Kendala Hosting Zoom Meeting Menggunakan Tablet

Pagi tadi, Butet memasang wekernya pada pukul 7.55. Tapi ternyata di hari ke dua SFH ini pelajaran olah raga pukul 8 pagi ditiadakan. Butet pun kembali ke balik selimut. Saya juga...

Bangun dengan alarm pukul 9.55. Mau ngobrol dengan sahabatnya dulu, katanya. Kebetulan saya ada zoom juga. Dijadwalkan 10.45. Tapi karena saya bertugas menjadi co-host, sudah harus bersiap dari pukul 10.15...

Zoom kali ini sudah direncanakan sejak beberapa minggu yang lalu. Dan saya sudah menyanggupi untuk menjadi co-host sejak beberapa minggu yang lalu juga... Sekitar seminggu yang lalu, saya mengganti janji temu dengan dokter untuk melakukan doppler leher, melihat apakah pembuluh darah saya baik-baik saja. Saya pikir, biar tenang kalau semisal zoom molor. Karena zoom dijadwalkan selesai pukul 12.30, dan janji temu 14.30. Biasanya saya dan tim penyelenggara ngobrol dulu setelah pembicara leave karena sudah waktunya buka puasa di Indonesia. Lalu saya mengirimkan foto-foto dokumentasi ke teteh admin untuk dimasukkan ke media sosial...

Tapi bukan cuma itu alasannya. Saya malas saja ke dokter saat puasa. Saya undur janji temu ke sesudah Lebaran. Lebih tenang, rasanya...

Sampai Jum'at kemarin. Saya baru sadar bahwa minggu ini Butet sudah kembali sekolah. Secara online! Praktis saya tak akan bisa memakai laptop. Desktop Ucok masih belum bisa digunakan juga sampai sekarang...

Saya tahu, minggu lalu teteh admin sangat sibuk. Ada zoom tiap hari. Saya tak mau menambahinya pikiran dengan kecerobohan penyusunan agenda saya...

Lekas saya mengontak seorang sahabat, menanyakan jika dia bisa hadir dan menggantikan tugas saya. AlhamduliLlaah dia bersedia. Saya lebih tenang meski tetap berniat membantu hosting...

Masalahnya, saya tak berpengalaman hosting zoom meeting menggunakan tablet. Dan ternyata memang sulit!...

Pertama, saya tak bisa share video. Pesan kesalahannya menyatakan bahwa hanya bisa share gambar dan file pdf saja...

Ke dua, untuk melihat daftar peserta atau membaca chat room, saya harus berpindah layar. Tak bisa sambil tetap memantau layar utama. Bahkan saya tak bisa mendengar suara dari video yang sedang di-share pada saat yang sama...

Ke tiga, saat tidak di layar utama, misalnya karena sedang mengecek chat room, kita kehilangan kontrol atas video dan sound kita sendiri. Tombol video dan audio hanya ada di layar utama. Tak bisa unmute diri sendiri dari chat room...

Belum lagi masalah bahwa hanya ada empat peserta yang terlihat di setiap layarnya. Jelas saya tak bisa membuat foto bersama peserta dengan praktis...

Sahabat yang mengambil alih tugas hosting saya mengatakan bahwa permasalahan yang sama ternyata ditemui jika kita menggunakan smartphone. Banyak fungsi-fungsi yang ada saat menggunakan zoom di komputer jadi tak ada (tak terlihat?) saat menggunakan smartphone...

Sepertinya memang untuk menjadi host zoom meeting, idealnya menggunakan komputer. Semua fungsi terlihat di layar yang sama. Tak perlu pindah-pindah layar dan beresiko kehilangan kontrol...

Satu sisi positif penggunaan tablet atau smartphone adalah bahwa untuk admit peserta, kita tinggal sentuh saja. Tapi ini pun bisa ditangani oleh layar komputer yang belakangan ini kebanyakan sudah menggunakan teknologi touch screen... 😄

Tak terasa setengah Ramadan sudah. Ada supermoon, katanya. Tapi kami malas buka jendela. Lagipula seharian mendung saja. Bahkan sempat rintik-rintik sore tadi...

Lune rose, bulan merah jambu. Ah, jadi ingat lagu Tak Bisa ke Lain Hati-nya KLa Project... 😏


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah