Tetiba Merindu

Minggu pagi. Hari ke enam Ramadhan. Genap seminggu libur sekolah musim semi. Memasuki minggu ke tiga kuncitara versi 3.1...

Suhu udara dingin. Seharian mendung saja. Cocok sekali berlindung di balik selimut. Dan sayapun sukses tidur pagi hingga menjelang tengah hari. Terbangun karena suara bor tetangga yang entah mengerjakan apa...

Pagi tadi saya bangun lebih pagi lagi untuk sahur. Subuh bergeser dua menit tiap harinya. Pagi tadi sudah menjelang pukul 5.34. Kemarin 5 36, dan besok insya Allah 5.32...

Saya pasang weker jam 4. Namun baru benar-benar bangun 10 menit kemudian. Lekas sholat malam dan tilawah sedikit. Tak mengejar target satu hari satu juz. Hanya ingin meningkatkan dari satu minggu satu juz ke tiga juz. Empat, kalau bisa. Kebetulan sudah masuk juz 20an dari tilawah harian biasa. Hanya ingin mencoba menyelesaikan juz 30. Biar serasa khatam di bulan Ramadhan. Aamiin...

Pagi ini harus memasak. Epaule d'agneau (paha depan kambing) panggang kecap kemarin sukses terlahap hampir habis. Hanya tersisa sedikit. Padahal kami cuma bertiga. Saya pikir akan bisa untuk dua kali makan plus sisa. Mungkin efek puasa...

Sedikit sisanya saya potong-potong semalam sambil menonton The Voice. Saya siapkan juga irisan bawang daun dan wortel parut. Pagi tadi tinggal mencampur nasi dan membumbuinya menjadi nasi goreng kambing. Favorit untuk memanfaatkan sisa kambing panggang kecap. Lezat dimakan panas-panas untuk sahur, ditemani telur ceplok...

Butet pun ikut makan sahur. Padahal dari kemarin dia berhalangan. Tapi tetap tak mau ketinggalan sahur. Siklusnya sudah begitu, katanya. Pagi-pagi terasa lapar. Memang dia tetap bangun dengan mudahnya dan makan dengan banyaknya tiap sahur. Dua hari ini sekali pun. Dan itu tak menghalanginya makan siang dengan porsi biasa!...

Tak banyak waktu tersisa dari selesai makan dan adzan Subuh tadi pagi. Bagus lah. Memang begitu juga disunnahkannya kan!?...

Sambil menunggu adzan, saya dan Butet membereskan meja makan. Tak lupa menyimpan nasi goreng yang masih tersisa satu porsi yang kemudian menjadi santapan makan siang Butet. Saat menuangkan nasi ke dalam mangkuk kecil, terdengar suara-suara dari lorong bangunan. Pembicaraan antara dua laki-laki. Saya tak mendengar jelas, apa yang mereka bicarakan. Tapi tetiba saya jadi teringat suasana pagi Ramadhan, sesudah sahur di Indonesia...

Merindu suara-suara riuh tertahan di depan rumah. Orang-orang yang berjalan bersama, berangkat menuju masjid untuk sholat Subuh berjamaah...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah