kualitas rekaman yang menyulitkan saya!

Entah kenapa rekaman mengambil format portrait! Saya harus memotong-motong video untuk kemudian crop di masing-masing potongan agar mendapatkan video landscape. Tidak mudah dengan Clipchamp yang tidak cukup presisi. 

Karenanya, setelah selesai edit dan upload ke Youtube, saya meminta teman-teman anggota MPP untuk mengeceknya. Siapa tahu ada salah crop yang tak terlihat oleh saya. Sampai saat menulis ini, video masih unlisted dan belum saya ubah aksesnya jadi public. Besok saja lah. Sambil menunggu, mungkin ada feedback lain.

Beraktivitas di depan layar, praktis seharian, itu cukup melelahkan. Tak terbayang mereka yang menjadikannya profesi. Atau memang perlu pembiasaan?

---

Menu kami hari ini adalah ayam panir ditemani risotto. Untuk sahur besok masih ada ayam panir yang tinggal digoreng. Sepertinya dimakan dengan nasi putih biasa saja.


Comments

Popular posts from this blog

Menengok Ketentuan Pemberian Nama Anak di Prancis

Perjalanan Bela Bangsa

Blogger Curcoler? Yes!