Maha Adilnya Allah

Masjid besar Cannes, Mosquée Iqra, posting di Facebook-nya kemarin, bahwa mulai Senin 26 April 2021, tidak lagi diadakan sholat Subuh berjamaah dikarenakan jam malam...

Lho? Bukannya jam malam sudah diberlakukan sejak lama? Ada jam malam baru kah?... Itu yang pertama terlintas di kepala saya. Butuh beberapa detik untuk menyadari kalau bukan itu permasalahannya...

Memang beberapa pemda minta jam malam ini dihapuskan saja. Sebagai tahap awal pembukaan kuncitara, begitu alasannya. Termasuk daerah kami yang penurunan rasio kasus pandeminya sangat menggembirakan sejak kuncitara 3.1 ini. Menghalangi masuknya orang ke daerah kami yang turistik ini, terbukti efektif menghambat persebaran pandemi...

Ada pula yang mengusulkan untuk dimundurkan saja. Mengingat matahari yang makin panjang menaungi bumi bagian utara, diusulkan untuk memundurkan mulainya jam malam ke pukul 21.00 yang masih cukup terang... 

Sampai hari ini, jam malam masih berlaku secara nasional, dari pukul 19.00 hingga pukul 6.00 pagi...

Yang berbeda adalah jam Subuhnya... Matahari makin panjang kemunculannya, bukan hanya makin lambat terbenamnya. Tapi juga makin cepat terbitnya... Maghrib lebih lambat, dan Subuh makin cepat...

Pada tanggal 1 Ramadhan, di daerah kami Subuh baru menjelang pukul 5.42 pagi. Sholat Subuh berjamaah di masjid masih bisa dilakukan setelah pukul 6 pagi. Di mana matahari baru terbit pukul 6.51 pagi. Hari ini, Subuh sudah menjelang pada pukul 5.19. Dan besok pagi 5.18...

Dengan matahari yang besok pagi terbit pada pukul 6.30, sholat Subuh berjamaah di masjid menjadi mepet. Masih bisa, tapi tentu terburu-buru mengingat harus memperhitungkan menunggu perjalanan jamaah yang baru bisa keluar rumah pukul 6 pagi menuju masjid. Dan ini akan menjadi makin tidak nyaman dengan matahari yang makin awal saja terbitnya...

Saya kira masjid memberikan pengumuman tidak diadakannya sholat Subuh berjamaah mulai Senin besok pagi adalah untuk memudahkan juga. Pengadaan sholat Subuh berjamaah tentunya sudah cukup merepotkan sejak beberapa hari ini. Senin adalah awal minggu. Mengumumkan perubahan jadwal untuk dimulai di hari Senin menjadi suatu pembatas yang cukup natural. Beda jika perubahan dilakukan hari Kamis, misalnya. Mungkin lebih sulit untuk mengadaptasi di tengah minggu...

Ya, tentu saja waktu berpuasa kami makin panjang. Tapi masih tidak sepanjang saudara-saudara kita yang berada di Prancis bagian utara. Sama-sama di Prancis, saudara-saudara kita yang berada di Paris, misalnya, baru bisa buka puasa hampir setengah jam sesudah kami yang berada di pojok tenggara... Tentu mereka sudah lama tak punya kesempatan sholat Subuh berjamaah di masjid...

Dan ya, itu semua masih cukup pendek dibanding waktu berpuasa Ucok yang di Swedia. Untung saja saat ini sudah musim semi. Entah bagaimana jika berpuasa di musim panas di sana...

Pikir-pikir, memang harus benar-benar bersyukur bahwa penanggalan Islam didasarkan atas bulan. Jatuhnya Ramadhan bergeser setiap tahunnya dibanding perputaran matahari. Bayangkan jika puasa didasarkan atas penanggalan matahari. Ada satu daerah yang berpuasa tiap musim panas saja. AstagfiruLlaah... 

Allah Maha Adil. Diberikannya kesempatan pada manusia merasakan suatu saat puasa panjang di musim panas, dan saat lain puasa pendek di musim dingin. Dan diberikannya pula Indonesia dan negara-negara tropis lainnya, di mana puasa kapan pun sepanjang tahun, kurang-lebih sama jangka waktunya... 😇


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah