Melatih Anak Berpuasa di Eropa

Ucok dan Butet lahir dan besar di Prancis. Saya dan suami membesarkan mereka dengan memegang nilai-nilai agama Islam yang kami anut. Semampu kami! Target utama adalah menjalankan kewajiban. Ibadah sunah dimasukkan perlahan-lahan...

Yang pertama tentunya sholat. Sejak bayi, anak-anak saya ajak sholat. Dari cuma kami pamiti, "Nak, papa-mama sholat dulu ya" sementara mereka kami taruh aman di tempat tidur, beranjak hanya berbaring di sajadah di samping kami, lalu duduk, sampai ikut mendirikan sholat meski masih sambil tengok kanan-kiri. Tapi itu yang pertama!

Tidak menunggu-nunggu sampai anak bisa berdiri di atas sajadah seperti komentar-komentar banyak orang disekitar saja. Ada lho, yang bilang ngapain bayi diajak sholat, belum ngerti. Tunggu tujuh tahun, seperti tuntunan hadits saja. Atau bahkan sampai akil baligh seperti tetangga muslimah Prancis saya, yang sempat saya tuangkan dalam antologi Meniti Cahaya. Bisa dibaca bebas di iPusnas, ya...

Waktu diajak bergabung dalam penulisan antologi itu, boleh dibilang saya baru ada pengalaman dengan Ucok. Butet masih kecil. Masih belum ada banyak cerita. Dan pengalaman memberikan pendidikan agama untuk Butet, tidak sama dengan untuk Ucok...

Kebetulan, saat Butet bisa diajak puasa, Ramadhan di Prancis jatuh pada musim panas. Jelas tak mudah memaksakan Butet puasa meski hanya puasa sambung saja. Tapi alhamduliLlaah bisa juga dengan strategi mirip dengan saat melatih Ucok. Lepas dari berapa lama waktu berpuasa...

Melatih puasa di akhir pekan 

Di Prancis, sekolah TK dan SD tetap full 8.30-16.30 setiap Senin, Selasa, Kamis, Jum'at. Ramadhan atau tidak. Tidak ada bedanya. Pelajaran olah raga praktis diadakan dua kali seminggu. Tanpa olah raga pun, panjangnya waktu puasa tentu melelahkan anak-anak...

Hari Rabu, tidak ada sekolah. Tapi di situ biasanya kegiatan luar sekolah diadakan. Klub-klub olah raga, kursus musik, balet, ... 

Agak sulit melatih anak puasa tanpa mengambil resiko mengurangi stamina dan konsentrasi mereka. Juga untuk tidak mendapatkan komentar negatif dari mereka yang masih kurang respek dengan Islam...

Dengan alasan itu, saya dan suami sepakat melatih anak-anak puasa di akhir pekan dulu. Sabtu dan Minggu. Plus hari libur, kalau ada...

Berlatih dengan puasa sambung

Anak-anak kami latih puasa dengan puasa sambung. Sahur, jelas. Harus. Buka puasa saat adzan dhuhur. Kami beri waktu 1-1,5 jam untuk berbuka. Setelah itu, puasa lagi. Targetkan Maghrib. Tapi kalau dirasa belum mampu, atau saat jam musim panas yang Asar baru menjelang pukul 5 sore, biarkan berbuka. Waktu berbukanya sama durasinya seperti saat buka Dhuhur. Lalu puasa lagi sampai Maghrib...

Puasa sambung ini tidak menyulitkan untuk anak. Jam "buka puasa"-nya bertepatan dengan jam makan siang dan jam gouter, tea time, makan kudapan sore...

Atur waktu tidur

Kesulitan puasa panjang di Eropa bukan terletak di menahan haus dan lapar, tapi lebih ke kurangnya jam tidur!

Di hari terpanjang di Cannes, Subuh menjelang setengah 4 dan Maghrib setengah 10 malam! Katakan kita sahur satu jam sebelum Subuh. Dengan memperhitungkan Isya', waktu tidur menjadi kurang dari 4 jam. Jangan tanya berapa jam tidurnya yang bertugas menyiapkan makan ya!? 😜

Tapi ini belum apa-apanya dibanding mereka yang tinggal di negara-negara lebih utara. Ucok saja, yang masih di Swedia bagian selatan sudah panjang waktu puasanya. Padahal belum musim panas!

Untuk hari sekolah, tentu tak banyak pilihan. Kami minta anak-anak tidur sesudah Subuh barang sejenak. Bangun mepet hanya untuk ganti baju lalu berangkat sekolah saja. Kan tak perlu sarapan ini...

Karenanya, saya selalu minta pada keluarga dan teman-teman untuk tidak mengganggu kami di akhir pekan selama Ramadhan! Saatnya tidur sampai siang!...

Buat anak nyaman berpuasa

Selain mengatur waktu tidur, jangan lupa siapkan altivitas ringan saat anak tidak tidur. Pilih kegiatan yang tenang dan tidak menguras tenaga. Sisihkan kegiatan yang memerlukan fisik di sore hari, menjelang maghrib...

Tawarkan pada anak menu buka puasa. Siapkan masakan yang mereka suka saat sahur. Kita yang dewasa juga susah makan pagi-pagi buta kan!? Tapi sahur itu penting. Dengan menu yang menyenangkan, anak-anak lebih semangat makan...

Yang penting niat!

Niat puasa saya tekankan ke anak-anak. Terutama saat Ucok masuk SMP dengan jam pelajaran yang tentunya lebih berat. Lebih perlu energi untuk bisa berkonsentrasi...

Kami tekankan kepadanya untuk tetap berniat berpuasa dan makan sahur. Tapi dengan pesan, kalau memang tak kuat, tak boleh memaksakan diri. Apalagi di saat puasa panjang dengan suhu udara panas dan kering. Allah memberi keringanan, kita tak boleh sombong dengan tak mengindahkannya!

Saat belum akil baligh, puasa memang hanya latihan. Saat sudah akil baligh, puasa jadi kewajiban. AlhamduliLlaah Ucok cukup lancar berpuasa di waktu sekolah. Hanya saat jam olah raga saja dia tak berpuasa. Saya ingatkan untuk selalu mencatat hari yang dilewatkannya, untuk menggantinya di hari lain...

Ingatkan pada mereka bahwa niat ibadah saja sudah dicatat sebagai pahala. Apalagi jika benar-benar mengerjakannya!...

Besok pagi insya Allah pertama kalinya Butet wajib berpuasa. Saya tekankan hal-hal yang sama dengan yang saya sampaikan ke Ucok. Kali ini kami dan banyak orang tua muslim di Prancis mengambil hikmah dari lockdown; anak-anak bisa berpuasa dengan cukup tenang, minimal 3 minggu pertama karena SFH!...

Berikan apresiasi pada anak

Setiap anak memiliki stamina dan kekuatan mental yang berbeda. Ucok berbeda dengan temannya. Butet berbeda dengan Ucok. Kita sebagai orang tua tentunya mengenali potensi anak-anak kita. Bukan untuk membatasi, tapi untuk menjaga dan menyemangati. Ayo, kamu bisa. Sedikit lagi, ...

Jangan lupa berikan pujian. Mungkin bahkan hadiah? Kado lebaran? Seperti kami yang memberikan kado lebaran kepada anak-anak. Sekaligus kompensasi untuk mereka yang tak menerima kado Natal seperti rata-rata anak Prancis lain... 😉

Selamat berpuasa!... 🙏

Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah