Ramadan 1446 H: Hari 1
Alhamdulillah, hari pertama Ramadan sudah dilalui dengan lancar. Bangun sahur lancar, makan lancar, Subuh lancar, ... dan tidur kembali pun lancar. Eh? Hehehe.
Sebenarnya saya tidak bermaksud tidur sampai siang. Tidak ingin tidur kembali karena sedang puasa juga. Namun sepertinya saya memang perlu tidur. Perlu istirahat.
Sudah beberapa hari saya tidur lebih larut dan bangun lebih pagi. Demi menemani Butet yang harus menyelesaikan tugasnya. Untuk membantunya dengan proses pendaftaran sekolah animasinya juga. Tak bisa disangkal, semua itu cukup menguras energi.
Kamis kemarin saya bangun dengan pilek berat. Entah apakah mendapatkan virus saat keluar ke swalayan Rabu siang ataukah tertular Paksu yang sudah mulai sakit sejak di Paris. Yang jelas badan terasa tak nyaman sehingga memutuskan untuk bolos kursus bahasa Jepang.
Uniknya, Kamis itu Sensei menelepon saya. Bu Guru yang terjebak kemacetan berharap saya bisa menginformasikan kemungkinan keterlambatannya ke kelas. Tidak pas, waktunya!
Tapi saya rasa beliau tak jadi terlambat. Saya baru menyadari panggilan teleponnya 10 menit sesudahnya karena tentu saja saya mengeset mode hening. Saat saya menelepon balik, beliau sudah berada di jalan dekat tempat kursus.
Hari Jumatnya saya sudah merasa enakan dan memenuhi janji ketemuan dengan teman di luar kota. Sepertinya badan saya belum pulih benar. Karena itulah tak heran jika hari ini saya sukses tertidur sejak Duha hingga Zuhur tiba!
Sesudah Zuhur, Butet mengajak saya keluar ke kota. Lemes kalau diam saja di rumah, katanya. Butuh stimulasi.
Kami ke kota untuk mencari baju lebaran. Eh, bukan deng. Butet mencari rok untuk karnaval Mardi Gras di sekolahnya Selasa nanti.
Biasanya cenderung cuek dan bahkan sering menolak berkostum untuk karnaval sekolah, tahun ini kelasnya bersepakat mengambil tema tokoh Disney. Butet memilih Mei Lee dari film Turning Red.
![]() |
Foto: Disney Plus |
Ya! Seperti karnaval-karnaval sejak masuk college, Butet selalu memilih kostum yang sedapat mungkin tidak perlu beli. Sedapat mungkin menggunakan pakaian dan perlengkapan yang ada. Kalaupun harus beli, sesuatu yang akan dipakai lagi lain kali. Bukan sesuatu yang sekali pakai saja.
Butet sudah memiliki atasan kemeja putih dan cardigan merah. Legging-nya pinjam dari teman, katanya. Sepatunya yang ada saja. Siang tadi kami mencari rok biru. Alhamdulillah kami menemukannya di Zara. Nggak tepat sama. Tapi lumayan lah, arahnya.
Tinggal mengecat jepit rambut sesuai warna jepit Mei Lee, katanya. Lalu dia sudah memesan ke seorang temannya yang suka merajut untuk membuatkan telinga panda.
Saya senang-senang saja, Butet meminta keluar cukup awal. Pikir saya, jadi lebih cocok dengan jadwal memasak buka. Ternyata sampai di rumah Butet meminta pesan antar tataki salmon kesukaannya. Saya jadi makin santai dong ya!?
Masalahnya, warung sushi langganan kami baru membuka pesan antar jam 7 malam. Proses pemesanan hingga pengantaran memakan waktu satu jam! Memang warung itu kecil saja dan laris karena enaknya masakannya.
Karena Magrib sudah datang jam 18.25 hari ini, tentu saja terlalu lama menunggu makanan tiba. Saya pun tetap mengeksekusi bakwan jagung yang tadinya direncanakan untuk menjadi teman makan bebek madu. Jadilah hari ini kami takjil bakwan jagung untuk berbuka.
Pada akhirnya kami baru makan "beneran" menjelang jam setengah 9 malam. Kami tak merasakan lapar sih. Sudah cukup kenyang dengan bakwan yang ludes, tak menyisakan sebutir jagung pun!
Comments
Post a Comment