Ramadan 1446 H: Hari 24
Waktu cepat sekali berlalu dan sampailah kita pada seminggu terakhir Ramadan.
Setelah beberapa hari di rumah saja, hari ini saya ke luar. Tujuan utama ke swalayan. Namun saya berbelok dulu membuang sampah botol kaca ke tempat sampah khusus di dekat taman kota.
Sebenarnya masih ada banyak sampah kaca di rumah. Tapi saya tak mau terlalu mengotori tangan. Kan nggak langsung pulang, sesudahnya!
Yang tadi saya buang adalah botol kaca bekas minyak zaitun, sirop, dan tentu saja kecap manis! Di rumah masih ada botol-botol bekas bumbu bubuk dan saus pasta. Ada pula beberapa bekas krim dessert dan yoghurt.
Saya memang sengaja menumpuk terlebih dahulu sampah kaca. Dulu, ada tempat sampah khusus di jalur perjalanan ke swalayan, di jalan utama. Kami suka membawa sampah dan mampir membuangnya di sana sebelum belanja. Praktis.
Saya lupa sejak kapan tempat itu ditiadakan. Mungkin karena sering ada yang membuang sampah sembarangan sehingga membuat kotor pemandangan. Sejak itu kami harus keluar khusus untuk buang sampah kaca. Hanya 100 meteran dari rumah sih, sebenarnya. Tapi cukup untuk jadi alasan kemalasan!
Dari buang sampah, saya ke swalayan. Ramadan kali ini tak "semeriah" tahun sebelumnya. Tak terlihat peningkatan produk magribi di swalayan dekat rumah. Tak ada lagi satu pendingin khusus untuk daging halal. Bahkan tadi saya tak menemukan paha atau filet ayam segar yang biasanya tersedia.
Saya bertemu dengan seorang kawan. Ibu dari teman sekelas Butet di primaire dulu. Orang Thailand. Kemampuan berbahasa Prancisnya masih sama dengan saat kami masih suka sama-sama menunggu anak-anak kursus balet dulu. Tak mudah berbincang dengannya. Tapi senang juga berkesempatan kembali bertemu setelah sekian lama walau sebentar saja.
Karena tak menemukan daging segar, saya memutar ke boucherie halal terdekat. Sudah lama juga saya tak ke sana. Belakangan malas karena perempatan besar di dekatnya diubah menjadi bundaran.
Tanpa lampu lalu-lintas, sulit menyeberang di daerah yang padat itu. Harus super hati-hati memperhatikan kendaraan yang tak sabar keluar dari bundaran. Saya tak mengerti dengan alasan apa keputusan itu diambil. Perempatan normal dengan lampu merah pun, daerah situ sudah cukup macet!
Saya ingat baru dua kali ke boucherie ini sejak perempatan jadi bundaran. Sama seperti saat pertama kali yang ternyata boucherie-nya tutup, tadi pun untuk pulangnya saya memilih jalan dulu menjauh untuk bisa menyeberang di lampu merah! Yah, anggap saja menambah langkah!
Ngomong-ngomong soal langkah, jelas selama Ramadan ini kegiatan olah raga saya berkurang jauh. Tak ada lagi jalan ke kota sekalian belanja. Hemat-hemat tenaga. Dan lutut juga, karena harus banyak mengantar-jemput Butet bermobil.
Bertekad saat Ramadan usai mulai rajin jalan kaki lagi. Semoga tercapai. Doa orang puasa kan mustajab ya!? Hehehe. Aamiin.
Malam ini saya memasak ayam cabe ijo. Sudah lama saya ingin makan ayam cabe ijo. Dan tadi memang ke boucherie dengan tujuan utama membeli ayam untuk itu.
Comments
Post a Comment