Ma voisine est Indonésienne

Saat diumumkan bahwa tema Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan April ini adalah Review Buku Perempuan Inspiratif, saya langsung merasa bahwa bakal skip saja. Tidak terbayang sama sekali buku apa yang inspiratif. Apalagi buku tentang perempuan... Kemudian dijelaskan bahwa perempuan di sini bisa di penulisnya, bisa juga di salah satu tokoh bukunya. Tak harus tema bukunya secara keseluruhan. Namun, antara terkesan dan terinspirasi, sepertinya ada jarak yang cukup jauh. Atau mungkin bukan jarak. Hanya sayanya saja yang tak berhasil menarik benang merahnya, dan mengungkapkan di mana letak inspirasinya...


Dan kemarin, satu hari menjelang deadline, mata saya tertumbuk pada buku Ma voisine est Indonésienne yang saya beli bulan Maret lalu... Buku yang terbit bulan Januari 2021 ini gencar dipromosikan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Paris. Bahkan KBRI Paris mengadakan acara peluncurannya Februari lalu. Padahal penulisnya, Emmanuel Lemaire, adalah orang Prancis. Biasanya KBRI mempromosikan buku karya orang Indonesia saja. Atau buku dokumentasi non fiksi tentang Indonesia… Jelas, ini membuat penasaran. Sempat ragu; bakal cerita tentang apa, kira-kira, detilnya. Karena resumenya, tentu pasti global sekali. Tapi karena dipromosikan KBRI, saya percaya. Ceritanya tentu masih sejalan fakta dan tidak karikatural. Dan tentu mengungkapkan sisi positif Indonesia. Karenanya saya membelinya...

Buku ini berupa komik. Hitam-putih saja. Menceritakan tentang Manu ~ yang biasa digunakan sebagai nama panggilan untuk Emmanuel, nama asli penulis ~ seorang penulis komik dan interaksinya dengan tetangga barunya. Tetangganya berasal dari Indonesia. Di awal komik; tokoh tetangga ini menyebut dirinya bernama Iriany. Namun kemudian selanjutnya, Manu memanggilnya dengan sebutan Madame Hibou... Hibou, dalam bahasa Prancis adalah burung hantu. Pengucapannya sama dengan "ibu" dalam bahasa Indonesia. Si penulis memilih panggilan Madame Hibou, selain karena kata “ibu”, juga karena untuknya, tetangganya itu c’est une de drôle d'oiseau. Secara literal, ungkapan ini artinya burung yang unik. Secara makna, orang yang unik, spesial... Madame Hibou adalah seorang penerjemah freelance yang sudah lama tinggal di Prancis. Dia berdarah Bugis-Makassar, namun lahir di Papua. Di akhir pekan, saat tidak bekerja, dia suka mengunjungi kota-kota yang mungkin tak akan masuk dalam daftar kunjungan di paket turis standar. Kota-kota yang bahkan Manu pun tak terpikir untuk mengunjunginya...
Mengalirlah cerita bagaimana si penulis jadi belajar tentang sisi-sisi Prancis yang tak begitu diperhatikannya. Penulis tentunya juga jadi tertarik tentang Indonesia yang tak begitu dikenalnya sebelumnya. Di sini terjadi prasangka-prasangka dan kecurigaan berlebih yang menghasilkan cerita lucu menyegarkan. Apalagi Madame Hibou memang suka sekali tiba-tiba memotong ceritanya sehingga membuat bertanya-tanya. Bahkan suka tiba-tiba menghilang saat sedang berbincang dengan asiknya... Kesalahpahaman yang kadang sampai ke arah kekhawatiran itu tak mengalangi keingintahuan Manu. Mereka tetap saling bertemu, saling mengundang makan atau sekedar minum teh. Bahkan Manu sempat ikut berjalan-jalan mengunjungi suatu kota bersama Madame Hibou. Meski masih banyak pertanyaan, Manu merasa lebih mengenal dan memahami tetangganya itu... Setting komik ini tidak jelas waktunya. Tak dijelaskan pula berapa lama jangkanya. Hanya jelas diakhiri pada masa-masa awal kuncitara. Di mana Madame Hibou tidak bisa lagi berjalan-jalan bebas seperti biasanya... Buku ini diilhami oleh seorang perempuan Indonesia yang benar-benar ada. Saya tidak (belum?) mengenalnya secara pribadi. Saya tak tahu sejauh mana kesesuaian antara fakta dan fiksi. Dan penasaran juga apakah ini lebih ke biografi si penulis, atau biografi Madame Hibou?... Tapi saya bisa bayangkan bangganya menjadi inspirasi buku begini. Dan dia memang pantas menjadi inspirasi!... Perjalanan hidupnya sungguh menarik. Saya terutama sangat terkesan dengan metodenya untuk memilih kota-kota yang dikunjunginya. Karena diselenggarakannya suatu festival, mungkin tidak terlalu istimewa. Harus dicatat bahwa Madame Hibou memiliki pengetahuan yang luas tentang festival-festival unik yang bahkan penulis komik Prancis itu pun tidak mengetahui keberadaannya... Bagaimana kalau kota bersejarah? Bukan… Bukan sejarah yang lazim dikenal di buku pelajaran. Tapi sejarah yang berkaitan dengan leluhur kita, misalnya?... Atau mengunjungi kota yang disebutkan dalam suatu novel yang kita baca?... Bagaimana kalau naik kereta ke kota tersebut, lalu naik bus dengan memilih jalur utama sampai halte terakhir seperti yang biasa dilakukan Madame Hibou? Lihat kanan-kiri; pasti ada yang menarik untuk dikunjungi, katanya!... Hmmm… Rasanya asik juga ya!?... Buku dalam bahasa Prancis yang diterbitkan oleh Editions Delcourt ini menggambarkan dengan apik dan humor tentang kepenasaran seorang Prancis terhadap tetangganya yang terlihat misterius itu. Kisah ini membawa pesan tentang "tak kenal maka tak sayang"... Saya membeli lagi buku ini untuk dihadiahkan ke seorang teman yang berulang tahun. Teman Indonesia. Dia suka!... Sepertinya ini akan jadi ide kado yang akan saya simpan jika suatu saat ingin menghadiahi teman lain...
Namun saya masih penasaran dengan asal-usul badik Madame Hibou yang katanya ber
khasiat menyembuhkan penyakit. Saya juga bertanya-tanya, mengapa Madame Hibou mengatakan kepada Manu bahwa dia khawatir kalau helikopter yang terbang di atas mereka mencarinya? Apakah dia sengaja bercanda untuk menakut-nakuti tetangganyakah? Dan apakah tentara Prancis yang ditemui buyutnya di Jawa itu benar-benar Arthur Rimbaud?...

Jawaban Madame Hibou untuk pertanyaan ke tiga, ada di halaman terakhir komik yang menurut saya manis sekali ini...
"Di indonesia, semua orang bisa dianggap keluarga. Ini adalah cara berpikir yang mungkin aneh bagi Anda. Tetapi ya, begitulah kami"


Comments

  1. Menarik banget ya... Komik tentang orang Indonesia dari sudut pandang orang perancis...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudut pandang objektif, tidak karikatural dan tanpa apriori 😉👍

      Delete
  2. Huwaaw Teh,,, tulisannya panjang tapi bikin betah membacanya,,, buku yang di-review menarik banget, jadi pingin baca jugaa

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi