Tiga Antologi Dee Lestari di iPusnas

Dee Lestari adalah salah satu penulis yang saya cari karyanya di kala mudik. Terakhir kali mudik tahun 2018 lalu, saya membawa balik Aroma Karsa. Ya, buku tebal itu! Bukannya membawa baju baru dari Indonesia, waktu itu saya memilih memboyong si penggebuk maling 😁 Dan tidak menyesal sama sekali, meski akhirnya saya harus menunggu lebih lama untuk memperbarui koleksi pakaian batik saya... 😜

Saat masih tinggal di Indonesia, saya hanya mengenal Dee sebagai penyanyi yang tergabung dalam trio Rida-Sita-Dewi. Saat pertama kali dikenal sebagai penulis dengan Supernova-nya, saya sudah di perantauan. Sayang sekali waktu itu saya sempat vakum mudik lama. Saat bisa mudik, Supernova sudah jadi trilogi. Tebal-tebal, pula! Urung, saya untuk membelinya...

Sampai saat mudik yang bersamaan dengan keluarnya Perahu Kertas. Kali itu, saya tak mau melewatkannya. Saya boyong ke perantauan sambil testing tulisan Dee Lestari... Dan saya suka!...

Memang sebelum merantau, untuk saya, literatur kontemporer Indonesia itu terbagi menjadi 2 golongan; sastra berat dan chicklit. Di mana sastra berat terlalu berat, dan chicklit terlalu ringan. Dibanding ke chicklit yang terlalu menjual impian, sebenarnya saya lebih cenderung ke sastra berat. Namun content sastra seringkali terlalu vulgar untuk selera saya. Apalagi, entah kenapa, yang ditulis oleh penulis perempuan...

Kehadiran Dee Lestari membawa alternatif baru untuk saya. Sayangnya, jatah mudik yang hanya 2 tahun sekali (dan yang kali ini sepertinya akan mundur hingga 4 tahun diakibatkan pandemi 😢) tidak memungkinkan saya untuk bisa cepat menambah koleksi...

Karenanya, senang sekali berkenalan dengan iPusnas dan menemukan beberapa buku Dee Lestari di sana! Buku-buku antologi fiksi, pula!...

Buku pertama adalah
Filosofi Kopi. Kumpulan 18 cerita dan prosa ini diterbitkan tahun 2006. Buku ini meraih penghargaan sebagai Karya Sastra Terbaik dari majalah Tempo di tahun yang sama. Saya sudah sempat menonton film yang yang diadaptasi dari Filosofi Kopi, salah satu cerpen yang tercantum di dalamnya, beberapa tahun yang lalu. Sepertinya saat masih jaman download streaming video belum diatur oleh pemerintah Prancis... 😁

Saya mengingat kesan yang agak mengganjal dari filmnya. Gambarnya bagus, tapi dari segi skenarionya kurang mantap. Karenanya, saya senang saat akhirnya bisa membaca naskah aslinya yang mengandung romantisme berbeda dengan filmnya... 

Selain Filosofi Kopi, favorit saya di buku ini adalah Mencari Herman yang unik dari segi tema maupun penceritaannya... 

Yang ke dua adalah
 Recto Verso. Buku ini diterbitkan tahun 2008. Saat membeli Perahu Kertas, saya mengetahui keberadaan buku ini. Namun urung membeli karena kalau tak salah ingat, kumpulan 11 cerita pendek ini dirilis sebagai album. Album musik, bukan buku. Katanya harus dibaca sambil mendengarkan musiknya. Ribet amat!... Eh tapi ternyata kemarin saya membacanya tanpa musik ya asik-asik saja...

Lima dari 11 cerita dari album musik ini sudah diadaptasikan menjadi film omnibus pada tahun 2013. Namun saya belum berkesempatan menontonnya...

Di buku ini, favorit saya adalah Cicak di Dinding dan Firasat, yang dua-duanya ada hawa-hawa supranatural...

Buku ke tiga adalah Madre. Kumpulan cerita pendek dan prosa ini diterbitkan tahun 2011. Sebelum membaca buku ini, saya sudah sempat membaca Novelet Madre. Buku pertama yang saya pinjam di iPusnas. Novelet Madre merupakan salah satu cerita pendek dari 13 tulisan yang termasuk dalam buku Madre, dan sudah diangkat ke layar lebar pada tahun 2013. Saya juga belum berkesempatan menontonnya...

Kumpulan fiksi ini meraih Penghargaan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 2012... 

Di buku ini, favorit saya selain Madre yang menurut saya sangat-sangat romantis ~ bukan dari segi cerita cinta Tansen dan Mei nih ya ~ adalah Semangkuk Acar untuk Cinta dan Tuhan yang berhasil membuat saya tertawa!...

Ketiga antologi ini mengonfirmasi rasa suka saya pada gaya tulis Dee Lestari. Buat yang belum pernah membaca karya Dee Lestari, silakan coba memulai dari salah satu antologi ini...

Dan saya pun makin menunggu-nunggu saatnya bisa mudik, apalagi mendengar Dee mengeluarkan buku baru, Rapijali. Tapi baru buku pertama dari trilogi ya!? Mungkin nanti pas saya mudik, pas bukunya tuntas? Kalau belum, apa lebih baik saya memborong 6 seri Supernova? Semoga tak diprotes suami dan anak-anak yang akan berkurang jatah abon pedas Solo-nya... 😅


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah